Chapter 19

870 45 3
                                    

The wonder of mistletoe
'Chapter 19'

----------------

Like, comment and read
Ok enjoy it

**********

Tok Tok Tok!!!!
Ketukan itu terasa kasar sekali.

“Tumben lu dateng nyet?”

“Danny mana?!”

“Danny?”

“Iya, Aku tau Danny pasti disini!”

“Maksud lu apa nyet?”

“Kalaupun Danny gak disini, pasti lu tau sesuatu, Wildan! Dimana dia?!”

“Aku beneran gak tau Rik aku...”

Tiba-tiba Wildan tercekat melihat Riko mengambil handycam yang tergeletak diatas meja.

“Ini nyala? Lu lagingapain?”

“Gua.. Gua...”

Aku mengintip dari sela-sela pintu, kulihat kak Riko menatap handycam itu. Seperti menyaksikan sesuatu.

“BAJINGAN KAMU WILDAN!!!!!” teriak Kak Riko.

Aku memejamkan mata.
Ini tak mungkin terjadi lagi...
Diluar, matahari begitu terik...
Darah segar mungkin bisa mengalir deras jika harus menetes saat ini...

========¬¦






“RIK! DENGERIN GUE DULU INI SERIUS!”

Brughhh...
Pukulan kak Riko lebih dulu menghantam pelipis kiri kak Wildan.
Tubuhku gemetar hebat.

“BACOT ANJING! ITU SAHABAT ? HAH? ITU SAHABAT? “

“RIK!!! GUE TAU ITU SALAH!! DENGERIN DULU GUE NGOMONG!”

“SAHABAT ITU GAK MAKAN PACAR TEMEN SENDIRI, NJING!!!”

Pukulan keras kembali mendarat di muka kak Wildan.
Aku merasa pusing.
Kepalaku seperti diputar aku tak sanggup melihat ini terjadi kembali.
Ratusan perasaan berkecamuk di dadaku.
Sesal, sedih, takut, benci, semua berkumpul.
Aku tak tau lagi yang mana yang kurasa.
Hilang.
Haruskah aku keluar dan menemui mereka ?
Ataukah berdiam diri disini dan mengiris perih hati menyaksikan kedua orang yang kusayangi itu bertengkar.
Kak Wildan bangkit kemudian mendorong kak Riko ke dinding.
Kak Riko nampak nanar,
tangan kak Wildan begitu besar untuk dilawan.

“Rik... Aku minta maaf untuk yang kesekian kalinya.
Tapi apa yang kamu liat di video itu... Bukan itu yang sebenernya terjadi... Danny... Dia ga nerima semua itu Rik... Dia masih sayang kamu...”

“Mana... Mana Danny?” ujar kak Riko sambil tertunduk lesu.

Ia mendudukan tubuhnya dan punggungnya menempel ke dinding.

“Plis, Dan... Plis... Danny mana?” ujar kak Riko tercekat.

Suara kak Riko yang pelan menyayat membuatku berderai air mata.
Aku disini, hanya sebaris pintu melapisi kita.
Rasanya aku memandang dia begitu jauh, sulit untuk ku gapai.
Rasa rindu yang berkecamuk ingin memeluknya,
memegang kepalanya,
walau hanya sekejap.
Tapi aku hanya bisa menangis.
Butuh keberanian untuk membuka pintu ini, tapi aku merasa lemas.

“Tolong aku, Wildan! ”

“Aku... Aku... Ini Danny yang milih, Rik... Danny yang menghendaki...”

THE WONDER OF MISTLETOETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang