SEMBILAN

153 19 2
                                    

Happy Reading!

Sudah beberapa bulan semenjak Airin masuk ke perusahaan ini, dan masa magangnya sudah berlalu dan kini ia sudah menandatangani kontrak.

Semenjak kehadiran Liana, manager baru di devisinya, ia disibukkan dengan berbagai aktivitas. Airin yang menempati bagian HRD  menangani perekrutan karyawan baru yang dilakukan oleh atasan barunya tersebut.

Liana sering sekali memanggilnya ke ruangan untuk mendiskusikan banyak hal mengenai apa saja yang harus dipersiapkan. Ia harus menyiapkan berkas inilah, itulah. Harus menyeleksi dengan  sangat ketat  dalam perekrutan kali ini.

Hal ini membuat  Airin kerap menghabiskan waktu bersama atasannya untuk membahas berbagai hal.

Bahkan sekarang waktu bertemunya dengan Sean menjadi berkurang. Sekalipun ada sedikit waktu pun terkadang Airin sudah merasa sangat lelah sehingga Sean tak tega untuk memaksanya meskipun ia begitu rindu.

Seperti malam ini pun, Sean menelpon Airin untuk memastikan kekasihnya itu sampai rumah dengan selamat. Dan apa yang terjadi? Airin sudah terlelap dengan handphone yang masih ia tempelkan disisi telinganya.

Sean menghela nafas pelan, sudut bibirnya terangkat. Sepertinya kekasihnya benar-benar sangat lelah saat ini. Namun, ia tak kunjung memutuskan sambungan.

Diseberang sana dengan bibir yang masih enggan untuk menurunkan lengkungan senyum, ia mendengarkan deru hembusan nafas Airin. Dan entah kenapa rasa itu semakin kuat ketika ia semakin mendengarnya.

Senyum merekah tiba-tiba melingkupi wajahnya. Ada suatu rasa yang tak dapat ia definisikan. Begitu saja hatinya membuncah ketika memikirkannya. Hingga sebuah kalimat ia lantunkan dengan lirih tapi syarat akan makna.

“Aku mencintaimu”

“….”

“Aku mencintaimu”

“……”

“Aku mencintaimu”

“…..”

Berulang-ulang ia mengucapkan kalimat itu meski tidak ada yang mendengarnya dan bahkan ia tak akan mendapat jawaban apapun dari orang diseberang sana karena sudah terlelap jauh kedalam mimpinya.

Hingga ia pun ikut terlelap dengan posisi yang sama, sambungan handphone itu masih terhubung dengan dua pasang insane yang sudah terlelap dalam. Berharap esok hari mereka bisa saling bertemu dan mengobati rasa rindunya yang begitu menyiksa.


***


Pagi ini Airin kembali disibukkan dengan aktifitasnya seperti sebelumnya. Untungnya kini tahap penyeleksian sudah mencapai bagian akhir. Ia sudah bisa sedikit bernafas lega.

Ketika jam istirahat Airin berencana mengajak Sean untuk makan siang bersama. Ia mengeluarkan handphone dari tas nya namun ternyata low bat .
Ia bahkan menepuk dahinya sendiri mengingat apa yang terjadi semalam.

“Sean..” gumamnya.

Ia merutuki dirinya sendiri. Ia pasti membuat Sean kecewa. Mereka sudah sangat jarang bertemu akhir-akhir ini dan semalam karena rasa lelah dan kantuknya ia malah menghiraukan Sean yang sedang menelponnya. Bodoh sekali.

Shifa hanya menahan tawa ketika Airin bercerita kepadanya menuju kantin. Airin memutuskan untuk memesankan makanan untuknya dan Sean terlebih dahulu sebelum membawa Sean keluar dari ruangannya.

Namun belum hilang rasa sesal yang ia rasakan, matanya membola melihat dua orang yang tengah memunggunginya.

Seorang perempuan cantik dan seorang pria tampan yang ia cintai sedang tertawa bersama disebuah meja tepat di tengah area kantin sehingga siapapun yang berada disana pasti mudah melihat aktivitas mereka.

Cinta Luar Biasa  (SUDAH TERBIT) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang