|| Dia yang Selalu Menang ||

42 6 0
                                    

Liburan telah usai dan kini semua telah kembali pada rutinitas. Dea nyaris menghabiskan liburan ke luar pulau yakni Sulawesi, tepatnya Gorontalo. Dia dan ibunya memang sengaja merencanakan liburan semesternya untuk berkunjung ke tempat dimana ayahnya menetap selama bekerja sebagai hakim dan dosen di salah satu universitas swasta disana.

Sesampainya di kelas, Dea membagikan pia sebagai oleh – olehnya setelah berlibur di pulau sebrang. Dia juga menyiapkan oleh – oleh khusus untuk sahabatnya namun ini bersifat rahasia.

Di luar kelas, Dea melihat Selena dengan wajah ceria bersama Arka. Mereka berdua melewati koridor sekolah dan sesekali menyapa teman mereka. Melalui pengamatan Dea, Selena yang bercerita panjang lebar dengan girangnya dan Arka yang mendengarnya dengan antusias. Selalu begitu.

Tika menatap Dea yang murung seketika setelah membagikan oleh – olehnya kepada teman kelasnya.

"Kak Arka" teriak Tika tiba – tiba sambil mencuri sekotak pia yang Dea bawa tadi. Pemilik oleh – oleh itu pun kaget karena pianya diambil.

"lo mau kue gak? Enak loh" tawar Tika pada kakak sahabatnya itu, yang ditawari pun mengiyakan pemberian. Tidak baik menolak pemberian orang menurut Arka.

"lo abis dari mana, Tik selama liburan. Dari jogja?" tanya Arka pada Tika

"oh enggak kok. Gue di rumah aja sih. Ini tuh sebenarnya dari Dea. Dia abis dari Gorontalo" jelas Tika pada Arka.

"oh iya, Kak Selena diambil Kak kuenya" tawar Tika pada Selena sebagai bentuk formalitas saja.

"enak yah" puji Selena pada kue milik Dea.

"give thanks to Dea" ucap Tika penuh senyuman dan kesopanan pada kakak kelasnya.

"Thankyou, Dea" ucap Selena

"yaudah, Ka. Kita ke Bu Lina yuk. Keburu ditunggu" ucap Selena pada Arka.

"oh iya kita ke Bu Lina duluan yah. Makasih kuenya Dea" ucap Selena lembut dan Dea hanya mengangguk mengiyakan.

"gue duluan yah. Dea, makasih kuenya" ucap Arka dan tanpa lama tangannya digandeng Selena. Hati Dea langsung mencelos sakit.

Mereka kemudian kembali masuk kelas dan Tika menepuk bahu Dea. Menguatkan sahabatnya.

"kenapa dia mulu yang 'menang' sih, Tik?" keluh Dea

***

Siapa yang menginginkan nasib seperti Dea? Menyukai seseorang namun orang yang ditaksir melirik dirinya sama sekali juga tidak. Ini antara Dea yang bodoh atau Dea yang disuruh menunggu pintu hati Arka terbuka?

"De, lo kenapa?" tanya Lea yang sedari tadi melihat Dea yang sunyi, tidak berisik seperti biasanya.

"iye nih anak. Lempeng mulu dari tadi pagi" komentar Tika saat mereka bersama – sama di kelas memakan bekal mereka.

Tika lalu membisikkan akibat kegalauan Dea saat ini dan Lea dengan cepat mudah menangkapnya.

"oh si onoh? Udah biasa sih" komentar Lea datar.

Dea semakin mengerucutkan bibirnya. Bayangan akan Selena dan Arka bak pasangan Dilan dan Milea di otaknya semakin membuatnya sakit hati. Dunia seakan tak adil dengannya. Selena yang serba sempurna kenapa harus mendapatkan Arka, padhal Dea hanya ingin Arka namun Arkanya seolah akan menjadi milik Selena.

***

Arka hanya mampu menganggukkan kepala saat Bu Lina, guru matematika kiler memintanya untuk menjadi mentor siswa SD dan SMP. Bukan Arka tidak menguasai pelajaran matematika level SD dan SMP tapi dia belum memiliki pengalaman mengajar sama sekali. Arka juga bingung, mengapa Bu Lina tidak meminta tolong pada Selena – suhu matematika?

"Arka, nanti kamu datang ke tempat les saya yah. Gak jauh dari sekolah ini kok" ucap Bu Lina penuh harap padanya.

"Bu Lina, maaf saya bertanya. Kenapa Ibu tidak meminta Selena saja? Selena lebih jago daripada saya" tanya Arka penuh sopan santun.

"Selena harus persiapan buat olimpiade internasional di Perth, Ka. Lagian saya lihat kamu orangnya sabar, cocok buat ngajarin anak SD sama SMP. Saya dengar jiwa social kamu tinggi juga" ucap Bu Lina dan Arka terkekeh mendengarnya. Menurutnya Bu Lina berlebihan dalam memuji dirinya.

"saya tidak sebaik yang ibu kira"

"yang menilai kamu kan orang lain, Arka, bukan diri kamu sendiri" ucap Ibu Lina menimpali Arka.

***

Setelah sampai rumah, Dea memutuskan untuk membuat Samyang sebagai pelampiasan kecemburuannya pada Selena. Dia ingin mengehesntikan rasa irinya pada Selena yang selalu mendapatkan apa yang dia mau, salah satunya Arka.

Dea melampiaskan dengan menuangkan semua saus pedaas diatas mie. Saat ini dia sendirian di rumah karena mamanya harus kembali ke bank untuk melanjutkan pekerjaannya karena kalau ada mamanya sudah pasti Dea tidak diperbolehkah menguangkan semua saus pedasnya. Skala api cemburu Dea dengan Selena mungkin setara dengan level pedas Samyang, malah lebih dari itu.

Dea melahap bersuap – suap Samyang tanpa minum air mineral sama sekali padhal lidahnya sudah terbakar. Dia sama sekali tidak peduli dengan keadaanya, yang terpenting saat ini dia bisa meredam api cemburu kepada Selena.

***

"Kak, titip buat Dea, ya" pinta Lea pada kakaknya yang akan pergi ke tempat les milik guru matematika mereka, Bu Lina.

"apaan nih?" tanya Arka saat menerima paper bag Lea.

"itu tote bag punya Dea. Kemaren ketinggalan. Lagian rumahnya Dea gak jauh dari sekolah kok, biasanya juga kita lewati"

***

Dea sebal bukan main saat ada tamu memencet bel rumahnya. Dia saat ini sedang kepedesan karna baru menghabiskan Samyang. Meluapkan emosi dengan cara seperti ini ternyata cukup manjur untuk Dea.

"lo kenapa, De?"

Dea terbelalak karena kedatangan Arka. Arka yang dia puja datang ke rumahnya tanpa dia memintanya.

Seperti mimpi. 

Refrain of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang