"pokoknya Lo gak boleh ngelewatin batas".
Ginan mendengus kasar. Membanting pulpennya ke atas meja. Cukup sudah, kepalanya penuh dengan ocehan Kinan seorang.
"Udahan Napa. Pusing gue seharian Lo emosi Mulu. Salah gue apasih?!". Sentak Ginan frustasi."Salah Lo banyak. Salah satunya, milih untuk duduk disebelah gue".
"Lo sinting apa begimana? Dimana mana juga orang pada butuh teman".
Kinan merotasikan bola matanya malas. Tetap sibuk memberi pembatas antara teritorial meja miliknya dan Ginan.
"Pokoknya, gerak gerik Lo cukup sampai disini!". Ucap Kinan tidak santai.
Lanjut mengerjakan tugas meskipun tak sepenuhnya mengerti.
Sumpah ya, demi apapun, rasanya Ginan ingin marah saja pada siapapun. Cewek disebelahnya ini sama sekali tidak pernah berbicara baik-baik. Setidaknya melembut sedikitpun tidak.
Semua tingkahnya menyebalkan. Ginan tidak tahan harus duduk disini bertahun tahun lamanya!
"Liat aja, besok gue gak mau duduk disebelah Lo lagi!". Kecam Ginan kesal.
"Lah? Yang minta Lo tetap duduk disini siapa? Malah lebih bagus kalau sebelum pulang Lo udah minggat dari sebelah gue!". Balas Kinan, yang berhasil membuat tangan Ginan terkepal hingga darahnya naik ke ubun-ubun.
"Woi, diem Napa. Seharian berantem Mulu". Ucap Yafi, orang yang duduk di depan Kinan dan Ginan.
"Jangan ikut campur deh Lo". Sinis Kinan. Membuat Yafi menganga kesal. Lantas mengepalkan tangan seolah nyaris memukul Kinan.
"Apa?!". Delik gadis itu.
"Yatuhan". Lirih Yafi, mengusap dada. Bersamaan menatap miris kearah Ginan yang tampak kelelahan.
"Sabar ya, Ginan". Ucapnya dramatis.
"Lo sekali aja diem deh, Kinan. Kalo sekali lagi Lo bicara kayak tadi, gue bisa buat Lo bungkam dengan cara apapun". Ancam Ginan dengan raut serius, yang entah kenapa berhasil membuat Yafi diam-diam kembali ke posisinya semula.
Namun Kinan justru tersenyum sinis.
"Gue gak takut sedikitpun sama Lo. Mau tau kenapa?". Ucap Kinan, menatap Ginan tak kalah menusuk.
"Karena Lo, orang yang gue pastiin gak bakal jadi orang penting buat gue kedepannya". Ujar Kinan, menepuk pundak Ginan beberapa kali.
"Jadi Lo mau mukul gue kek, mau gampar, atau mau bentak bentak sekalian. Silahkan, karena gue gak takut".
Kinan bangkit dari duduknya. Maju kedepan mengumpulkan tugas yang sudah selesai ia buat.
Sementara di tempat duduk, Ginan memaku tak bisa berkutik.
Untuk pertama kali, ia berhadapan dengan orang yang seimbang nyalinya.
***
Jam pulang sudah tiba, Kinan berlari cepat keluar dari kelasnya. Membuat Ginan mengerutkan dahi bingung.
"Kenapa tuh anak?". Tanya Ginan penasaran pada Yafi didepannya.
"Udah biasa. Tiap pulang kayak orang kesetanan gitu lari-lari, tiba datang aja selalu terlambat". Yafi mendengus bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome, Chairmate [END]
Teen FictionKinan kira, dirinya sudah cukup mengenal Ginan. Laki-laki pindahan yang tak pernah membicarakan keluarganya. Berusaha mencari kehidupan normal dengan terus berpindah. Ginan kira, dirinya sudah cukup pantas bagi Kinan untuk memiliki gadis itu, menja...