"Lo gimana sih? Sampe di skors gitu?". Amuk Sera begitu masuk ke kamar Kinan, mendengus sebal dan membaringkan diri di kasur.
Kinan mengedikkan bahu acuh tak acuh. Lebih tidak ingin bercerita pada siapapun. Lebih memilih menatap kertas skorsing ditangannya.
Meski Ica salah karena mengatai Kinan dengan hal tidak-tidak, Kinan juga salah karena tetap menyerang Ica saat gadis itu sudah tidak melawan lagi.
"Tuh liat". Sera mengambil kedua tangan Kinan yang sendi sendi jarinya memerah dan lecet. "Tangan Lo jadi kayak gini?". Omel Sera lagi.
Karena penat, Kinan mendengus bosan.
"Harusnya kalau Lo mau marah marah gini mikir dong, jangan coba-coba masuk kedalam bahaya kalau gak mau gue kayak tadi".Sera bungkam. Bersamaan pipinya yang memanas. Seakan akan ada lelehan coklat manis yang menjelajari hatinya.
Kinan jantan sekali ya...
Eh, bukan. Maksudnya bukan seperti itu. Sera hanya merasa... Akhirnya ia benar-benar dilindungi dengan tulus.
"Eh tapi...". Sera memiringkan kepalanya penasaran. "Emang kak Ica bilang apa sih sampe Lo langsung ngamuk gitu?".
Kinan melirik sekilas, kembali mengalihkan pandangan. "Udah ah, gue capek". Ujarnya sembari meregangkan lehernya, bersamaan bunyi tulang beradu terdengar.
Sera berdecak, menepis tangan Kinan yang mendorongnya keluar. Gadis itu menatap Kinan kelewat serius.
"Apa?". Tanya Kinan.
"Apa? Apa kata Lo?". Sera berdecih. Kali ini, matanya berubah khawatir. "Tiga hari, Kinan. Tiga hari Lo bakal di rumah ini".
"Tiga hari Lo bakal disini seharian, sementara papa bisa aja jahatin Lo selama gue sekolah. Gak ada yang tau, nan". Sera nyaris memekik frustasi, memijat pelipisnya sembari berfikir keras.
"Udah lah, gue bisa kunci kamar seharian". Ujar Kinan enteng, kembali mendorong Sera keluar dari kamarnya.
Pintu kamar terbanting kecil. Dari luar, Sera menghela kasar, menyentuh permukaan pintu pelan. Bibirnya bergetar, meringis kecil.
"Gue mau lebih dekat sama Lo, Kinan". Lirih Sera. Menghela kecut, dengan tangan yang kembali terkepal di sisi tubuhnya.
Berfikir bagaimana caranya bisa memperbaiki hubungan dengan Kinan?
Sera jahat. Ia jahat sekali. Merampas kebahagiaan Kinan. Padahal sekarang, Kinan justru memilih mengalah untuknya.
Kenapa pendosa sepertinya harus berhadapan dengan orang sebaik Kinan?
***
Bibi Lin :
Tuan besar sakit
5 days ago | readBibi Lin :
Sidangnya sudah di putuskan. Tuan besar ingin tuan muda pergi ke Singapura. Tiket sudah dipesan, pergilah.
3 days ago | readBibi Lin :
Tuan muda, tolong balas. Sekali saja
3 days ago | readBibi Lin :
Ginan, bibi percaya kamu bukan pengkhianat. Bibi tau sebenci apapun kamu dengan keadaan, kamu tetap tidak bisa membuat papamu dipenjara kan?
2 days ago | readBibi Lin :
Pergilah. Untuk beberapa tahun saja, sisanya kami yang akan menjaga tuan besar.
2 days ago | read
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome, Chairmate [END]
Teen FictionKinan kira, dirinya sudah cukup mengenal Ginan. Laki-laki pindahan yang tak pernah membicarakan keluarganya. Berusaha mencari kehidupan normal dengan terus berpindah. Ginan kira, dirinya sudah cukup pantas bagi Kinan untuk memiliki gadis itu, menja...