LIMA

145 27 0
                                    

Happy Reading!

Airin menempelkan handphone di sisi telinga sembari tanganya menutup kembali pintu ATM.

Ia baru saja mengambil tabungannya untuk mengganti kerugian kepada temannya beberapa hari lalu.

“Ahh ya, tidak apa-apa bu, Airin masih punya simpanan di tabungan” ucapnya kepada seseorang di seberang telpon.

“Jaga kesehatan ibu dan ayah baik-baik, Airin merindukan kalian” dengan senyum yang mengembang Airin memutuskan sambungan teleponnya.

Ibunya baru saja menelpon dan mengatakan bahwa mereka menunda mengirimkan uang bulan ini. Toko mereka mengalami konsleting listrik dan mengakibatkan sebagian toko mengalami kebakaran.

Airin menghela nafas berat. Andaikan ia sudah bekerja pasti ia bisa membantu kedua orangtuanya.

Ia melanjutkan langkahnya kembali ke kampus. Ia masih memiliki satu mata kuliah lagi sebelum melakukan cod kembali.

Langkahnya terhenti melihat sosok yang baru keluar dari dalam mobil tepat di depan lobi rektorat. Itu Sean. Seketika senyum kembali menguasai raut wajahnya. Ada rasa syukur dan bahagia mengetahuinya kini sudah baik-baik saja.

“Airin” dan suara itu lagi-lagi mengacaukan pikirannya. Dan benar saja, kini Sean berjalan ke arahnya dengan senyum yang tak pernah membuat siapapun bosan melihatnya.

“Hari ini mata kuliah Psikologi Kepribadian bukan?” suara halusnya menggema di telingaku.

“Hah, Ah ya” Airin tergagap akan pertanyaan sederhana itu.

“Ayo,hari ini jadwalku mengisi kelasmu”

Entah bodoh atau apa seolah aku hanya tersihir oleh baritone kata yang sedari tadi ia ucapkan. Langkah kakiku seolah mengambang membawaku mengikutinya tanpa komando yang berjalan mendahuluiku.

Entah perasaanku saja atau memang benar, bahwa sedari tadi senyum selalu mengembang di wajah tampannya. Membuatnya berkali-kali lipat lebih tampan seperti biasanya.

Dan saat itu dalam hati Airin kembali menggumam “….mulai sekarang aku harap kita bisa melalui fase yang lebih dekat dari fase sebelumnya” sebuah senyum kembali menghiasa paras ayunya.

***

Sang pencipta tak pernah memberi tahu hari ini kita akan ditakdirkan bertemu denga siapa, keadaan bagaimana yang akan kita lalui hari ini, atau bahkan takdir seperti apa yang akan kita lalui nanti. kita hanya bisa berusaha dan memasrahkan semuanya.

Jikalau semua yang sudah kita usahakan masih belum mendapatkan hasil yang semestinya, mungkin kita diminta untuk berusaha lebih giat lagi.

Begitupun ketika apa yang sudah kita usahan sudah mendapatkan hasil yang memuaskan, kita tidak boleh terlena dan lantas mengabaikan hal lain yang bisa datang tanpa terduga.

Mungkin bagi Airin menjadi sosok yang tiba-tiba menjadi dekat dengan seorang Seandra adalah hal paling mebahagiakan baginya.

Entah bagaimana proses detailnya dirinya mulai akrab dan kini bisa melepas tawa bersama Sean. Seolah tak pernah terlintas dibenaknya jika sang pangeran mau bersanding dengan wanita biasa sepertinya. Menjadikan rasa yang selalu membuncah dihatinya menjadi letupan kebahagiaan luar biasa.

Namun kebahagian tersebut harus berlangsung sementara ketika di semester selanjutnya Airin harus mendengar kabar yang mengatakan Sean akan melanjutkan S2 di luar negeri setelah hari kelulusannya.

Rasa sesak tiba-tiba menguasai rongga dadanya. Bagai bom atom yang seketika meluluh lantahkan hatinya. Seperti selama ini yang bisa ia lakukan hanya menatap Sean dari jauh tanpa bisa menggapainya.

Waktu singkat kedekatannya bersama Sean di semester kemarin nyatanya hanya bagian dari fase hidup yang ia jalani. Bukannya Airin tak tau diri, hanya saja ia tak tau bagaimana dirinya jika benar-benar harus jauh dari Sean.

Meskipun hanya sebentar, bertemu Sean adalah salah satu hal yang membuatnya bertahan sejauh ini.

Leleran air mata membasahi pipi tirus Airin. Tangisnya tak kunjung berhenti sedari tadi dengan langkah pendek yang menelusuri bandara.

Hari ini adalah hari keberangkatan Sean.  Pandangannya mengarah ke seluruh penjuru bandara mencari keberadaan lelaki pujannya.

Hingga suara pemberitahuan pemberangkatan membuat Airin menangis terduduk lemas. Kedua tangannya memegang sisi kepalanya. Entah dia tak perduli dengan pandangan orang yang berlalu lalang. Ia sama sama sekali tak memperdulikannya.

Isakannya masih terdengar menyedihkan bagi yang mendengarnya. Bahkan Airin sendiri tak mengerti bagaimana dirinya bisa lepas kendali seperti ini, hanya karena Sean.

“Airin”

Suara itu lagi. Airin tak menghiraukannya dan masih enggan membuka matanya yang ia tutup dengan tangan yang masih memegang kepala di kedua sisinya.

“Airin”

Kali ini sebuah tangan memegang pergelangan tangan Airin dan mengangkatnya di sebelah sisinya. Perlahan Airin membuka matanya dan sebuah senyuman lembut membuatnya mematung  beberapa saat kemudian Airin memeluk sosok yang ikut berjongkok dihadapannya.

Ia menumpahkan tangisnya di dada bidang tersebut dengan memeluknya erat. Masa bodo jika sekarang salah satu orang yang memiliki jabatan tinggi di kampusnya tengah menyaksikan hal ini. Yang pasti ia ingin memeluk dan menumpahkan perasaannya pada sosok dihadapannya sekarang. Sean.

Airin dan Sean kini duduk dikursi tunggu bandara. Sean memberikan sebotol air minum untuk Airin. Ia lelah setelah meluapkan emosi perasaannya. Dan ia sedikit merutuki dirinya sendiri yang lepas kontrol seperti tadi.

Airin hanya menunduk dalam tak berani menatap ke arah Sean. Sebuah pemadangan yang lucu buat Sean untuk mengabadikannya.

“Ini tak lucu, sungguh” Airin menggerutu ketika Sean memotret dirinya gemas.

“Kenapa tidak bilang?” kekehan Sean terhenti akan pertanyaan Airin.

Wajahnya kini saling bertatapan, Sean menghela nafas sejenak sebelum memulai ceritanya.

“Apa yang perlu diceritakan? Aku kan masih disini. Lagian aku kan tidak menyuruhmu untuk sok tahu” Sean terkekeh kembali melihat Airin yang menggembungkan pipinya.

“Aku sudah terdaftar di salah satu  Universitas terbaik disini. Yang pergi Rama, anak paman Rahmadi” jelas Sean.

“Tapi kabar yang beredar tidak seperti itu. Akupun tak bisa konfirmasi langsung kepadamu karena kau begitu sibuk beberapa hari ini, jadi aku mengira itu benar-benar kau yang pergi” Terang Airin.

Ya semenjak mereka dekat, dekat dalam artian sebagai senior dan junior dalam fakultas yang sama sehingga mereka sering sharing satu sama lain. Airin dan Sean sering bertukar pesan.

Namun karena kesibukan Sean untuk menyiapkan berkas administrasi melanjutkan s2 membuatnya sering mengabaikan pesan yang masuk, membuat Airin menyimpulkan secara sepihak mengenai kabar keluarga Rahmadi yang akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri, yang ia fikir it adalah Sean.

♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️

Hai hai CiLuBi update lagi
Hehehe
Udah masuk chapter lima nih 😌
Dan mungkin tambah lima chapter lagi dan CiLuBi bakal End yaa

Tetep dukung dan support author Hunrene kesayangan kalian
🤗😘

Cinta Luar Biasa  (SUDAH TERBIT) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang