17. So here we are

112 23 2
                                    

Kerja kelompok tiga orang lagi.

Kinan diam. Menatap dua sahabatnya, Yafi dan Ginan yang tampak tenang. Kinan meneguk salivanya susah payah.

"Ehm.. Kita satu kelompok yu-".

Ucapan Kinan terhenti kala Ginan beranjak dari duduknya, menemukan dengan cepat dua orang yang membutuhkan tambahan.

Ah, iya... Mereka sedang bertengkar kan?

Sementara Yafi menoleh ke arahnya sebentar, sepertinya laki-laki itu juga harus mencari kelompok lain.

Melihat pandangan Yafi yang terus menatapnya, memastikan Kinan sudah mendapatkan kelompoknya atau belum, Kinan mengangguk dengan senyum dipaksakan.

"Gue bisa gabung sama anak cewek". Ujar Kinan, tersenyum tipis.

"Kalau mau, Lo bisa gabung disini. Kayaknya boleh empat orang". Yafi berusaha memberi usul. Meskipun tau itu bodoh, karena masih ada satu kelompok yang kekurangan anggota.

"Gue gak papa Yaf". Ujar Kinan, menyiapkan bukunya.

Pas sekali, Amanda melambaikan tangan.
"Kinan, mau gabung?". Tawarnya dari seberang.

Kinan mengangguk. Berjalan mendekat. Agar setidaknya Yafi yakin ia sudah mempunyai kelompok dan berhenti bersikap seperti ayahnya.

Kinan berusaha tersenyum tipis pada teman satu kelompoknya. Seperti pelajaran sebelumnya, mereka disuruh mencari bahan untuk di rangkum dari perpustakaan, dan internet.

Kinan refleks saja memilih untuk mencari buku di perpustakaan. Seperti sebelumnya.

Kinan berjalan santai menuju perpustakaan. Menyapa petugas yang berjaga. Mencari buku di rak demi rak.

Senyum Kinan perlahan terbit saat menemukan buku yang pas untuk ia rangkum. Tangan kanannya terulur mengambil buku. Beranjak pergi dengan tiga buku ditangan. Beserta surat izin untuk setiap buku dibawa pergi.

Lorong yang tadi Kinan lewati ramai karena bel istirahat sudah berbunyi. Langkah Kinan otomatis berhenti, berdiri membatu dengan helaan nafas kelewat tenang. Dengan kedua binar matanya yang menatap lurus kepada Ginan dan Sera yang berjalan beriringan. Dengan Sera yang tampak asyik mengoceh, sementara Ginan disebelahnya mengangguk dan tersenyum tipis.

Bodoh ya? Kalau Kinan merasa sedih. Kalau Kinan tiba-tiba merasa kesal. Kesal sekali hingga rematan tangannya pada buku menguat.

Konyolnya, Kinan tidak sengaja tertabrak oleh dua orang yang berlarian seperti bocah di taman kanak kanak.

Sialan. Untung buku perpustakaannya tidak rusak meskipun kini surat surat didalam buku bekas tanda peminjaman berhamburan di lantai.

Kinan menyentak refleks nya sendiri, sadar dari lamunnya untuk berhenti menatap Couple baru sekolah itu dan mulai mengambil bukunya yang jatuh di lantai.

"Oh? Kinan!".

Itu suara Sera.

Kinan diam dalam posisi jongkoknya. Tangannya bahkan berhenti mengambil buku, memilih memasang Indra seakurat mungkin. Berusaha mendengar reaksi Ginan begitu melihatnya.

Namun Kinan tidak mendengar apapun.

Sera ikut berjongkok. Membantu mengambilkan bukunya. Agaknya gadis itu sudah bersikap lebih baik meskipun masih berlagak tidak serumah dengannya.

Kinan bangkit begitu Sera bangkit dengan tumpukan buku ditangannya. Sera tersenyum sumringah. Kembali ke tempat Ginan menunggunya dengan wajah datar.

Entah kenapa Kinan mulai muak dengan wajah datar itu.

Ginan dan Sera berlalu melewatinya begitu saja. Berhasil menciptakan angin yang sedikitnya menerbangkan rambut panjang Kinan.

Welcome, Chairmate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang