"Eomma! Aku berangkat!" Teriak Narae sambil melahap 2 lembar roti yang di satukan dengan cairan kental manis menggoda.
"Noona, tunggu!"
"Mari berangkat bersama." Tambahnya sembari tersenyum hangat.
Narae cengo. Gumpalan roti yang menumpuk di dalam mulutnya berhenti terkunyah selama beberapa detik, sampai ia memutuskan,"Baiklah." Jawabnya. Ia agak ragu, tapi jika hanya berjalan bersama tidak akan berefek fatal, bukan?
Pagi ini cerah seperti biasa. Ah,tidak tidak. Beberapa hari yang lalu Narae harus menerjang hujan badai pagi buta yang membuatnya setengah basah sampai di sekolah. Untung saja kelas tidak di undur ataupun alasan lain yang membuat usahanya sia-sia.
Kini ia berjalan beriringan dengan Joon Hyung. Sesekali irisnya menilik Joon Hyung untuk sekedar tahu ekspresinya.
"Kau tahu kan aku bukan orang yang pandai mengendalikan diri." Tutur Joon Hyung. Pandangannya masih ke depan, tapi entah dari mana ia tahu bahwa si gadis sedang memperhatikannya, bahkan hanya menggunakan ujung mata.
Narae sontak memutus kontaknya,berdehem untuk mengurangi rasa canggung dan pandangannya kembali lurus. Sesekali ia menunduk,merutuki diri yang entah kenapa selalu tidak bisa menahan diri.
Keadaan masih canggung. Beberapa kali Joon Hyung membuka suara, tapi lagi-lagi berakhir sama. Tidak bertahan lama. Sampai seseorang datang dan memanggil Narae dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya,"Narae-ssi!" Ujar si empu sambil melambai-lambaikan tangan kanannya.
Keduanya sontak menoleh.
Joon Hyung mengernyit,"Kau mengenalnya?" Tanyanya pada Narae yang hanya dibalas gumaman.
"Ah,sunbaenim! Annyeong haseyo!" Serunya sembari membungkuk sebagai rasa hormat.
Lagi-lagi Joon Hyung mengernyit, tak suka dengan hubungan keduanya. Entah senior dan junior, teman satu kuliah, teman dunia maya, atau apalah itu, dia tetap tidak suka. Apalagi saat melihat wajah Narae yang berseri-seri sejak kedatangan pria bertampang imut. Sudah bisa ditebak bahwa ia seorang kutu buku.
"Pacar.."
"Ah, bukan-bukan! Dia..."
"Joon Hyung. Kang Joon Hyung." Ujar Joon Hyung ketus. Tangannya masih senantiasa bersembunyi dibalik mantelnya. Tatapannya tak lepas dari lelaki di depannya, mengintimidasi. Seakan tidak mau hubungan kedua orang yang lebih terlihat seperti dua sejoli ini semakin dekat.
"Ah, dia adik yang kau ceritakan waktu itu,ya?" Tanya si empu pada Narae yang hanya dibalas anggukan dan senyum,cengiran yang terlihat amat canggung.
"Noona menceritakan tentangku pada orang lain?!"
"Ah, setidaknya jangan pada orang asing." Lanjutnya.
"YA! Kau ini!" Bisik Narae pada Joon Hyung.
"Ah,mianhaeyo,sunbaenim! Dia baru saja memasuki tahap pendewasaan, jadi.."
"YA! Noona gila! Tahap pendewasaan? Ck!"
"Ah, tidak apa-apa Narae-ssi. Aku paham."
Keadaan canggung tiba-tiba menyergap. Narae tersenyum kikuk,Jaesung tersenyum memaklumi, dan Joon Hyung terus-terusan berdecak kesal, dibuat tak percaya dengan sikap malu-malu keduanya.
Kesal dengan keadaan yang semakin menjadi,ia menarik tangan Narae gusar, meninggalkan Jaesung yang hanya bisa diam dan memandang keduanya berlalu.
"YA! Kau ini apa-apaan!... Ah,sunbaenim mianhaeyo, annyeong!" Teriak Narae pada Joon Hyung diikuti dengan tuturan lembut yang dilontarkan pada Jaesung.
'Bermuka dua' seperti itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan sifat gadis bersurai coklat dengan mata bulat berwarna senada. Begitu pula anggapan Joon Hyung. Untuk Jaesung... entahlah.
Joon Hyung terus menggeret Narae sampai benar-benar jauh dari pria yang menurutnya orang asing yang aslinya bermata empat. Berhenti saat Narae dengan sekuat tenaga menepis tangannya. Sebenarnya sepanjang perjalanan Narae sudah meronta, hanya saja mungkin puncak kesabarannya baru muncul beberapa saat setelahnya.
"YA! Kau sudah gila! Kau tidak sadar mereka semua memperhatikan kita?!"
"Apa urusannya denganku? Noona,kau tahu? Orang mesum selalu menyembunyikan jati dirinya dibalik topeng mata empat seperti dia?! Tapi kau dengan mudahnya menampilkan senyummu padanya seolah berkata'bawa aku bersamamu,oppa' kau sadar?!" Jelas Joon Hyung panjang lebar. Emosinya meledak seketika. Batara hanya menatap tak percaya.
"Kau ini kenapa? " Tanya Narae heran. Adiknya itu benar-benar dalam fase pendewasaan, tidak bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk.
"Kau...aaah terserah!" Seru Joon Hyung kesal. Terlihat dari bagaimana ia mengacak surainya dengan gusar. Membiarkan wajah tampan tersebut makin rupawan dengan rambut acak-acakan. Begitulah manik Narae menangkapnya.
"Aku akan menunggu Noona disana tepat pukul 6 petang. Jangan terlambat. Aku duluan!" Teriak Joon Hyung seraya menunjuk ke arah halte bus di ujung jalan, lalu segera melenggang pergi meninggalkan Narae yang sedari tadi masih digelayuti rasa kesal. Bisa-bisa si adik menariknya sampai sini, meninggalkannya begitu saja pula, padahal jalan ini berlawanan dengan arah kampusnya. Harus kerja dua kali jika seperti ini. Lumayan jauh juga untuk orang yang berjalan kaki.
Terkutuklah kau Kang Joon Hyung!
~~~
"YA! Joon Hyung-ah! Disini!" Teriak seorang siswa pada Joon Hyung. Tangannya melambai-lambai sembari menghentakkan kaki bersamaan.
"Moon Jae? Ada apa?" Tanya Joon Hyung bingung. Dengan nafas terengah,ia berjalan menghampiri si empu yang sedari tadi sangat semangat ingin segera menunjukkan sesuatu yang dimilikinya.
"Ini kakakmu?" Tanya Moon Jae sambil memperlihatkan ponsel pintarnya pada Joon Hyung. Terpampang foto si kakak yang dengan eloknya berpose bak anak kecil yang sedang melakukan aegyo.
"Waaaaah. Jjinja kyeowo!" Seru Moon Jae. Senyum lebar terlukis menghiasi wajahnya yang mulai memerah. Entah karena hawa musim dingin atau terkena flu barangkali, Joon Hyung tak peduli.
"Berikan padaku! Siapa yang menyuruhmu mengikuti akun kakakku?" Tanya Joon Hyung setelah berhasil merebut ponsel tersebut dari pemiliknya,si empu hanya bisa pasrah dan sesekali bergelagat tak terima.
" Salah sendiri kau berbohong padaku! Kau bilang kakakmu itu jelek makanya tidak mau memperkenalkannya padaku! Jahat!" Kesal Moon Jae sembari memanyunkan bibir. Kakinya dihentikan beberapa kali. Aksinya itu lebih terlihat seperti anak kecil yang sedang merengek pada ibunya karena tidak dibelikan permen.
"YA! Berhentilah menyukai wanita yang lebih tua! Bagaimana bisa dewasa jika kau terus-terusan terbayang wajah ibumu saat kencan buta?" Seru Joon Hyung sambil mengotak-atik ponsel Moon Jae. Beberapa kali terdengar lenguhan tak terima dari si empu, tapi apa boleh buat, sahabat keras kepalanya itu tak mau dikecoh jika sudah melakukan sesuatu-seenaknya.
"Jangan bilang kau..."
"A-aku apa? YA!" Joon Hyung berfirasat buruk. Apa dia terlalu jauh menceritakan privasi keluarganya pada sahabatnya itu?
"Kau tidak mau memiliki kakak ipar sepertiku?!" Teriak Moon Jae histeris. Merengek keras yang mengalahkan rengekan anak kecil.
Joon Hyung membuang nafas lega. Demi mendengar jawaban si empu, dia sampai lupa bernafas. Benar-benar detik-detik menegangkan dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother=Boyfriend
Teen FictionRomansa kakak beradik yang saling mencintai. Dilema antara cinta, keluarga, dan persahabatan. Akankah mereka mengorbankan segalanya demi cinta mereka? Ataukah menggugurkan cinta mereka demi orang-orang tersayang?