9.15-Istirahat pertama
"Halo Ginan".
Ginan menoleh, tersenyum saat menemukan Sera yang mengejarnya dari belakang.
"Udah makan?". Tanya Sera lagi, dibalas anggukan singkat dari Ginan.
"Oh iya, film yang kemarin Lo bilang itu seru lho! Baru kali ini gue nonton film action yang dapat feel nya hehe". Seru Sera girang, sementara Ginan tidak terlalu mendengarkan apa yang gadis itu katakan. Matanya lebih sibuk mengamati Kinan di sisi lain lapangan yang tengah berbincang bersama seniornya, Anton.
Ginan cukup tau siapa Anton dan bagaimana pandangan warga sekolah padanya. Selain pernah menjabat menjadi ketua OSIS, kapten basket, dan menjadi penyumbang piala yang cukup banyak bagi sekolah, Anton juga terkenal berada dalam urutan kesekian untuk laki-laki yang menjadi sasaran empuk untuk dijadikan pacar.
Iya, Anton itu sempurna. Tajir, pintar, tampan juga. Ginan boleh khawatir kan?
Tapi yang Ginan temukan, justru Kinan yang memandang Anton datar. Seolah tak ada binar kekaguman dan bangga bahwa diantara banyaknya cewek-cewek bening di sekolah mereka, Anton justru menginginkannya.
Pada akhirnya ekspresi Kinan yang terlihat menahan kesal itu mampu membuat Ginan secara tak sadar mendengus lucu. Menahan tawa ditempat, sementara disebelahnya Sera berfikir lain.
Sera menatap cemerlang, merasa bahwa tawa Ginan tadi menjadi isyarat pertama bahwa laki-laki itu setuju. "Jadi Lo mau?".
Ginan kelabakan. Kembali pada titik sadarnya. Dia kenapa sih? Kenapa dia tiba-tiba tertawa melihat Kinan? Itu kan bukan sesuatu yang harus ia perhatikan.
"Emh, sorry, Lo tadi ngomong apa?". Tanya Ginan canggung.
Sera diam beberapa detik, memandang Ginan lurus dengan senyum yang nyaris luntur. Tapi buru-buru gadis itu perbaiki ekspresinya.
"Lo mau nemenin gue hari ini nyari bahan buat praktek?". Tanya Sera ulang.
Ginan menggigit bibir cemas, tersenyum lebih kepada penolakan. "Sorry Sera, hari ini mungkin ga-".
"JAGA MULUT LO ANJ*NG!!!".
Mata Ginan membulat sempurna mendengar suara Kinan yang menggelegar di satu sekolah mengucapkan kalimat kotor itu dengan lantang.
Rasanya jantung Ginan mencelos tak menyangka saja mendengar ucapan Kinan yang kelewat bar bar. Entah mungkin suaranya itu sampai ke ruang guru.
Kerumunan orang membentuk dalam hitungan detik saja. Melingkari asal suara tamparan dan jeritan Kinan di sisi lain lapangan. Melihat Sera yang berlari kencang sekali menerobos kerumunan, Ginan mau tidak mau mengikutinya.
"Kinan?". Lirih Sera panik. Berusaha menerobos lebih dalam dengan tubuhnya yang berlaga dengan tubuh murid lain.
"ITU MEMANG FAKTA KALAU LO JALANG!!".
Jantungnya berdetak lebih kencang kala menemukan Kinan dan kakak kelasnya, Ica saling menarik rambut sama sama lain. Dengan tangan Ica yang berusaha mencakar wajah Kinan dari samping.
Sera tidak bisa diam saja.
Gadis itu melangkah mendekat, meneriakkan nama Kinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome, Chairmate [END]
Novela JuvenilKinan kira, dirinya sudah cukup mengenal Ginan. Laki-laki pindahan yang tak pernah membicarakan keluarganya. Berusaha mencari kehidupan normal dengan terus berpindah. Ginan kira, dirinya sudah cukup pantas bagi Kinan untuk memiliki gadis itu, menja...