Playing Death

2.3K 183 2
                                    




















































































☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Seorang lelaki dengan kemeja putihnya yang kusut masih terduduk membisu sambil menatap dinding, urat matanya keluar, terlihat bahwa dia amat sangat kelelahan.

“Sial! Sial! Sial!” gerutu lelaki itu kesal.
 
Brakk!
 
Dibantinnya meja itu dengan kasar, “Kemana perginya pria itu !”

“Berhentilah marah-marah tidak jelas, Tae. Ini semua salahmu, coba kau mendengarkanku waktu itu, pasti dia masih disini sekarang.”

Lelaki itu terduduk kembali sembari mengusap wajahnya frustasi. “Aku tahu, dan aku sudah minta maaf soal itu. Jangan kau ungkit hal itu lagi V.” Taehyung mendesah, menahan amarah terlihat jelas dari matanya yang memerah menyala dan tak berhenti mengeluarkan air mata sejak tadi.

V hanya memasang tampang sedih melihat were nya yang sekarang kurang lebih seperti mayat hidup; “Jangan menyerah dulu, kita pasti akan mendapatkannya lagi, kau harus terus berusaha Tae.” bujuknya menyemangati lelaki tersebut.

“Hahh, baiklah..”

*

“Sudah siap?”

Dari belakang, Seulgi meletakkan kedua tangannya di bahu terekspos Joohyun yang putih mulus. Sebuah senyuman terukir lewat cermin besar yang memantulkan kedua bayangan mereka di depannya, tangan Seulgi membelai halus rambut hitam Joohyun yang panjang dengan bunga mawar merah terselip ditelinga kanan, jemarinya menyisir penuh kasih sementara kedua bola mata hazelnya menatap sosok gadis yang telah menjadi wanita anggun di pantulan cermin.

“Bagaimana menurutmu?” tanya Joohyun, seraya berdiri dari tempat duduk dan memutar tubuhnya seperti sedang berdansa, memperlihatkan gaun putih yang dia kenakan dengan bangga di bawah cahaya remang lampu kristal mewah—kastil itu.

Sementara Seulgi, dengan pakaian formal bangsawannya yang rumit masih berdiri terpaku sambil memperhatikan setiap senti lekuk tubuh sang kekasih, tanpa canggung dan ragu, bibirnya melengkung membentuk senyuman yang jarang dia perlihatkan pada siapapun—sebuah senyuman tulus.

“Warna putih memang cocok untukmu hyunnie, kau cantik sekali..”

Semburat rona merah terlihat semu di pipi Joohyun, semakin menambah keindahan pada paras eloknya. Tak ada yang membuatnya lebih senang dibanding dengan sepatah pujian dari orang yang dia cintai,
Seulgi menghampiri Joohyun lalu berlutut, meraih tangan kirinya dan mencium punggung tangannya lembut, seperti sebuah adegan klasik dalam dongeng-dongeng abad pertengahan.

Wajah Joohyun semakin merah padam karena dirinya diperlakukan selayaknya Puteri Raja oleh Seulgi.

“Kau jauh lebih cantik dariku Seul..”

Mata monolid itu kembali melengkung manis, “Aku tidak berpikir seperti yang kau katakan, tetapi terima kasih” Seulgi tersenyum tulus, “Ayo kita pergi, aku akan mengenalkanmu pada semua anggota pack kita.” lanjutnya lagi.

Seulgi merangkul pinggang kecil Joohyun yang terasa pas di tangannya, kemudian melangkah pergi menuju sebuah ruangan luas di lantai dasar—sebuah ruangan yang dipenuhi oleh semua kawanan terkuat dalam anggota kelompok.

*

Disini mereka sekarang, di aula
utama ruangan yang dipenuhi oleh orang-orang berbadan tegap dengan pandangan mata yang tajam.

Please Don't Reject MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang