Warning Typo!!!
Happy Reading
Terimakasih” ucap Sean kepada Rania.
Dan ya Sean akhirnya menggunakan handphone milik Rania untuk menghubungi orang rumah karena handphone nya tertinggal. Bukan karena apa-apa, hanya kerna Rania mengatakan ia punya banyak gratisan menelpon.
“Ku dengar kau menjadi asisten dosen?” Rania mengawali perbincangan.
Sean hanya menjawab dengan anggukan dan melanjutkan makannya dengan tenang. Sedangkan Airin, dia pun melanjutkan makannya yang tertunda karena insiden tersedak tadi hingga membuatnya berada satu meja dengan Sean, ekor matanya selalu mengarah kepada Sean.Airin tahu kalau Sean bukanlah orang yang suka berbicara ketika makan.
Jujur saja kalau Airin tidak bisa membohongi diri sendiri bagaimana bahagia ia ketika bisa memandang Sean dari jarak sedekat ini. Ingin rasanya ia melompat dan berteriak karena senang tapi ia hanya bisa menaikan sedikit ujung bibir untuk mengungkapkannya.Namun kemudian netranya mendapati raut bahagia Rania yang memandang intens ke arah Sean.
Airin hanya tidak ingin berburuk sangka tapi hatinya seolah mengatakan bahwa alasan Rania mengajaknya kesini karena ia ingin mempertemukan antara dirinya dengan Sean.Bukan tanpa maksut, karena ia tahu kalau Rania saat ini begitu menyukai Sean. Ia bisa melihat dari ekspresi Rania ketika berbicara dengan Sean. Seolah dia berusaha menunjukkan kepada Airin jika dia begitu dekat dengan Sean, meski nyatanya Sean bukan tipe orang yang mudah didekati.
Setelah makanannya habis Sean hanya sekedar berbicara ketika Rania bertanya tentang dirinya yang menjadi asisten dosen. Padahal Rania mengetahui hal itu dari Airin beberapa saat setelah mereka datang ke café.
Sean memang jenius dan kompeten. Ia banyak dikagumi dan selalu diandalkan para dosen. Ya terlepas dari dia yang merupakan keponakan dari salah satu Rector. Dia tidak pernah memanfaatkan jabatan keluarganya untuk memperoleh prestasi yang ia raih selama ini.
Sean pamit terlebih dahulu ketika ia ingat ada kelas yang harus ia hadiri. Tatapan memuja dari Rania mengiringi langkah Sean yang meninggalkan café. Kemudian Rania ikut beranjak pergi.
“Aku lupa masih ada kelas tambahan, aku duluan rin” Rania melangkah pergi meninggalkan Airin. Ia hanya menghela nafas kasar sambil mengorek isi tasnya karena mendengar getar pada hanphonenya. “Hallo…”
***
Airin menghempaskan tubuhnya ke kasur ketika sampai di kamarnya. Ia memandang langit-langit. Kejadian dimana ia makan satu meja dengan Sean masih teringat segar dipikirannya. Senyum indah kembali terpancar di wajah ayu nya.
Airin mungkin tidak memiliki tubuh proporsional bak model. Tingginya saja tak lebih dari 158 cm. Rambutnya hitam panjang, mempunyai hidung mungil yang mancung dan mempunyai kulit seputih susu. Mungkin karena itu ia terlihat telalu pucat karena Airin bukanlah gadis yang suka dandan, bahkan hanya sekedar memoleskan lipstick di bibir manisnya.
Airin tidak pernah merasa minder dengan penampilannya karena apa yang ia lakukan dan apa yang ia kenakan semua atas dasar apa yang membuatnya nyaman.
Berbeda dengan Rania yang mempunya tubuh semampai dengan bibir merah merekah yang selalu membuat kaum adam salah focus untuk melihatnya, body goals pokoknya.
Airin beranjak dari posisi nyamannya di kasur. Langkahnya menuju kea rah sebuah laci meja yang terletak disamping ranjang tidurnya. Ia menarik laci tersebut dan mengambil sebuah kalung id card yang tersimpan disebuah kotak berwarna merah muda dengan gambar kelinci.
Airin tersenyum dan sesekali menggenggam serta menaruh barang tersebut kedadanya, seolah memeluk.
Entah apa yang sedang ia lakukan.Namun, satu hal yang selalu ia ungkapan ketika ia menggenggamnya.
“Mungkin sekarang kita masih berada dalam fase dimana kita belum bisa saling mendekat satu sama lain. tapi aku berharap dan mempercayai bahwa akan ada fase dimana kita saling sapa, saling berpegang tangan, saling mengutarakan perasaan dan saling mencintai satu sama lain”.
Airin melangkah menuju jendela. Ia memandang ke arah langit yang terlihat cerah hari ini.
“…dan fase awal, kita sudah melwatinya” Airin tersenyum dengan tangan yang masih senantiasa menggenggam id cardnya.
Entah ada apa dibalik barang tersebut. Ada seuatu hal yang membahagiakan yang membuatnya hampir setiap hari melakukan hal yang sama, lagi dan lagi.
Hai hai hai
Aku kembali ya, masih adakah yang menunggu cerita ini?Kira2 apa ya yang terjadi antara
Bang Sean sama mbak Airin selanjutnya ya ?Ikuti terus yaa
See yaa
🤗🤗😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Luar Biasa (SUDAH TERBIT) ✔️
RomanceKetika cinta membuatmu terjatuh namun sebuah rasa menjadikanmu luar biasa.