5

401 135 12
                                    

Di sebuah ruangan bernuansa biru putih itu terdapat seorang lelaki yang tengah menjadi sandaran seorang gadis yang tak sadarkan diri sedari tadi. Lelaki itu pun memainkan jari jemari gadis itu karena bosan.

Dua hari belakangan ini sungguh membosankan karena ia tak dapat melihat atau pun mendapat kabar dari gadis ini. Padahal hanya dua hari, tetapi lelaki bernama lengkap Park Jimin itu merasa seperti sudah bertahun-tahun tak menjumpai gadisnya, Choi Yena.

Yena adalah kekasihnya. Mereka berdua sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Dan mereka tak pernah putus kontak selama ini. Jimin sungguh menyesal karena sudah membohongi Yena.

Padahal Taehyung dan Jungkook berniat hendak memberitahukan Yena tentang hal itu, tetapi Jimin melarang mereka. Karena Jimin tau, Yena pasti akan menolaknya.

"Emh, aw!"

Erangan Yena membuat Jimin tersadar dari lamunannya. Jimin pun segera mengambilkan gelas yang berisikan air minum di depannya itu kepada Yena dan membantu Yena memegang gelas itu. Yena pun meminum setengahnya air yang ada di gelas dan Jimin lah yang menghabiskan sisanya lalu meletakkannya kembali di tempatnya.

"Aku juga haus." jelas Jimin kepada Yena yang tak berhenti menatapnya.

Tak ingin kalah, Jimin pun balik menatap gadis di sampingnya itu penuh arti. Gadisnya itu memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain. Jimin pun hanya tersenyum karena melihat pipi Yena yang mulai memerah itu.

Suasana pun kembali hening karena tak satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan. Jimin terus menatap gadis itu tanpa berkedip hingga membuat wajah gadis itu bertambah merah. Tiba-tiba gadisnya itu meringis dan memegangi leher kanannya.

"Kenapa? Sakit? " tanya Jimin sambil memijat pelan leher Yena.

Yena mengangguk. "Kenapa bukan Taehyung atau Jungkook saja yang menemaniku?"

Jimin mengerutkan keningnya. "Kenapa harus mereka? Mereka kan bukan kekasih mu."

"Bukan itu. Jika mereka yang menemaniku, leher ku tidak akan sesakit ini."

Tangan Jimin pun berhenti memijat leher Yena. "Karena mereka lebih tinggi dari ku?"

Yena mengangguk. Jimin pun melayangkan tangannya ke dahi Yena.

"Tidak ada hubungannya, bodoh! Aigoo." Jimin pun kembali melanjutkan pijatannya.

"Aish! Minggir!"

Jimin sedikit terkejut saat Yena menepis tangannya. Jimin pun meraih lengan Yena. "Mau kemana kau?"

"Pipis."

Jimin pun merangkul bahu dan memegangi lengan Yena.

"Biar ku bantu."

"Melepaskan rok ku?"

"Aish! Bukan! Biar kubantu kau berjalan ke toilet!"

"Begitu saja marah."

"Bukan begitu."

"Sepertinya begitu."

"Kubilang bukan begitu."

"Tuh 'kan."

"Buk--ah ya sudahlah. Terserah kau."

"Nah 'kan."

"Aish! Neo jinjja!"

"Mwo?!"

Yena menatap tajam Jimin, begitu pula sebaliknya. Mereka pun terus saling tatap selama beberapa saat lalu tertawa bersama-sama. Jimin merasakan tangan Yena yang melingkar di pinggangnya pun tersenyum.

Something In The Past  •Choi Yena• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang