Naruto membawa Hinata ke kamar dengan sedikit terburu-buru, ia mematikan lampu lampu besar kamar, menyisakan lampu disamping nakas sebagai penerangan remang mereka berdua.
Naruto mendudukan Hinata diatas ranjang, sedangkan dirinya membuka jas dan kemejanya sambil melangkah ke pintu balkon dan membuka semua tirainya lebar-lebar, menampakan pemandangan langit malam beserta deburan ombak diluar sana.
Hinata menelan ludahnya kasar, ia menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan, menenangkan dirinya yang hampir gemetar karena memandang Naruto yang sedang mempersiapkan semuanya.
Tanpa mengatakan apapun, Naruto berjongkok didepan Hinata yang sedang duduk disisi ranjang dan melepaskan sepatunya sendiri dan sepatu Hinata. Kemudian ia duduk disamping Hinata dan menatap mata amethystnya yang juga diselimuti kabut gairah tipis.
"Aku menginginkanmu." Naruto meletakan satu tangannya diranjang samping pinggang Hinata, menguncinya dengan tubuh sedikit menunduk.
Hinata mulai terdorong hingga hampir berbaring, ia menahan tubuhnya agar tidak jatuh terbaring ke ranjang. Karena itu akan sangat memalukan.
"Hm." Hinata bergumam pelan sambil mengalihkan pandangannya dari mata biru yang berkabut gairah itu.
Naruto menarik sudut bibirnya dan mulai melumat bibir Hinata. Mengangkat dagu wanitanya agar menerima ciuman panas itu. Ciumannya berbeda dari biasanya, Naruto sudah merancang semua kegiatan malam ini dikepalanya. Mulai dari kecupan hingga cumbuan dan buaian lembut untuk Hinata.
"Sayang, buka mulutmu." Ujar Naruto sepelan mungkin, agar tidak terdengar seperti perintah.
Belum sempat Hinata mencerna kalimat Naruto barusan, pria itu sudah menggigit bibir bawahnya pelan. Hinata yang tersentak langsung membuka bibirnya, dalam kesempatan itu Naruto menyentuh lidah Hinata dengan lidahnya, saling melumat dengan begitu menuntut. Tangan Naruto aktif menelanjangi tubuh kekasihnya yang setengah berbaring diatas ranjang, serta sibuk dengan pangutan bibirnya.
Dengan sekali tarikan, Naruto meloloskan gaun indah itu kelantai, serta melepaskan lapisan kain terakhir ditubuh Hinata, yang ingin Naruto lakukan bahkan sejak pagi tadi. Ia menghentikan lumatannya dan mengamati Hinata yang sudah terengah dibibir ranjang.
"Kau cantik." Ujar Naruto sebelum bangkit berdiri dan menelanjangi diri.
Naruto menarik pinggang Hinata ketengah ranjang besar itu, dan menindih tubuh indah Hinata dibawah tubuhnya sendiri. Mengecupi leher jenjang seputih susu itu, membuat Hinata bergeliat dibawah tubuhnya.
"Hmhh." Satu desahan lolos dari bibir Hinata. Naruto sangat luar biasa diatas ranjang, meski baru sekali merasakannya waktu itu, Hinata bahkan bisa mengingat tiap sentuhan Naruto ditubuhnya, semuanya terasa berkesan.
Naruto tidak ingin berlama-lama, ia menelusuri garis indah tubuh wanitanya hingga kebawah. Matanya tidak bisa lepas barang sedetikpun dari tubuh indah itu, pikirannya mulai sulit dikendalikan.
Ia kembali kedepan wajah Hinata dan mengecup pipinya lembut, "sudah siap?" Tanyanya seduktif.
"Naruto-kun, pakai pengaman." Bisik Hinata ditelinga Naruto, ia tahu Naruto membelinya tadi siang.
Saat ia bilang ingin membeli beberapa barang di mini market di dek lantai satu, Naruto mengajukan diri untuk berbelanja. Saat Naruto tiba dikamar, Hinata langsung membongkar barang belanjaannya dan menemukan dua kotak alat kontrasepsi didalam kantung belanja.
"As you wish." Naruto sudah menduga sejak awal, Hinata pasti memintanya menggunakan pengaman. Tapi ia sudah punya rencana, untuk ini. Ia sedikit bangkit dan membuka laci nakas, mengambil sekotak kondom dan membukanya asal, merobek bungkusnya dengan gigitan dan memakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceSEKUEL REGRET Kesalahannya dimasa lalu harus dibayar dengan penantian panjang. Meski begitu, Naruto menerimanya. Tiap malam Hinata datang kemimpinya, membuat Naruto makin tersiksa, namun disaat yang bersamaan, itu dapat sedikit mengobati rindunya wa...