EMPAT

149 26 5
                                    

Happy Reading!

Airin berjalan menuju kelasnya. Mata perkuliahan di mulai satu jam lagi tapi ia memutuskan untuk menunggunya di kelas. Langkahnya terhenti ketika tangannya ditarik oleh seseorang.

"Aww"

Airin meringis tertahan ketika mendapatkan tarikan itu dan bukannya melepaskan, sang pelaku justru lebih mengeratkan cengkramannya.

"Rania apa yang kau lakukan?" pekik Airin.

Suara rintihan Airin tidak dihiraukan Rania sama sekali. Ia menyeret Airin keluar gedung. Bahkan Rania tak memperdulikan tatapan mahasiswa lain yang melihat perbuatannya kepada Airin.

"Rania lepas" Airin menghempas tangan Rania kasar setelah Rania berhasil membawanya ke area parkir.

"Ada apa sebenarnya?" Airin bertanya sambil memegangi pergelangan tangannya.

Ia belum sempat mengobatinya semenjak kemarin. Dan sepertinya lukanya semakin sakit saja karena perlakuan Rania barusan. Memang apa yang telah ia lakukan?

"Kau mau sok-sok an jadi pahlawan?"

"Apa?" Airin dibuat bingung dengan kalimat yang diucapkan Rania barusan. Pahlawan? Ayolah, apakah ini karena ia menolong Sean kemarin? Bukankah tidak ada yang tahu kecuali ia dan keluarga Sean?

"Kenapa? Kau kaget karena aku mengetahuinya? Basi" Rania menatap tajam Airin.

"Aku tak menyangka kau akan melakukan hal licik dengan mendekati keluarga petinggi Universitas untuk memudahkanmu menyusun skripsi nanti" Rania berucap sinis.

Apa lagi ini? Bagaimana bisa cara konyol seperti itu terlintas difikirannya?

Airin tersenyum hampa kemudian berkata "Kalau aku memang berniat melakukan hal semacam itu, kenapa aku tidak memotretnya dan kemudian menyebarkannya ke seluruh anak-anak kampus? Bukankah aku akan langsung terkenal dan dikerumuni banyak orang seharian ini?"Airin berdiri dihadapan Rania, kali ini ia pun membalas tatapan tajam Rania tak kalah tajam.

Sikap Rania yang semakin hari semakin keterlaluan ia rasa sudah cukup untuk dibiarkan begitu saja. Apa benar cinta begitu membutakan hatinya?

Jika memang dia menyukai Sean bukankah seharusnya dia berusaha untuk bisa membuat Sean juga menyukainya?
Meskipun Airin juga menyukai Sean, tapi apakah pernah dia meminta orang lain untuk menjauhi Sean? Atau bahkan memusuhi yang lain untuk mendapatkan Sean? Bukankah itu tidak adil?

"Karna kau itu skok polos. Kau selalu membuat dirimu seolah kau yang selalu harus dikasihani dan seolah kau yang terus disakiti. Dasar munafik".

Airin memundurkan langkahnya ketika Rania tiba-tiba membentak dan menyudutkannya.

"Bagaimana bisa kau berfikiran seperti itu?"

"Karena itu memang sifatmu. Dari dulu kau selalu berlagak sok polos hingga semua orang berfikir kau gadis yang baik. Itu hanya topengmu. Jadi berhentilah berpura-pura"

"Hentikan Rania!!" Airin sudah habis kesabaran. Ia tidak bisa melihat Rania menghakiminya begitu saja dengan perkataannya yang kasar.

"Memang apa salahnya jika aku menolongnya? Letak salahku ada dimana? Aku hanya menolong seorang teman yang sedang mengalami kesulitan. Coba jelaskan dimana letak kesalahanku?" Airin akhirnya meluapkan emosinya.

Ia berteriak di depan wajah Rania hingga sekarang menjadi pusat perhatian.

"Kau sama sekali tidak tahu apa-apa tentang diriku. Jadi berhenti bersikap seolah kau mengenalku dengan baik" Rania terdiam dengan wajah pucat dengan amarah Airin. Jujur ia baru melihatnya pertama kali.

Cinta Luar Biasa  (SUDAH TERBIT) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang