"Bos..." Kiba menepuk bahu Naruto yang tidur di meja kerjanya.
"Hm?" Naruto mengangkat kepalanya yang terasa berat, perutnya terasa sakit karena terlalu banyak minum. Sial, dia hangover.
"Bos, istirahatlah dulu." Kiba prihatin melihat keadaan Naruto belakangan ini.
"Jam berapa sekarang?" Tanya Naruto, sambil memijat kepalanya.
"Masih jam tujuh." Ujar Kiba, sambil melihat jam ditangannya.
"Ck, jam delapan nanti ada pengecekan tambang." Naruto masih belum sadar sepenuhnya, efek alkohol semalam masih tersisa ditubuhnya.
"Mau kuambil alih saja bos? Biar aku yang memimpin pengecekan, kau terlihat sangat mabuk." Kiba menatap heran pada Naruto, sebenarnya apa yang terjadi sampai Naruto jadi seperti ini.
"Tidak usah, biar aku saja." Ujar Naruto, ia mengambil ponselnya diatas meja.
Kemudian samar-samar ia ingat, bahwa semalam ia bicara dengan Hinata. Ia mengerutkan keningnya dan segera membuka log panggilan keluar. Benar saja, nama Hinata ada di list paling atas.
"Argh kusso!" Naruto mengusap wajahnya kasar, semalam ia menelepon Hinata dan teleponnya diangkat, durasi teleponnya hingga satu jam pula.
Sial, apa saja yang sudah ia katakan pada Hinata. Apa dia sudah bicara yang tidak-tidak, dirinya tidak ingat sama sekali apa yang telah dikatakannya, namun ia samar-samar mengingat Hinata mengatakan bahwa wanita itu merindukannya.
"Ada apa?" Kiba makin heran saja, Naruto terlihat stress sekali belakangan ini.
"Saat mabuk, biasanya apa yang aku bicarakan?" Tanya Naruto, mereka sering minum-minum bersama. Mungkin Kiba tau perangainya saat mabuk. Setidaknya ia harus tahu kesalahan macam apa yang telah ia perbuat semalam.
"Hm kau banyak meracau dan menghardik saat mabuk." Ujar Kiba jujur, ia bahkan pernah di hardik saat sobatnya itu mabuk parah di Tokyo.
"Sial!" Naruto menyadarkan bahunya ke kursi. Ia jadi tidak tenang, Hinata mungkin terkejut sekali. Empat bulan mereka tidak saling bertukar kabar dan tiba-tiba Naruto menelepon dalam keadaan mabuk parah.
.
.
"Nee-chan, ada paman yang tidak aku kenal didepan pintu." Ujar Akiyama sambil menarik ujung dress Hinata yang sedang memasak di dapur."Siapa itu Aki-chan, biar kubuka pintunya ya." Hinata mengusap kepala anak itu.
Anak itu mengangguk lucu, Akiyama adalah anak laki-laki paling kecil di panti, usianya baru empat tahun. Akiyama paling dekat dengan Hinata, sejak saat Hinata datang kemari, bocah kecil itu selalu membuntuti Hinata kemana-mana.
Hinata berjalan ke pintu depan dengan cepat dan tersentak saat mendapati Toneri berdiri disana sambil memunggungi pintu. Pria itu menoleh cepat saat mendegar suara derit pintu terbuka.
"Apa kabar Hinata?" Toneri menarik sudut bibirnya sambil menatap wajah cantik itu.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Hinata dingin, ia sudah bersiap menutup pintu itu kapanpun Toneri macam-macam padanya.
"Tentu saja menjemputmu, sudah cukup membuang-buang waktumu disini." Toneri bergerak cepat.
Pria itu menarik tangan Hinata kasar, dan Hinata menepisnya dan menarik kembali lengannya. Hinata menarik kenop pintu dengan sangat keras, namun Toneri menahan lengannya dan menyeret tubuhnya.
"Nee-chan!!" Akiyama berlari kepintu dan menarik baju Hinata dan menahannya pergi.
Hinata terus berontak dan menahan tubuhnya agar tidak terseret Toneri, ditambah Akiyama yang mulai menangis keras sambil menarik ujung dress nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceSEKUEL REGRET Kesalahannya dimasa lalu harus dibayar dengan penantian panjang. Meski begitu, Naruto menerimanya. Tiap malam Hinata datang kemimpinya, membuat Naruto makin tersiksa, namun disaat yang bersamaan, itu dapat sedikit mengobati rindunya wa...