Hinata menatap pria dihadapannya, tubuh tinggi tegap, dengan mata biru saphire menenangkan itu, terasa sangat tidak asing sekali. "Bukankah kita pernah bertemu digaleri seni tempo hari?" Tanya Hinata, seraya meyakinkan diri.
"Ah, iya kebetulan sekali bertemu lagi." Ujar Naruto, tentu saja ini bukan kebetulan. Dirinya sudah menunggu Hinata didepan apartment sejak tadi pagi, dan mengikutinya hingga kesini.
"Waktu itu kau memanggilku, apa kita sudah pernah bertemu sebelum digaleri?" Ini adalah pertanyaan terbesar Hinata, saat itu pria ini mengatakan soal tidak apa jika tidak mengingatnya.
"Sepertinya aku salah, kau sangat mirip dengan seseorang yang kukenal." Jawab Naruto dengan tenang, ia tidak ingin mengungkit masa lalu didepan Hinata, atau gadisnya akan kebingungan.
"Benarkah? Tapi kau memanggil namaku saat itu." Hinata ingat betul pria itu memanggil namanya dengan suara parau, yang anehnya terdengar akrab ditelinganya.
"Aku mendengar temanmu memanggil namamu waktu itu." Naruto mencari alasan semasuk akal mungkin, gadisnya itu selalu saja bertanya dengan detail mengenai suatu hal, persis seperti dulu. Itulah mengapa dia tidak pernah bisa berbohong pada Hinata.
"Oh begitu ya." Hinata menerima alasan itu, walaupun masih ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.
"Kudengar kau pelukis dari pameran waktu itu." Ujar Naruto sambil menatap mata Hinata.
"Hm benar, ada apa?" Tanya Hinata, sepertinya ada yang pria itu ingin katakan mengenai lukisannya.
"Aku tertarik sekali dengan lukisanmu, apa kau pernah pergi ke tempat-tempat dilukisan itu?" Hal ini masih menjadi pertanyaan besar dibenak Naruto tiap kali melihat lukisan-lukisan yang kini terpajang di mansionnya.
Apa Hinata mengingat tempat-tempat bersejarah itu. Tentu saja tempat-tempat itu bersejarah, setidaknya untuk mereka berdua.
"Mungkin ini akan terdengar aneh, tapi akan sangat panjang jika diceritakan." Jawab Hinata.
"Ingin minum teh bersama? Aku ingin dengar mengenai lukisannya." Naruto ingin tahu, darimana Hinata bisa ingat mengenai tempat-tempat itu.
Bukankah, seharusnya Hinata tidak mengingat apapun seperti Kiba yang tidak tahu apa-apa mengenai kehidupan sebelumnya.
.
.
"Dimana Naruto, aku ingin memberikan laporan mengenai proyek di Kuwait." Tanya Shikamaru heran, tumben sekali Naruto sudah pergi dipagi hari seperti ini."Dia sedang sibuk mengencani seorang gadis." Jawab Sasuke singkat.
"A-apa?" Kiba dan Shikamaru bicara disaat yang bersamaan. Mereka jelas terkejut, selama menjadi anak buah Naruto, mereka tak pernah melihat sobatnya itu berkencan dengan gadis manapun. Bahkan saat mereka pergi keclub, Naruto tidak pernah menyentuh seorang jalang pun disana.
"Kenapa terkejut sekali." Sasuke heran melihat reaksi berlebihan itu.
"Kupikir Naruto.... Kau tahu maksudku kan." Ujar Kiba, tubuhnya merinding saat mengatakannya.
"Bodoh, mana mungkin 'kan." Shikamaru menyadarkan diri dari keterkejutannya dan memukul kepala Kiba.
"Ya, kupikir dia itu tidak suka wanita, habis dia tidak pernah memiliki kekasih sama sekali." Ucap Kiba sambil mengusap kepalanya yang dipukul Shikamaru.
"Kau sendiri tidak memiliki kekasih, kau hanya bermain dengan para jalang diclub." Ucap Sasuke santai, sesungguhnya diantara mereka berempat, hanya Shikamaru yang memiliki kekasih.
"Setidaknya, aku terlihat seperti menyukai wanita." Sanggah Kiba, jawaban Sasuke cukup menohok hatinya. Benar juga, ia tidak pernah benar-benar memiliki kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceSEKUEL REGRET Kesalahannya dimasa lalu harus dibayar dengan penantian panjang. Meski begitu, Naruto menerimanya. Tiap malam Hinata datang kemimpinya, membuat Naruto makin tersiksa, namun disaat yang bersamaan, itu dapat sedikit mengobati rindunya wa...