Dea sudah berdandan cantik bersiap untuk pergi ke bioskop di salah satu mall yang telah dijanjikan Arka. Rasanya jantungnya berdetak lebih cepat saat ini dan bibirnya tidak berhenti tersenyum. Ya Tuhan akhirnya momen yang dia tunggu malam ini terjadi. Dea pun melingkari kalender di kamarnya dan menuliskan notes di bawahnya.
'Nonton sama kak Arka for the first time'
Dea tak bisa berhenti tersenyum. Memang orang kalau sedang kasmaran itu beda tipis dengan orang gila.
Tika : De, lo jangan dandan menor – menor
Lea : De, catokan gue jangan sampe rusak yah. Awas lo
Dea melihat isi pesan grup di ponselnya. Sepulang sekolah, Lea bahkan rela mengirimkan catokan miliknya melalui go – send demi Dea yang akan nonton dengan kakaknya. Seheboh itu.
Lea : gue lihat dong hasil catokan curly lo. Btw, jangan lupa hairsray. Biar awet
Dea kemudian memposisikan dirinya untuk mengambil selfie demi memperlihatkan penampilannya kepada teman – temannya. Dea juga melakukan mirror selfie untuk memperlihatkan outfitnya. Kemeja perwarna cream berlengan panjang dan celana jeans dibawah dengkul menjadi outfitnya.
Tika : Anjay, Selana kalah wkwkw
Lea : yaelah De, giliran sama kakak gue aja lo dandan bener kek begini coba gue yang ngajak, gak mandi juga udah biasa kalau sama gue
Dea tertawa terbahak – bahak mengiyakan Lea sekaligus itu tamparan buat dirinya.
Dea : Berisik lo semua. Gue mau pra –kencan dulu. Bye..
***
Arka baru saja sampai ke dalam gedung bioskop. Langkahnya langsung menuju computer untuk mencetak tiket elektronik. Arka bahkan tidak mencari keberadaan Dea terlebih dahulu.
Arka merasa ada yang menepuk pundaknya. Dia menoleh sedikit ke belakang dan dilihatnya Dea dengan ekspresi datarnya padhal Dea sudah sangat percaya diri menyunggingkan senyum lebarnya.
"senyum itu ibadah" sindiri Dea ketika Arka hanya menatapnya saja tanpa menyapanya atau memberikan senyum
"ibadah gak selalu senyum" balasnya cuek
Dea mendesah sebal. Arka sangat cuek dan tidak antusias dengannya. Tapi bukan Dea kalau pesimis untuk mendekati Arka.
"tapi paling mudah kan senyum dulu. Sholat juga masih bolong – bolong. Hayo, lo ngaku gak?" tanya Dea mulai membuka pembicaraan dan agresif pada Arka.
Arka berbalik arah ketika dia sudah selesai mencetak tiket elektroniknya dan langkahnnya akan menuju studio bioskop sekaligus menunggu giliran masuk.
Dea menyeimbangkan langkah Arka yang lebar karena postur tubuh Arka yang tinggi yaitu 189 cm sedangkan Dea hanya 157 cm. Butuh usaha ekstra untuk Dea menyeimbangkan Arka.
"iya kan, lo pasti sholatnya bolong – bolong" ucap Dea
"maaf, gue rutin lima waktu" jawab Arka singkat dan padat.
Mereka menemukan bangku kosong di depan studio bioskop. Arka mengambil duduk terlebih dahulu sebelum Dea. Memang kesannya tidak gentleman bila seorang laki – laki tidak mempersilahkan perempuan untuk duduk terlebih dahulu tapi menurut Arka, Dea bahkan tidak dia persilahkan duduk terlebih dahulu dia akan tetap secara blak – blakan duduk disampingnya.
"ehm, berarti gue doang yah yang bolong – bolong hehe" aku Dea dengan tertawa garing namun tidak mendapat respon Arka.
"jangan – jangn lo rutin sholat gara – gara mau UN" tuduh Dea sekaligus mencari bahan obrolan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refrain of Love
RomantizmA calssic love story everyone might has. This is the journey of deeply in love. Deandra menyukai Arka yang merupakan kakak sahabatanya secara diam - diam. Namun siapa sangka bahwa Dea merupakan 'rumah' yang nyaman untuk Arka pulang.