Happy Reading!
Dalam suatu hubungan tentu yang namanya ujian pasti selalu ada , entah itu perkara ujian yang kecil atau bahkan yang paling besarpun bisa saja terjadi dan bagi setiap insane yang menjalaninya harus siap menghadapi segala konsekuensinya.
Orang bilang “Kalau nggak mau sakit ya nggak usah hidup” begitupun “kalau nggak mau merasakan patah hati ya jangan jatuh cinta”.
Mengenai hubungan Sean dan Airin yang tentunya sedang mengalami goncangan gossip tak enak kini perlahan sudah membaik. Tentu mereka bukan lagi dua pasang kekasih yang masih mudah tergoyahkan dengan rumor murahan seperti itu.
Bukannya terkesan menyepelekan, bahwa nyatanya Airin sempat mengurung dirinya di rumah dan tidak mau bertemu Sean hari itu yang membuat Sean kalang kabut. Hanya saja Airin hanya butuh waktu untuk sendiri dan berfikir dengan dewasa untuk bisa memahami apa yang terjadi.
Dua hari setelahnya ketika Airin sudah kembali bekerja bahkan ia mengembangkan senyumnya untuk setiap orang yang ditemuinya, seolah tak pernah ada apapun yang terjadi.
Begitupun ketika Sean menemuinya pagi itu. Bukan sebuah tamparan yan ia dapatkan seperti yang Sean pikirkan, tetapi sebuah pelukan hangat dari kekasihnya. “Aku merindukanmu”
***
Sean menatap bangunan rumah yang sudah lama tak ia kunjungi ini. Suasana asri masih melingkupi halamannya yang dihiasi tanaman-tanaman hias.“Apakabar bibi? Sehat?” sebuah pelukan ia berikan kepada sosok paruh baya yang telah merawatnya selama ini.
“Alhamdulillah sehat Sean, kau bagaimana? Sehat bukan?” ucapnya sembari mengelus kedua lengan Sean.
Sebuah anggukan ia berikan bersama senyum yang mengembang. Tak lupa sang paman tercinta yang tak kalah ia rindukan “Kau makin tampan Sean” pelukan hangat mengawali kembali pertemuan mereka.
Ya, paman dan bibi Sean memutuskan kembali ke Indonesia setelah beberapa tahun menetap di kanada. Setelah Sean memutuskan melanjutakan pendidikan s2 di Indonesia dan hidup mandiri terpisah, dan putra semata wayang mereka yang melanjutkan kuliah di Kanada akhirnya mereka memutuskan untuk ikut tinggal di Kanada. Rumah tak akan ramai tanpa Sean dan rama katanya.
Paman Sean sudah pensiun menjadi Rector di kampusnya terdahulu dan sekarang mereka kembali untuk melnajutkan kembali perusahaan yang mereka tinggalkan.
***
Sean dan Airin kini tengah berada di ruangan kesehatan di lantai satu. Karena insiden yang dialami Liana beberapa hari yang lalu akhirnya diputuskan ruangan itu untuk ditutup. Bukan hanya sekali itu saja, sebenarnya sudah beberapa kali ada karyawan yang pernah terkunci juga disana. Lagi pula sekarang sudah ada ruangan kesehatan yang baru dilantai atas.Airin memandang ke sekitar ruangan tersebut dengan sendu, di temani Sean yang berada tak jauh dibelakangnya. Ruangan ini adalah tempat dimana Airin sering menghabiskan waktu ketika lelah dan kantuk menderanya, bagaimanapun tempat ini adalah saksi bagaimana Airin mengungkapkan keluh kesahnya dalam diam. Namun ingatan tentang ucapan Liana tempo hari tentang tempat ini tiba-tiba menguar di ingatannya.
Airin menoleh ke arah Sean yang kini berdiri gagah dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam saku celananya.
“Apa ada sesuatu yang kau fikirkan?” Sean mengetahui perubahan mimik wajah Airin ketika berbalik menghadapnya.
Airin terdiam sejenak sebelum mengeluarkan rasa ingin tahunya “Mengenai ruangan ini, apakah sebelumnya kau pernah mengetahuinya dengan baik?” kalimat itu terucap dengan lancar dari mulut Airin. Sean mengerutkan keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Luar Biasa (SUDAH TERBIT) ✔️
RomanceKetika cinta membuatmu terjatuh namun sebuah rasa menjadikanmu luar biasa.