09 : Terombang-ambing

1.7K 167 43
                                    

Numpang promo ya..

Ayo buruan pesan..

Versi cetak jelas beda dan lebih komplit dari versi Wattpad-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Versi cetak jelas beda dan lebih komplit dari versi Wattpad-nya.

Ada bonusnya lagi!

So tunggu apalagi, grab it fast!

So tunggu apalagi, grab it fast!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fey penasaran. Apa yang dibicarakan si babe pada Irul tadi malam?

Jadi, pagi-pagi dia sudah ngampus. Hingga membuat Papinya melirik jam dinding ketika Fey keluar dari kamar.

"Tumben lu udah bangun, bukannya jadwal kuliah lu siang semua?" Tanya papi yang asik main mahyong sendirian.

"Fey ada perlu, Pih. Janjian sama teman."

"Sama Lee?" Tanya Papih spontan.

Sebenarnya Fey gak ada maksud melihatkan Lee, tapi berhubung papihnya menyebut nama sohibnya itu dia jadi mengiyakan saja.

"He-em. Pih, Fey pigi dulu ya. Byeee.."

Cup.

Fey mengecup pipi keriput papihnya. Papihnya balas merapikan rambut Fey yang agak berantakan.

"Jangan nakal di kampus, papih nyekolahin lu itu gak murah. Ni ce tau*?"

* Kamu tahu?

"Wo yau* Pih, Don't worry! Fey so sweet kalau di kampus."

* Aku tahu.

Papih mendengus perkataan Fey.

"Gak usah kebule-bulean, lu itu chungkokren*!"

* Orang Chinese.

"Salah Pi, Fey orang Indonesia. Buktinya Fey punya ktp, punya paspor Indonesia," cengir Fey.

"Bawel!  Nasionalis boleh, membaur betul jangan! Lu ngerti kan Papi punya maksud?"

Tentu saja Fey tahu. Papihnya gak mau punya menantu pribumi. Bolak-balik Papi dah menekankan hal itu.

"Hmmmm, sudah Pi. Fey mau telat!"

29. Mas Ustad, Wo Ai Ni!  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang