6

340 117 13
                                    

Sebelum menuju ke tempat kerjanya, Yena mampir di suatu tempat makan bersama Taehyung untuk membeli makanan kesukaan mereka. Yap! Double beef burger. Taehyung yang traktir, tentu saja Yena tak menolak. Sudah makan gratis, dengan lelaki tampan pula. Ehehe.

Jimin dan Jungkook tidak ikut karena sedang ada urusan. Katanya. Jimin yang sangat khawatir kepada Yena pun menyuruh Taehyung untuk menjaga kekasihnya itu. Sebenarnya Yena hendak menolak, tetapi karena seseorang sedang menunggunya, Yena pun mengiyakan.

"Taehyung-ah." panggil Yena dengan senyum lebar di wajahnya.

"Mwo?" sahut Taehyung dengan mulut yang penuh makanan.

"Kau tau tidak--"

"Tidak."

Plak

"Akh!" Taehyung mengelus dahinya yang ditampar Yena. "Sakit, bodoh!"

Yena menatap Taehyung tajam. "Makanya kalau orang bicara itu jangan dipotong, bodoh!"

"Tapi kan aku memang tidak tau, bodoh!"

"Kau ...," ucapan Yena terhenti sesaat, "hm? Benar juga, ya. Mianhae."

Taehyung mendecak kesal. "Aish. Terus?"

"Apanya?"

Taehyung memutar bola matanya malas. "Kau tadi mau cerita apa?"

"Oh iya ...," Yena tersenyum, " aku dan Jimin sudah berciuman, lho. Kyaa!"

"Jinjjayo?!" Taehyung menggenggam tangan Yena. "Selamat, Oli-ya! Selamat! Akhirnya keinginanmu selama dua tahun ini terkabul."

Yena menggenggam balik tangan Taehyung. "Gomawo, Taehyung-ah."

"Terus apa lagi yang kalian lakukan? Ena-ena?" goda Taehyung.

"Ah, mwoya ...," Yena tersenyum malu, "belum, kok."

"Tapi akan, ya 'kan?"

Ucapan Taehyung membuat mereka berdua tertawa keras. Orang-orang di sekitar pun menatap mereka kesal karena sangat ribut. Taehyung dan Yena membungkuk meminta maaf lalu saling menatap dan kembali tertawa pelan.

"Siapa yang memulainya?"

"Menurutmu?"

Mata Taehyung membulat tak percaya. "Jinjjayo?!"

Yena mengangkat bahunya. "Aku juga tidak menyangka."

"Terus bagaimana?"

"So hot. Sulit untuk menjelaskannya ...," Yena menatap Taehyung dan tersenyum, "apa kau mau ku praktekan?"

"Bolehkah?" tanya Taehyung antusias.

Yena mengangguk. "Dan setelah itu kau akan masuk rumah sakit karena dipukuli Jimin. Hahaha."

"Hahaha, kau benar. Aku jadi teringat kejadian satu tahun yang lalu."

"Satu tahun yang lalu ...," Yena tampak berpikir, "oh! Saat kita sedang makan samyang dan kau hampir mencium bibir ku itu 'kan?"

"Benar. Woah! Aku masih ingat betapa sakitnya pukulan Jimin saat itu." ucap Taehyung sambil mengelus pipi kirinya.

"Kau juga, kekasih sahabat sendiri mau diembat."

"Eiy, kau tidak tau sih betapa sexy-nya bibir mu saat itu."

Yena mengibaskan rambutnya."Tentu saja aku tau."

"Chi, dasar."

Mereka kembali menyantap makanan dengan tenang. Yena tampak sangat menikmati makanannya, sedangkan Taehyung terlihat was-was. Ia menatap cermin besar yang berada di belakang Yena. Lebih tepatnya pantulan seseorang yang ada di cermin itu.

"Oli-ya."

"Hm?"

"Di belakang ku, arah jam lima."

Yena tersenyum miring. "Eoh, aku tau. Bahkan dia melambaikan tangannya padaku. Chi, dasar gila."

"Tenang saja, Oli-ya. Aku akan menjagamu."

"Itu 'kan memang tugasmu, tampan." ucap Yena seraya mencubit pipi Taehyung gemas.

Taehyung pun mengulurkan tangannya mencubit pipi Yena juga. "Iya, cantik."

***

Taehyung membolak-balikan halaman komiknya bosan. Lalu menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, masih tersisa waktu satu jam lagi. Ia pun meletakan komiknya dan menatap Yena yang sedang serius mengerjakan tugas sekolahnya.

Yeppeoda, pikirnya.

Taehyung meraih ponselnya dan membuka aplikasi kamera. Memotret Yena beberapa kali lalu merekamnya.

"Oli-ya."

" ... "

"Oli-ya."

"Hm."

"Oli-ya!"

"Mwo?!"

Taehyung tersenyum lebar saat Yena menatapnya tajam. Ia menghentikan rekamannya dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

"Apa kau tidak lelah?"

Yena mendengus kesal. "Tentu saja lelah jika kau terus mengganggu ku."

"Ck. Bukan itu ...," Taehyung menatap khawatir Yena yang sedari tadi terus menguap, "apa kau tidak lelah bekerja seperti ini?"

"Lelah itu pasti, Taehyung-ah." jawabnya sambil menguap.

Taehyung tersenyum melihatnya. "Kalau begitu kenapa kau tidak berhenti bekerja saja?"

"Tapi kalau kau menjalaninya dengan sepenuh hati, itu tidak akan selelah dugaanmu. Kalau berhenti, bagaimana dengan biaya hidup ku?" ucap Yena tanpa mengalihkan pandangan dari tugas sekolahnya.

"Kalau begitu kenapa kau tidak menerima bantuannya saja? Jadi kau tidak perlu bekerja lagi, 'kan."

Yena tersenyum miring. "Selama aku masih bisa, kenapa harus menerima bantuan orang lain?"

"Menerima bantuan dari orang lain juga tidak ada salahnya."

"Tapi bagiku itu salah. Aku tidak ingin berhutang budi pada orang lain ...," Yena terhenti sesaat, "lagipula aku tidak punya hubungan apapun dengannya."

Taehyung menghela napasnya. "Yena-ya ...."

"Geumanhae, Taehyung-ah. Jebal."

Lagi-lagi Taehyung menghela napasnya lelah karena Yena yang masih saja menolak bantuan orang itu. Suasana pun kembali hening. Taehyung menatap Yena yang kembali mengerjakan tugas sekolahnya dengan raut wajah kesal itu membuat Taehyung merasa tak enak hati.

Cring

Lonceng di atas pintu berbunyi, menandakan seseorang masuk ke minimarket. Yena pun berdiri menyambut orang itu.

"Selamat dat--"

"Jangan bergerak! Atau kalian akan terluka," ancam seorang pria asing sambil menodongkan pisau.

Yena pun hanya bisa terdiam di tempat karena takut dengan ancaman pria itu.

"Ya!" teriak pria itu pada Taehyung.

"Apa yang kau lakukan?! Angkat tangan mu di atas kepala. Cepat!"

Yena melirik Taehyung yang mengikuti perintah pria itu. Kemudian Taehyung menatapnya dan mengedipkan kedua matanya, bermaksud menyuruhnya tenang.

"Cepat masukkan semua uang yang ada di dalam kasir ke tas ini." ucap pria itu melemparkan tas ke arah Yena.

Yena meraih tas itu dengan tangan gemetar. "T-tapi ahjussi--"

"CEPAT, SIALAN!"

DOR DOR

PRANG

"AKH!"

.

.

.

TBC

Something In The Past  •Choi Yena• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang