Happy Reading!!
"Apa yang kau lakukan dibalik tembok itu Airin?” Airin terlonjak dari lamunannya ketikasebuah suara menginterupsi.
“Ahh maaf bu saya ingin mengumpulkan laporan di meja pak Cahyo tapi tadi pulpen saya terjatuh” Airin mencoba menjelaskan kepada staf dosen yang Nampak kebingungan melihat tingkahnya.
“Taruh saja dimejanya, beliau sedang berangkat tugas”
“Baik bu”
Bergegas Airin meletakkan laporannya dan pamit meninggalkan ruangan. Ia kembali ke kelas untuk mengambil tas dan pulang karena perkuliahan hari ini sudah usai.
“Airin”
Sebuah suara menghentikan langkah Airin yang hendak menuruni tangga.
“Rania?”
Sejenak Airin menatap sosok Rania yang terlihat cantik dengan rambut yang digerai indah.
“Hai, kau mau kemana?”
“Aku akan pulang”
Terdengar suara Rania yang menghembuskan nafas kasar dan menatap jam dipergelangan tangganya.
“Sebentar lagi jam makan siang, maukah kau menemaniku keluar mencari makan?” tangan Rania merangkul pundak Airin.“Mau ya rin, kantin penuh dan aku tak ada teman untuk teman berbincang, mau ya?” rengeknya sambil menggoyang-goyangkan tangan Airin.
“Baiklah” Airin hanya bisa pasrah dengan ajakan Rania.
Ia sebenarnya kaget dengan sikap Rania yang berbeda hari ini. Karena semenjak Airin mengetahui tentang perasaan Rania terhadap Sean, gadis tersebut seperti enggan terlalu berlama-lama berdekatan dengan Airin.
Yahh meski sebelumnya pun mereka bukan teman dekat, tapi karena mereka berada di kelas yang sama hubungan mereka terjalin dengan baik sebelum ini.
“Ada café baru di ujung jalan sana, aku akan mentraktirmu” seru Rania sambil menggandeng tangan Airin.
Dua langkah kaki menapaki halaman kampus. Seperti yang dikatakan Rania bahwa ia mengajak Airin untuk makan siang bersama. Sekarang memang waktunya makan siang, banyak mahasiswa-mahasiswi yang nampak tengah keluar dari kelas perkuliahan.Rasa letih terlihat di wajah mereka. Ada yang memukul-mukul pundak, ada yang menyeret tasnya karena lelahnya, hingga ada yang langsung bergegas berlari ke kantin. Bahkan ini baru setengah hari, bagaimana ketika mereka mendapat kelas hingga sore hari, mungkin mereka akan menginap di kampus dari pada harus pulang.
Pintu café mengeluarkan bunyi gemerincing ketika seseorang membukanya. Deretan meja bundar dengan empat kursi disisinya memenuhi isi café.Tatanannya unik tapi tetap tidak membuat jenuh untuk dijadikan tongkrongan anak muda.
Rania dan Airin berjalan ke arah kasir untuk memesan. Karena disini sistemnya pesan, bayar baru bisa duduk.Airin mengerutkan dahi ketika sampai di depan kasir. Bentuk dari konter café ini mengingatkannya akan film kartun favoritnya.
“Bukankah ini unik?” kata Rania
Airin hanya tesenyum dan menganggukkan kepalanya.Selesai memesan, mereka memilih duduk dikursi sebelah jendela. Sehingga mereka bisa melihat lalu lalang teman satu kampus mereka yang sedang mencari kedai makan siang.
Mungkin karena masih baru, jadi café ini belum seramai yang lain. tapi mereka cukup terkejut ketika beberapa saat setelah makanan mereka datang.Terlihat teman-teman mereka yang merupakan deretan mahasiswa jenius kampus masuk ke dalam café. Tak hanya itu, para mahasiswa yang terkenal famous, bahkan mahasiswa pendiam yang kutubuku semua seolah menjadi magnet untuk terus mereka perhatikan.
Airin hanya berfikir, apa tempat seperti ini tempat tongkrongan mereka? Bahkan orang-orang yang ia lihat masuk café ini adalah orang-orang yang paling susah ia temui.
Ya, café ini memang begitu tenang dan nyaman bagi mereka yang tidak suka kebisingan. Mungkin ini bisa menjadi tempat rekomendasi buat Airin dikala ingin menenangkan diri, pikirnya.
Airin menyendokkan satu suapan besar gado-gado yang tadi ia pesan. Ia mengunyah dengan perasaan yang tenang. Bola matanya menangkap pada senyum Rania yang membuatnya penasaran hingga ia melihat ke arah pandang Rania.
“Uhukkk uhukkk”
Seketika Airin tersedak, ia meraih jus jambu yang berada di samping piringnya dan meminumnya perlahan.
Airin menepuk dadanya perlahan kemudian menghabiskan minumannya. Tanpa sadar Airin memerhatikan Rania yang Nampak acuh ketika melihatnya tersedak, Rania hanya meliriknya sekilas kemudian netranya mengarah kembali pada sosok yang membuat ia tersedak, kaget.
Airin masih terbatuk-batuk akibat tersedak, rasanya sangat sakit ditenggorokannya. Ia merutuki diri sendiri sendiri kenapa bisa seceroboh ini.
“Airin, kau tidak apa-apa?” tangan Rania terulur mengelus pundak Airin.
“Aaa, aku tidak apa-apa kok” Airin terkejut dengan perubahan sikap Rania yang tiba-tiba, padahal tadi tidak perduli.
“Aku akan memesan minuman lagi” ucap Airin
Belum sempat ia beranjak dari kursi, sebuah suara menginterupsinya.
“Apa kau butuh minum? Aku fikir kau tersedak atau semacamnya hingga terbatuk-batuk?” ucapnya.
“Ah iya,dia butuh minuman” itu Rania yang menjawab.
“Ini” ia menaruh satu gelas jus jeruk dihadapan Airin.
“Ah, tidak perlu repot-repot”
“Tidak merepotkan, tadi ada yang salah pesan, jadi sekalian aku membelinya”
“Ah, begitu, terimakasih”
Ia hanya berdehem singkat kemudian pergi.
“Sean? Maukah kau bergabung dengan kami? Sepertinya meja lain sudah penuh” ajak Rania sebelum Sean melangkah lebih jauh.
Ya, seseorang yang sudah sukses membuat Rania tersenyum dan membuat Airin tersedak adalah Sean dan sekarang ia tidak punya pilihan lain selain begabung di meja bersama Rania dan Airin karena sekarang meja café sudah mulai dipenuhi dengan anak-anak kampus.
“Maaf, tapi bisakah aku meminjam handphone?” suara Sean yang baru mendudukan dir menginterupsi kecanggungan mereka.
“Apa?” tanggap Airin dan Rania bersamaan. Sean memandang kearah Airin kemudian Rania secara bergantian ketika mereka menyerahkan handphone kepada Sean secara bersamaan.To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Luar Biasa (SUDAH TERBIT) ✔️
RomanceKetika cinta membuatmu terjatuh namun sebuah rasa menjadikanmu luar biasa.