DELAPAN

107 24 0
                                    

Happy Reading!

Hari ini merupakan hari penyambutan kedatangan salah satu direktur baru di perusahaan, yang tak lain adalah Liana, mantan Sean.  Entah ini disengaja atau tidak, tetapi Sean yang ditunjuk langsung oleh CEO perusahaan, paman Liana, untuk bertanggung jawab mengurus segala persiapannya.

Waktu tepat menunjukkan pukul 08.30 ketika sebuah mobil tampak terhenti di lobi utama yang menampilkan sosok wanita berparas cantik dan tinggi. Para karyawan berdiri berjejer menyambut kedatangannya dengan senyum yang mengembang. Apalagi ketika melihat secara nyata bagaimana kecantikan sosok Liana.

Tampak Sang Paman melangkah menghampiri Sang Ponakan dan memberikan pelukan hangat. “Lama tak berjumpa gadis kecil Paman. Kmau sehat?”

Hanya anggukan yang Liana berikan untuk merespons sapaan pamannya.
Kini tatapan Liana beralih pada sosok yang lama tak pernah dia temui, Sean.

Bibirnya yang dipoles dengan lipstick berwarna merah tampak melengkung ke atas dan tentu saja itu disadari oleh Airin yang berdiri di barisan para karyawan. Sedangkan Sean hanya berdiri dengan tatapan cool tak jauh di belakang  CEO.

Semua karyawan kembali ke ruangan kerja masing-masing setelah sambutan formalitas di lobi selesai dan dilanjut perbincangan di ruangan CEO.

Airin sebenarnya bukan tipe orang yang  memikirkan masalah yang akan membuat resah hatinya. Namun, bagaimana pun juga ada sosok wanita yang kini tengah berada satu ruangan dengan Sean, dan wanita itu adalah mantan kekasih Sean.

Benar saja dengan kabar-kabar yang sering Airin dengar selama ini tentang Liana. Jelas kecantikan Liana di atas rata-rata. Kalau dibandingkan dengannya mungkin dia hanya berada di level bawah, sedangkan Liana di level paling atas, kalah telak.

Namun, bagaimana pun, Airin harus membuang pikiran negatif jauh-jauh. Dia harus profssional. Ini sudah konsekuensi menjalin hubungan dalam satu pekerjaan. Airin menghela napas kasar.
Istirahat makan siang, Airin pergi ke kantin kantor bersama rekannya, Shifa.

Bisa dibilang Shifa adalah salah satu rekan Airin yang dekat dengannya semenjak dia magang di perusahaan ini. Shifa tipe orang simple dan tidak suka neko-neko, seperti Airin. Dia juga adalah orang yang paling mendukung hubungan Airin dengan Sean.

Dulu waktu Airin dan Sean dalam proses pendekatan, banyak sekali karyawan wanita yang suka menggosipkan Airin yang katanya genit terhadap Sean. Airin bahkan sempat ragu ketika akan menerima ungkapan perasaan Sean. Shifa marah dengan sikap Airin dan tak mau berbicara beberapa hari dengannya.

“Kamu bodoh atau apa, sih? Kamu sudah berjuang selama ini, bertahun-tahun menyimpan perasaan yang tidak tahu terbalas atau tidak. Dan, sekarang ketika peluang itu sudah di depan mata, kamu mau nyerah begitu saja hanya karna nyinyiran nggak jelas dari orang-orang?” Tangan Shifa menunjuk ke keluar ruangan tempat karyawan wanita lain yang tengah menggosip.

Airin hanya menunduk “Kamu hanya tinggal bilang “Ya,” ucap Shifa tegas.
Sifat tegas Shifa ini yang mampu membuat Airin begitu menyayanginya.

Kantin tampak tak begitu ramai siang ini, mungkin karena ada beberapa karyawan yang ikut sibuk dalam kedatangan anggota baru di perusahaan ini. Hanya tampak beberapa staf wanita dan lelaki yang mengisi sudut-sudut yang kosong.

Namanya juga wanita, tak akan lengkap hidupnya tanpa bergosip. Tentunya topik seputar Liana, pengisi jabatan manajer personalia sekaligus keponakan sang CEO, menjadi perbincangan hangat.

Banyak yang memuji kecantikannya, tetapi ada pula yang mencibir hanya mengandalkan jabatan Sang Paman untuk mengisi kedudukan di perusahaan.

Airin dan Shifa asyik mengobrol berdua dan tak mau dipusingkan lagi dengan yang lain. Dering handphone Airin bergerak yang mengalihkan obrolan mereka.

Sean is calling….

Entah apa yang mereka bicarakan, yang pasti tampak guratan bahagia terlihat dari wajah ayunya, sebuah lengkungan manis yang memuat siapa saja jatuh hati.

Shifa memandang Airin lekat ketika panggilan keduanya berakhir. “Nampaknya aku akan pulang sendiri hari ini.” Airin terkekeh kemudian mendengar kepekaan Shifa.

Sean membukakan pintu mobil untuk Airin, kemudian tangannya terulur menggapai tangan Sang Gadis untuk menuntunnya keluar. Airin menyambutnya dengan senyum yang terus mengembang.

Sekarang mereka berada di sebuah café. Sean mengajaknya makan malam bersama. Sore tadi sekitar pukul lima Sean sudah mengagetkan Airin yang tengah membereskan meja kerja.

Padahal, di telepon  Sean mengatakan akan pergi lepas pukul enam. Namun, penjelasan apa yang diterima Airin
“Rasa rinduku sudah tidak bisa ditahan lagi. Ayolah!”

Airin bahkan tak habis pikir bagaimana bisa lelaki yang dulunya super dingin bisa berubah menjadi semanis ini. Apakah cinta seluar biasa itu?

Airin memandang gurat kelelahan di wajah Sean yang telungkup sambil memegang tangan Airin. Ya, seharian ini memang Sean disibukkan dengan acara penyambutan mantan kekasihnya itu.
Biasanya sesibuk apa pun Sean, dia pasti akan tetap menyempatkan makan siang bersama dengan Airin, tetapi entah tugas macam apa yang dia dapat kali ini hingga menyebabkan waktu bersama mereka terganggu.

Airin tidak terlalu mempermasalahkan sebenarnya, tetapi melihat Sean terlihat kelelahan sungguh membuatnya tidak tega. Seharusnya, dia tadi langsung menyuruh Sean pulang untuk beristirahat.

Airin mengusap rambut Sean lembut ketika pesanan mereka datang. “Sean,” ucapnya lembut.

Sean menegakkan duduknya dengan tangan keduanya yang masih bertautan. Pelayan yang  melihatnya hanya tersenyum simpul menyaksikan keromatisan mereka.

Tak ada perbincangan selama mereka makan. Hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar, serta suara alunan musik yang terdengar menghiasi malam indah ini.

Airin memperhatikan suapan makanan Sean ke dalam mulutnya yang tampak tak berselera. Apakah selelah itu dia hari ini?

Tangan Airin terulur meraih sendok makan Sean. Sean yang tampak bingung dengan perbuatan Airin. Dia mencoba bertanya, tetapi belum sempat dia mengeluarkan kalimat, Airin sudah menyuapkan satu sendok makanan ke dalam mulutnya.

Sean membulatkan mata, terkejut dan langsung mengunyah suapan Airin pelan tanpa protes. Sean tersenyum di sela kunyahannya. Wanitanya ini sangat peka.

Pukul sembilan malam Sean mengantarkan Airin pulang setelah menghabiskan malam bersama. Airin sangat bahagia malam ini. Sean berhasil membuatnya nyaman setiap harinya dan semakin bertambah.

Mereka menautkan tangan bersama ketika berjalan ke arah kos Airin yang memiliki jalan yang sempit dan tak bisa dimasuki mobil, sehingga Sean memarkirkan mobil di depan minimarket di depan gang.

“Kamu bahagia hari ini?” Sean bertanya sambil memandang ke arah Airin.

“Seperti biasa, kamu selalu membuatku bahagia." Sean mengeratkan genggamannya ketika mendengar jawaban Airin.

“Berhenti melakukan hal itu terlalu lama!” Sean tiba-tiba mengambil langkah cepat berdiri di hadapan Airin.

“Kenapa?” Airin tampak terkejut dengan perubahan sikap Sean.

Sean menundukkan wajahnya dekat, dia masih menautkan jemarinya di jemari Airin. Sekarang dia meremasnya.

“Kumohon, dan berjanjilah, bahwa .…” Sean menyentuh sebelah pipi Airin kemudian melanjutkan kalimatnya.

“senyum ini hanya akan kamu tunjukkan kepadaku seorang.” Ibu jari Sean mengelus pipi mulus Airin.

Airin terbengong dan merona dengan kalimat Sean. Namun, beberapa detik kemudian tersenyum manis, sangat manis.

“Airin, aku bisa gila karenamu lama-lama,” teriak Sean frustrasi, kemudian meraih tubuh Airin untuk dia rengkuh ke dalam pelukan hangatnya.

“Aku sangat menyayangimu, tidak, aku sangat mencintaimu, sungguh!”
Airin lantas mengeratkan pelukan Sean sambil berkata, “Aku lebih mencintaimu.”

Airin rasa lelakinya ini tengah mengalami puncak masa pubertas.
Di sisi lain, tampak seorang tengah berkutat dengan telepon miliknya. Sesekali dia tersenyum ketika melihat sebuah foto yang sangat menarik perhatiannya. Kegiatanstalkingnya terusik ketika ada panggilan masuk di layar handphone.

“Halo….”

“….”

“Hemm?”

“....”

“Iya, aku mengerti.”

Liana dia memutuskan sambungan telepon setelah beberapa menit berdialog. Sebuah foto yang dia selipkan di balik case handphone, dia keluarkan. Senyum licik terukir di bibirnya.

“Sepertinya aku harus menghentikan waktu bermain-mainmu sekarang, Sayang,” ucapnya sensual.

Entah apa yang akan Liana rencanakan. Semua orang berpikir setelah masa rehabilitasi Liana beberapa tahun di luar negeri, gadis itu benar-benar sembuh. Ya, dia memang sembuh, tetapi dia masih tetap memiliki rasa yang mendalam buat Sean. Dia akan melakukan cara apa saja untuk mendapatkan Sean kembali.

Baginya, selama belum ada pemilik sah Sean–istri–bukan masalah baginya untuk merebut Sean kembali. Dia yakin bahwa Sean pun masih memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya.

“Well, Airin, kita lihat saja siapa yang akan menjadi juaranya.”

♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
Bang Sehun update kalo nggak tepat  di ultah mbak Irene ya sehari sesudah ultahnya yaa
😌😌
Oke, wacana dua tahun sekalinya bang
😌😌

Cinta Luar Biasa  (SUDAH TERBIT) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang