"Naruto-kun, jika aku mati lebih dulu. Apa kau akan menikah lagi?" Tanya Hinata pelan, ia berbaring menatap Naruto yang sedang mengelus surainya lembut.
Sebelum tidur, mereka selalu berbincang seperti ini. Rasanya sangat menenangkan, berbagi cerita satu sama lain, membicarakan masa depan, dan berbagi mimpi yang sama.
"Aku tidak akan menikah lagi, karena saat kau mati nanti aku juga akan mati bersamamu." Naruto menatap mata amethyst indah itu dalam.
"Naruto-kun, kenapa bicara begitu?" Ujar Hinata, alisnya terangkat, ia terkejut dengan jawaban suaminya.
"Kau yang memulainya." Naruto memeluk pinggang Hinata erat sambil berbaring diatas futton lembut dikamar mereka.
"Maaf." Ucap Hinata pelan.
"Hinata, aku tidak akan menikahi perempuan lain." Naruto mengecup kening Hinata, wanitanya itu sudah memenuhi seluruh rongga dihatinya hingga tak mungkin ada celah untuk orang lain bersemayam disana.
"Benarkah?" Hinata melingkarkan lengannya ditubuh suaminya.
"Tentu saja, percayalah." Ujar Naruto pelan sambil membawa Hinata kepelukannya, mengusap punggung istrinya lembut.
Naruto tersenyum lembut, hanya dengan Hinata disisinya ia sudah bahagia.
.
.
Naruto membuka matanya perlahan, hatinya terasa diremat kuat, air mata kembali menggenang dipelupuk matanya, dan ia mengusapnya kasar.Seperti malam-malam yang sudah berlalu, malam ini 'pun Hinata kembali hadir dimimpinya. Walaupun menyakitkan, mimpi-mimpi itu dapat mengobati sedikit kerinduan yang menyiksanya.
Ia memiringkan tubuh dan melihat sisi ranjang besarnya yang kosong itu. Seharusnya ada Hinata disana, seperti dimimpinya tadi. Ia rindu, memeluk Hinata saat tidur. Naruto tersenyum miris, sebenarnya sampai kapan ia harus menunggu?
Naruto hanya bebaring diam diatas ranjang, ingatannya kembali ke masa indah yang pernah dilaluinya bersama Hinata. Mata Naruto memandang lurus kedepan, didinding kamar itu terdapat lukisan besar dirinya dan Hinata saat menikah dulu.
Awalnya itu adalah satu-satunya foto yang ia miliki bersama Hinata, Naruto membayar seorang pelukis terkenal untuk membuatnya menjadi sebuah lukisan. Ia ingin selalu menatap Hinata sebelum dan sesudah ia bangun dari tidurnya, agar ia tak akan melupakan wajah cantik itu.
.
.Naruto melangkahkan kaki keluar kamarnya, ia tak bisa melanjutkan tidur setelah mimpi itu.
"Kukira kau tidur." Ujar Sasuke yang sedang berada diruang tengah bersama Kiba dan Shikamaru.
"Aku baru saja terbangun." Naruto berjalan kearah dapur, melewati para anak buahnya yang masih sibuk bekerja itu.
Naruto membangun kembali mansion megah miliknya dan Iruka dulu, memperbaharui bangunannya tiap beberapa tahun sekali dan menjadikan mansion itu, markas besar miliknya. Hanya ada satu ruangan yang tidak pernah benar-benar berubah, yaitu kamarnya dan Hinata dulu.
Ia kembali merekrut orang-orang untuk bekerja padanya, mengisi kembali mansion besar ini seperti dulu.
Dimansion utama ini, hanya ada empat orang yaitu dirinya, Sasuke, Shikamaru, dan Kiba. Mereka bertiga adalah orang kepercayaan Naruto, sahabat karib yang sudah mengabdi padanya bertahun-tahun lamanya.
Membantunya melebarkan sayap bisnis legal dan ilegal miliknya. Sejak lama, Naruto menyibukan diri dengan bekerja dan membangun sebuah kerjaan baru didunia bisnis, melanjutkan kembali kiprahnya yang dulu adalah ketua saudagar terkaya negeri ini.
Mereka tidak harus pergi ke kantor dan bekerja seperti orang pada umumnya. Ratusan perusahaan besar ada dibawah nama 'Uzumaki' mereka hanya perlu mengontrolnya dari mansion ini. Melakukan lobi, jika itu dibutuhkan serta membasmi para tikus kotor yang berani bermain diarea kekuasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceSEKUEL REGRET Kesalahannya dimasa lalu harus dibayar dengan penantian panjang. Meski begitu, Naruto menerimanya. Tiap malam Hinata datang kemimpinya, membuat Naruto makin tersiksa, namun disaat yang bersamaan, itu dapat sedikit mengobati rindunya wa...