"mah! Mama gimana sih? Kinan hilang ma! Kinan!".
Sera terus mengekori mamanya dari belakang. Menghujani mamanya dengan berbagai kalimat.
Sera tak habis fikir, kemana akal sehat mamanya sampai tidak peduli lagi dengan apapun yang terjadi dengan Kinan?
"Mamah! Jangan diem aja dong!".
"Sera!".
Sera terhenyak dengan nafas memburu. Menatap mamanya penuh rasa kecewa.
"Sera kecewa sama mama. Disini bukan cuma Sera yang jadi anak mama papa! Kinan juga! Kinan juga punya hak untuk dapat perlindungan! Kinan berhak untuk dapat semua yang Sera dapa-".
PLAAK
"Jaga omongan kamu Sera". Tajam mamanya, menunjuk wajah Sera lekat. "Kamu gak berhak ngatur. Mama udah cukup sibuk cari uang untuk keluarga kita. Kamu tinggal hidup nyaman apa susahnya sih? Masih berani kamu protes kayak gini? Mau mama usir kamu dari sini?".
Sera terdiam. Menatap mamanya dalam. Dengan pandangan yang mulai berkaca. Jujur, Sera ketakutan. Ia takut di usir dari rumah. Tapi ia tidak bisa membiarkan Kinan di luar sana.
Kalau Kinan tidak ada di rumah. Sera juga tidak akan ada di rumah.
Sera berlalu pergi melewati mamanya. Naik ke atas dan mengunci pintu kamar. Di dalam, gadis itu mondar mandir mempertimbangkan. Jelas ini pengalaman pertama bagi Sera untuk urusan kabur dari rumah.
Maka Sera menggigit jarinya cemas. Menatap jam dinding, kemudian melirik keluar jendela.
Matahari sudah nyaris tenggelam. Kinan entah berada di mana. Seharusnya saat malam nyaris tiba, gadis itu berisitirahat di rumah.
Dan Sera tidak akan membiarkan Kinan seorang diri di luar sana.
Dengan gerakan cepat, Sera mengambil tas ranselnya dan mengisi beberapa potong pakaian. Memasukkan dengan gerakan terburu-buru. Kemudian ia memakai Hoodie hitam dan mengikat kuda rambutnya, tak lupa memakai topi hingga seluruh wajahnya nyaris tertutupi.
Sera mengintip keluar, mengendap-endap masuk ke kamar Kinan. Sejenak ingin menyapa gadis itu melalui kenangan terakhir mereka berjumpa. Kemudian kembali mengintip keluar, memastikan tidak ada seorang pun di ruang tamu.
Kemudian Sera berlari menuruni tangga dengan cepat, membuka pintu dan gerbang dengan gerakan tergesa.
Akhirnya... Akhirnya Sera benar-benar kabur dari rumahnya sendiri.
***
"Sera mana?"."Bentar lagi di toilet". Ujar Yafi, ikut duduk lesehan bersama Ginan di ruang tamu rumahnya.
Setelahnya, Sera keluar dari kamar mandi dan ikut duduk. Meremas jemarinya resah.
"Jadi... Apa yang mau Lo ceritakan?".
Sera menarik nafas panjang. Memang hanya ini jalan terakhirnya. Hanya Ginan dan Yafi yang bisa membantunya. Meski jujur Sera gugup menunggu reaksi mereka nantinya.
"Kinan itu sebenarnya kakak tiri gue..". Ujar Sera takut-takut, melirik Ginan dan Yafi yang sama-sama terdiam.
"Haloo?". Sera mengibaskan tangannya di depan wajah Ginan dan Yafi.
Yafi menggeleng. "gue gak ngerti deh".
Sera menghembuskan nafas berat. "Mama sama papanya Kinan cerai, Kinan ikut sama mamanya. Mama Kinan nikah sama papa gue. Dan... Papa kandungnya Kinan udah meninggal".
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome, Chairmate [END]
Teen FictionKinan kira, dirinya sudah cukup mengenal Ginan. Laki-laki pindahan yang tak pernah membicarakan keluarganya. Berusaha mencari kehidupan normal dengan terus berpindah. Ginan kira, dirinya sudah cukup pantas bagi Kinan untuk memiliki gadis itu, menja...