A Plan

1.3K 170 3
                                    

Seulgi's POV
 
Argghhhh !
 
Aku menghancurkan semua barang yang kulihat, kemudian termangu dan membisu seperti patung. Perlahan air mataku kembali terjatuh lagi untuk kesekian kalinya hari ini. Aku meraung sekencang—kencangnya merutuki kebodohanku yang membuat Joohyun-ku berada dalam bahaya.

'Pabo.. ! Seulgi bodoh!!' Geramku dalam hati.

Aku menghembuskan napas panjang, terkadang aku berpikir. Kenapa penyesalan harus datang di akhir, kenapa tidak di awal saja? Sebelum semuanya menjadi serumit ini.

Saat menutup mata, aku teringat akan senyum manis tersungging di bibirnya waktu itu,

“Baby.. kembalilah kepadaku.. aku mengkhawatirkanmu sayang, maafkan aku yang bodoh ini..”

Aku kembali menangis sejadi-jadinya, “Semoga kau baik-baik saja hyunnie..”

*

Jennie menatap lurus kedepan, memandang datar kakaknya yang tengah meringkuk kesakitan didalam kamarnya.

“Tsk. Dia itu kuat.. tapi dia bodoh !” Ketusnya sedikit meninggikan suara.

“Dia memang bodoh, sama sepertimu..”

Jennie tersentak dan hampir terjatuh dari pohon tinggi tempat dia berdiri sekarang, tetapi sebelum itu terjadi tangannya refleks berpegangan di dahan pohon sehingga kini dia sudah kembali menyeimbangkan tubuhnya.

Kemudian menunduk kebawah, mencari dari mana suara itu berasal.

“Kalian memang kakak beradik yang sangat kompak, sama-sama bodoh juga brengsek! ” Cibirnya memandang kedepan, tanpa menatap lawan bicara.

Jennie menghela napas lalu melompat dari ketinggian, dan berdiri tepat di hadapan seorang gadis yang kini memancarkan tatapan dingin yang di
tujukan padanya.

“Luar biasa sekali bukan, kalian bahkan patut diberi penghargaaan sebagai duo bastard.”

“Benar-benar brengsek! Suka merendahkan orang yang lemah darinya,”

“..sangat angkuh, merasa paling hebat juga paling di agungkan,”

“—bertindak semaunya sendiri, tanpa memikirkan perasaan orang lain yang mungkin tidak sadar telah dia sakiti...”

“Kalian berdua sungguh—” suara gadis itu tersengal, kemudian dia terhenti.

Mata Jennie membola. “Masih ada lagi yang ingin kau katakan?” Tanyanya dengan datar.

“—katakanlah.. aku akan mendengarkan dengan baik semua keluh kesahmu, aku berharap itu dapat menghilangkan keterpurukan yang kau rasakan, Jisoo..”

“Bodoh.” Suaranya kemudian, tetapi tiba-tiba tenaganya lenyap seketika hingga tubuhnya merosot jatuh terduduk di tanah. Setitih air mata mengalir dari kedua sudut matanya, aura dingin yang sempat terpancar kini menghilang perlahan-lahan dari tubuhnya. Jisoo menangis.

Jennie tertegun sejenak, hawa memikat yang dipancarkan gadis itu juga hilang entah kemana, yang tersisa kini adalah kesedihan, keputusasaan, ketidakberdayaan, juga kekecewaan.

Dia mendekat lalu menyentuh pundak Jisoo, “Jangan sentuh aku !”

Jennie mendengus kemudian berbalik, saat akan beranjak dia terhenti,

“Kenapa—Jennie—?” Lirihnya kemudian, lalu menatap punggung belakang gadis iu. “Katakan mengapa kau meninggalkanku saat itu?”

Bagai petir yang menyambar tulang rusuk, tiba-tiba Jennie terdiam membatu, persendian terasa kaku dan syarafnya menjadi susah digerakkan.

Please Don't Reject MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang