"Dimana mobilku?" Tanya Naruto pada anak buah yang menjemputnya di bandara.
"Ada di pintu Barat bos." Ucapnya seraya memberikan sebuah kunci mobil.
Naruto mengambil kunci itu dan bergegas ke pintu Barat, ia sudah meminta anak buahnya untuk membawakan mobilnya ke bandara agar ia bisa langsung pergi ke apartment Hinata. Saat ia mendarat dan mengecek ponselnya, ada laporan dari anak buahnya bahwa Hinata sempat masuk rumah sakit saat ia pergi.
Tanpa berkata apapun lagi, Naruto meninggalkan Sasuke dan anak buahnya di bandara dengan tergesa-gesa.
"Ada apa?" Tanya Sasuke pada pria disampingnya itu, ia heran melihat Naruto begitu gusar.
"Kudengar wanitanya masuk rumah sakit beberapa hari yang lalu." Ucap anak buah Naruto itu.
Pantas saja Naruto terlihat panik dan tergesa-gesa, Sasuke mulai terbiasa dengan sikap Naruto yang seperti ini setelah mengetahui keseluruhan kisah cinta tragis sobatnya itu.
.
.
Naruto melemparkan tasnya ke kursi belakang dan mengemudi secepat yang ia bisa ke apartment Hinata. Ia khawatir sekali, saat ia berangkat Hinata masih baik-baik saja. Bagaimana bisa Hinata tiba-tiba sakit, sialnya anak buahnya tidak tahu kenapa Hinata dirawat, karena memang ia hanya memerintahkan untuk menjaga dari jauh saja, ia hanya takut Hinata tidak nyaman jika tahu bahwa ia diawasi seperti itu.Naruto menginjak pedal rem dengan kasar dan mengambil tasnya dari kursi belakang, melemparkan kunci mobilnya ke petugas valet yang sudah bersiap untuk memarkirakan mobilnya.
"Apa Hinata ada didalam?" Tanya Naruto pada seorang nenek yang baru saja melangkah keluar dari dalam apartment Hinata, yang ia tahu nenek itu adalah tetangga samping apartment Hinata.
"Ya, dia sedang istirahat." Ujar nenek itu sambil mengamati Naruto dari ujung kaki hingga kepala.
"Apa aku boleh masuk?" Tanya Naruto sebagai tata krama, meski ia akan tetap masuk meskipun nanti dilarang.
"Hm." Nenek itu menganggukan kepala, ia yakin pria muda dihadapannya ini bukanlah pria yang sama dengan yang tempo hari ia temui di apartment Hinata.
Naruto segera melangkah masuk dan mendapati Hinata sedang tertidur di sofa ruang tengah, tubuhnya dibalut selimut tebal. Mata Naruto membola saat melihat pergelangan kaki kiri Hinata diperban dan disanggah dengan sebuah bantal di atas sofa itu.
Ia melangkah mendekat dan meletakkan tasnya dilantai, kemudian berlutut disamping sofa tempat Hinata berbaring untuk melihat kondisi kaki Hinata.
Pergelangan kaki Hinata dibalut perban krep hingga ke telepak kaki belakang, tanpa membuka perban itupun Naruto sudah tahu jika pergelangan kaki itu membengkak. Naruto mengusap kaki Hinata pelan, bagaimana bisa kaki Hinata terluka, apa Hinata jatuh?
Tatapannya berpindah ke wajah Hinata, wajahnya terlihat lelah dan sedikit pucat, namun mata Naruto memicing ketika mendapati luka di sudut bibir Hinata. Tangannya menyentuh sudut bibir itu, lukanya sudah mulai mengering.
"N-naruto-kun.." Hinata reflek terbangun saat ada sentuhan lembut disudut bibirnya, ia terkejut saat mendapat Naruto sudah berada disampingnya sambil menatapnya dengan tatap khawatir yang tercetak jelas di rautnya.
"Maaf membangunkanmu." Naruto mengusap surai Hinata lembut sambil menatap mata bulan itu.
"Kenapa tidak memberitahu kalau sudah sampai di Jepang?" Tanya Hinata sambil mengeratkan selimut ditubuhnya, Naruto tidak melihat luka-lukanya 'kan?
"Aku baru tiba dan langsung kemari. Hinata apa yang terjadi saat aku pergi?" Tanya Naruto, sambil tetap berlutut di samping sofa tempat Hinata masih berbaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceSEKUEL REGRET Kesalahannya dimasa lalu harus dibayar dengan penantian panjang. Meski begitu, Naruto menerimanya. Tiap malam Hinata datang kemimpinya, membuat Naruto makin tersiksa, namun disaat yang bersamaan, itu dapat sedikit mengobati rindunya wa...