1-Sepatu

12 0 0
                                    

"Noona! Dimana kau sembunyikan sepatuku? Noona! Aishhh!!!" Teriak Joon Hyung sembari mengobrak-abrik seisi rumah. Lebih tepatnya hanya dilantai 2, dimana kamarnya berada. Sesekali ia berhenti di depan pintu kamar kakaknya untuk mengetuknya (menggebraknya) memastikan sang kakak tidak sedang pura-pura tidur.

Sudah beberapa kali ia mondar-mandir, bongkar sana bongkar sini, namun yang dicari tak kunjung menampakkan diri. Ia sudah membuang banyak waktu tanpa menghasilkan apa-apa. Karena kesal,ia mengacak kasar rambutnya dan memilih kembali ke kamarnya diiringi dengan suara bantingan pintu yang menggema sampai ke sudut rumah.

"Sudah selesai?" Ujar Gal Hee pelan. Keributan sudah menjadi sebuah ritual yang wajib hadir setiap pagi di rumah ini. Tak heran jika Gal Hee tampak adem ayem saja mendengar kebisingan yang baru saja terjadi. Jika salah satu dari mereka ada yang absen, tentu saja rumah menjadi hening.

Tak lama kemudian,Narae turun dengan keadaan sudah rapi dan siap menerima sarapan lezat dari ibunya. Disusul oleh Joon Hyung dengan muka masam yang terpampang nyata di wajahnya. Sambil menyorotkan tatapan tajamnya pada Narae,ia menyeret kursi dan duduk tepat didepan Narae.

"Uuuuh~uri Joon Hyungie~ kau sangat manis sekali hari ini! Mau sarapan apa? Gimbap? Roti lapis?" Goda Narae sambil meluncurkan aegyo imut andalannya.

"Jangan mencoba mengalihkan topik. Kau pikir aku tidak tahu apa yang sudah kau lakukan?" Ujar Joon Hyung dengan sorot mata dingin yang menusuk. Pagi yang hangat seketika berubah menjadi kelabu.

"Dimana kau sembunyikan sepatuku?" Tanya Joon tanpa bertele-tele.

"Sepatu apa?" Tanya Narae balik sambil melahap sepotong gimbap terakhirnya.

Joon Hyung mengernyitkan dahi, celingak-celinguk, lalu dengan segera mendekatkan wajahnya ke arah Narae, berujar pelan, lebih seperti berbisik,samar,"Sepatu yang Hye Rim berikan sebagai hadiah ulang tahunku Minggu lalu."

Narae berhenti mengunyah, mencoba mencerna setiap kata yang Joon Hyung ucapkan,dan...
"Hye Rim? Hye Rim?!! Sejak kapan Noona dihilangkan dari nama Hye Rim?!!! Tunggu-tunggu.. tidak mungkin kau.....huppp." Narae membekap mulutnya, terkejut mendapati ekspresi mengejutkan Joon Hyung. Berarti benar dugaannya selama ini. Adik kecilnya sudah tumbuh dewasa dan... bisa melupakan cinta pertamanya,cinta tak terbalas selama 13 tahun, cintanya pada Narae.

"Noona diam saja jangan ikut campur. Dan ingat, jangan pernah membahas tentang hubunganku didepan Hye Rim. Mungkin.. lupakan." Joon Hyung tak melanjutkan ucapannya. Narae merasakan kejanggalan. Sebelum ia memanggil Joon Hyung, orang yang akan dipanggil sudah beranjak pergi meninggalkan aroma maskulin yang masih melekat kuat di kursi makan tempatnya duduk.

"Eomma,aku berangkat." Teriak Joon Hyung dengan mulut penuh gumpalan roti lapis.

"Hati-hati, jangan berlarian di jalan lagi jika kau masih ingin menyantap kimchi buatan ibu nanti malam! YA! Anak itu benar-benar! Click." Teriak Gal Hee sambil terus mengocok telur dalam mangkuk keramik didekapannya.

Tak salah jika Joon Hyung mendapat julukan si biang kerok di sekolahnya. Sudah puluhan peraturan yang ia langgar, namun karena sokongan otak encer dan wajah rupawan,ia juga banyak digemari para gadis dan menjadi salah satu ikon di sekolahnya.

Namun, beberapa saat, kabar kencannya dengan seorang mahasiswi universitas Korea sempat menggemparkan seisi jagat raya sampai ia harus absen 1 Minggu penuh demi menghindari amukan massa. Tapi percuma, benar saja para gadis tetap menyerangnya meskipun sepekan sudah berlalu.

Choi Hye Rim, mahasiswi cantik dengan segelintir kemewahan yang menyelimuti hidupnya. Tidak seperti sosialita lainnya,Hye Rim termasuk orang yang menyenangkan dan mudah bergaul. Tak pandang status sosial atau apapun. Bukan hanya itu, kepribadiannya yang imut dan perhatian membuatnya disenangi banyak orang.

Brother=BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang