Fey memasuki rumahnya dengan perasaan tak menentu. Tangannya berkeringat dingin saking khawatirnya dirinya.
Diam-diam Irul meraih tangan kekasihnya dan menggenggamnya dengan hangat.
"Non, apapun yang terjadi.. ada saya," bisik Irul pelan.
Fey tersenyum getir, tapi dukungan kekasihnya membuatnya lebih tegar.
"Bik, ada Papi?" Tanya Fey pada Bik Iyem yang menyambutnya.
Gelengan kepala Bik Iyem membuat Fey menghembuskan napas lega.
"Tuan gak ada Non, tapi ada.."
Fey tak mengindahkan ucapan Bik Iyem, dia segera memberitahukan kabar melegakan baginya pada keluarga Irul.
"Maaf, Papi tak ada di rumah. Mungkin lain kali saja kalian datang."
Dia merasa heran melihat arah pandangan keluarga Irul tertuju pada sesuatu dibalik punggungnya.
"Wow, sepertinya ada yang penting. Bisa saya bantu? Saya wakil papinya Fey."
Deg!
Jantung Fey seakan berhenti berdenyut mendengar suara itu. Dia membeku dengan wajah syok. Tak ada yang memperhatikan hal ini karena perhatian mereka semua tersita pada sosok yang baru muncul dari dalam.
Dia pria dandy yang nampak ramah dan sangat welcome menyambut keluarga Irul.
Penampilannya bersih, rapi dan perlente.
"Anda siapanya Ipeh?" Tanya Ayah ingin tahu.
"Ipeh?" Pria itu mengerutkan keningnya, tapi sontak tersenyum begitu paham siapa yang dimaksud Ayah Irul. "Fey, maksud anda. Ya, saya pamannya. Adik papi Fey."
Melihat keramahan paman Fey, keluarga Irul merasa lega. Sepertinya urusan dua keluarga mereka tak sesulit yang dikira.
"Silakan duduk," paman Fey dengan sopan meminta para tamu duduk di sofa ruang tamu.
"Terima kasih, Nak..."
"Geraldo, panggil saja Aldo."
Mereka semua duduk di sofa, terkecuali Fey yang masih berdiri mematung dan Irul yang berdiri di sampingnya. Irul memandang kekasihnya was-was.
"Non, ada apa?" Dia bertanya lirih.
Fey bungkam, tapi pandangan kosongnya mengkhawatirkan Irul. Dia menuntun Fey duduk di sofa, lalu pemuda itu menyusul duduk di sebelah Fey. Semua itu tak luput dari perhatian Aldo, dia nampak tak suka. Tapi wajahnya berubah ramah ketika Ayah Irul menanyainya.
"Apa kedatangan kami mengganggu kalian?"
"Tentu saja tidak," senyum Aldo, "Saya baru kembali dari Amerika, sementara ini belum ada pekerjaan. Masih pengangguran. Sungguh menyenangkan bertemu dengan saudara sebangsa setelah lama tinggal diluar negeri."
Ayah manggut-manggut, merasa puas dengan penerimaan keluarga Fey. Ternyata masih ada yang nasionalis dalam keluarga Ipeh, pikir Ayah polos.
"Jadi, apa maksud kedatangan kalian?" Tanya Aldo ingin tahu. Dari sudut matanya ia melihat Irul yang tak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Fey. Dahinya berkedut ringan menyaksikannya.
"Begini," ucap Ayah, lalu berhenti untuk menunjuk Irul, anak sulungnya. "Dia putra sulung saya. Namanya Mohammad Khoirul. Meskipun usianya masih muda, tapi dia sudah cukup mapan. Mampu menghidupi satu keluarga."
Aldo mengangguk dengan senyum datar terukir di wajahnya.
"I see. Saya yakin dia anak yang bisa Anda banggakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
29. Mas Ustad, Wo Ai Ni! (TAMAT)
General FictionPUJI TUHAN, BERKAT DOA KALIAN SEMUA NOVEL INI TELAH MENJADI PEMENANG UTAMA BEEROMCOM CHALENGE. SEMENTARA EBOOK BELUM BISA DI LAUNCH, KALIAN BISA MENDAPATKAN CERITA INI KOMPLIT DI KARYAKARSA. CARI AKUNKU VALENTC. NOVEL CETAK TELAH TERSEDIA.. HUB B...