|| Pertama Kali Berdua ||

75 4 1
                                    


Dea pulang ke rumah dengan perasaan yang tidak bisa diartikan. Arka yang jarang sekali berbicara kepadanya pun kalau mereka berbicara hanya sekedar menyapa dan menanyakan keberadaan Lea, adik Arka.

Dea meraih ponselnya dan mendapatkan notifikasi dari Lea melalui whatsapp grup mereka bertiga.

Lea : Dea, sorry banget atas perlakuan kakak gue. I'm so sorry for that once more. Gue tau lo udah do thing right, De.

Dea menyunggingkan senyum di bibirnya. Setidaknya masih ada orang yang memberikan dia support.

Tika : Mungkin Kak Arka terbawa tekanan temen – temen kelasnya. Its okey bby ^^

Sekali lagi, Dea gemas dengan sahabat – sahabatnya. Disaat dia down, Lea dan Tika selalu ada untuknya.

***

Arka menyesali perbuatannya kepada Dea. Jarang sekali dia memarahi orang. Dea juga tadi menangis ketika meninggalkannya. Arka merutuki dirinya sendiri.

"seneng bikin anak orang nangis?" sindir Lea datang ke kamarnya.

Arka bangkit dari tempat tidurnya berniat menghindari Lea dari tadi. Lea menahan tangan Arka ketika Arka hendak meninggalkannya.

"Kak, minta maaf sana sama Dea" saran Lea dengan suara lembut.

Sejujurnya, Arka ingin meminta maaf dari tadi tapi gengsinya mendominasi padhal Arka bukan tipe orang yang punya gengsi untuk meminta maaf kepada orang lain. Baru kali ini dengan Dea dia gengsi untuk meminta maaf.

"hey, you made a mistake. Anak orang lo marahin kek gitu. Inget, lo senior year loh ya. Jangan buat adek kelas lo dendam. Biasanya ujiannya gak lanca—"

"iya – iya. Gue minta maaf sama Dea" potong Arka agar Lea berhenti berbicara.

Lea menyerahkan ponselnya pada Arka yang sudah mendial kontak Dea. Dea spontan mengangkatnya.

"halo, Le. Ada apa?" tanya Dea to the point dengan suara serak.

Andai Arka tau kalau Dea saat ini sedang menangis dibalik selimutnya, dia pasti tidak akan tega untuk memarahinya. Arka memang tipe orang yang tidak tegaan. Rare boy in this world.

"hai, De. Ini Arka" ucap Arka disebrang sana dan Dea kaget. Secara spontan Dea mengakhiri telponnya dan sambungan terputus. Baru saja Arka akan meminta maaf namun Dea memutuskan sambungannya.

Lea menunggu respon Arka di depan pintu penghubung kamar mereka. Lea melipat kedua tangannya menunggu ucapan maaf Arka kepada Dea.

"gak diangkat atau gak dijawab?" tanya Lea

Arka mengangkat bahunya pertanda dia juga tak paham dengan Dea saat ini.

"sambungannya diputus sama Dea"

Lea tersenyum kecut. Kalau dipikir – pikir kakaknya memang pantas untuk mendapatkan itu.

"oke. Good night" ucap Lea sembari Arka menyerahkan ponselnya.

***

Pagi sekali untuk datang ke sekolah tapi apa boleh buat untuk Dea. Dia harus mengikuti jadwal mamanya yang harus segera ke kantor.

Dea duduk di depan kelas dan mendengarkan lagu dengan sambungan headseat berwarna pink di telinganya. Dia sudah tidak menangis seperti semalam. Wajahnya sedikit layu karena matanya membengkak namun tetap cantik.

"woy, De" sapa Andrew yang baru saja daatang melewati koridor kelas.

"masuk final?" tanya Dea memperhatikan Andrew sudah memakai celana yang biasanya dia pakai untuk bermain basket.

Refrain of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang