14

143 9 0
                                    

"Min Yoongi?"

Jimin memasuki ruang kerja Seunghyun tanpa permisi dan duduk di saah satu kursi.

"Ya, dia salah satu pengusaha sukses di negara kita. Kalau tidak salah ingat, aku dan dia satu angkatan di SMA," jawab Seunghyun sembari mengambil buku tahunan sekolahnya dari rak buku.

Seunghyun duduk di kursi kerjanya dan meletakkan buku itu di atas meja. Ia membuka beberapa halaman dan menunjuk salah satu foto di sana.

"Ini dia, Min Yoongi."

Jimin mendekatkan wajahnya pada buku itu untuk melihat wajah Yoongi lebih jelas. "Mata itu …."

Ingatan Jimin kembali pada hari itu. Saat Yoongi datang ke rumahnya dan menculik Yena. Jimin kesal.

Tangan Seunghyun beralih pada laptopnya mengetikkan sesuatu. Kemudian ia menghadapkan layar laptopnya pada Jimin. "Ini foto dia baru baru ini."

Pandangan Jimin beralih pada laptop Seunghyun. Tangannya bergerak untuk melihat beberapa foto Yoongi. Sampai pada salah satu foto yang menarik perhatiannya.

Foto itu menampilkan Yoongi yang sedang berdiri di sebuah panggung dengan tangan kanannya yang terangkat menyapa para wartawan. Jimin pun memperbesar foto itu untuk melihat cincin yang melingkar di jari kelingking Yoongi.

"Tidak salah lagi." Jimin bangun dari posisinya.

Seunghyun menatap Jimin bingung. "Mau kemana?"

"Jemput Yena."

"Kamu bodoh, ya? Bukannya membawa Yena pulang, yang ada kamu bakal mati di sana!" Seunghyun sangat kesal dengan tingkah Jimin sekarang yang selalu berbuat semaunya.

"Tapi Hyung--"

Seunghyun mendecak. "Yena bilang nanti 'kan? Dia pasti bakal kabarin kita lagi. Jadi, tunggu aja. Oke? Sekarang duduk!"

Bagai anjing yang dimarahi oleh tuannya, Jimin pun mengangguk patuh dan kembali duduk di kursinya.

"Tapi … Hyung tau dari mana kalau orang itu Min Yoongi?"

Seunghyun mengambil tumpukan kertas dari salah satu lacinya. Ia letakkan tumpukan kertas itu di atas meja.

"Pertama, nomor telpon. Aku melacaknya dan memang benar itu milik Min Yoongi," jelasnya, ia memberikan selembar kertas pada Jimin.

Kening Jimin mengerut bingung. Ia menatap kertas itu dan Seunghyun bergantian, lalu mengambilnya.

"Kedua, jam tangan." Seunghyun memberikan beberapa lembar kertas berikutnya yang berisikan foto Min Yoongi yang mengenakan jam tangan bergambar harimau putih. "Dia tidak ada dalam daftar orang yang membeli jam itu, tapi dia memilikinya."

Sekilas, Jimin terlihat hanya diam mendengarkan. Padahal ia mencoba menahan emosinya agar tak mengamuk.

"Ketiga, Kim Seokjin."

Tangannya yang sedari tadi bergerak membuka lembaran kertas pun terhenti. Kepala Jimin terangkat dan menatap kaget Seunghyun yang balik menatapnya.

Senyuman terukir di bibir Seunghyun. Pria itu menjentikkan jarinya. "Bingo!"

***

Pantai.

Mata Yena berbinar menonton film yang ditontonnya saat ini. Bagaimana tidak? Semburan angin, air laut yang asin, dan duduk di tepi pantai seraya meminum es kelapa muda. Ah, mantap. Membayangkannya saja membuat Yena merasa segar.

"Kamu mau ke sana?"

Yena mengangguk antusias dan menoleh pada sumber suara. Mata Yena membuat saat bibirnya tanpa sengaja bersentuhan dengan pipi Yoongi. Pria itu tersenyum.

Tersadar dari rasa kagetnya, Yena segera mendorong Yoongi kuat hingga Yoongi terjatuh. Walaupun begitu, Yoongi masih mempertahankan senyumnya. Bahkan lebih lebar dari sebelumnya.

"Ahjussi--"

"Eit! Oppa." Koreksi Yoongi.

Yena mendesis. "O-oppa sengaja, ya!" Ia masih tak terbiasa memanggil Yoongi seperti itu.

Tanpa rasa bersalah Yoongi duduk begitu saja di samping Yena.

Kesal, Yena bergeser menjauhi Yoongi. Dengan isengnya Yoongi juga ikut bergeser mendekati Yena. Dan begitulah seterusnya hingga Yena sampai pada ujung sofa.

"Ahjussi-- ish! Oppa maunya apa, sih!"

"Mau deketin kamu, dong," goda Yoongi.

Wajah Yena memerah. Bukan karena malu, tapi karena kesal. Tidak biasanya pria itu mengganggu Yena.

"Aw!" jerit Yoongi akibat cubitan Yena pada tangannya. "Kok kamu gitu, sih? Padahal aku ingin mengajakmu liburan ke pantai, lho," gerutunya.

Mata Yena kembali berbinar menatap Yoongi. "Serius? Kapan?"

Kali ini Yoongi bergeser menjauhi Yena sampai ke ujung sofa. "Seminggu lagi, tapi kamunya malah marah. Ya udah, nggak jadi, deh."

"Ih, kok gitu sih?" rengek Yena.

"Bujuk aku kalau gitu."

Yena mengambil ancang-ancang untuk mendekati Yoongi, tapi terhenti berkat ucapan pria itu dan menatap Yoongi aneh.

Yoongi mengerutkan keningnya. "Kenapa ekspresi kamu gitu? Nggak mau?"

Gadis itu meloncat ke sisi Yoongi dan meraih tangannya yang memerah akibat cubitan. Dielusnya tangan Yoongi secara perlahan. Yena tersenyum lebar. "Oppa, maafin aku, ya?"

Yoongi mendengkus. "Kamu senyum sambil melotot gitu kayak psikopat yang mau bunuh aku, tau nggak?"

Tangan Yena terangkat mengelus kepala Yoongi. "Tau, kok. Dan aku memang berniat pengen bunuh kamu, lho!"

Yoongi tertawa hambar, lalu menghentikan elusan Yena pada kepalanya. Yoongi mendekatkan wajahnya pada Yena. "Dan kamu tau 'kan kalau kamu nggak mungkin bisa bunuh aku?"

Tubuh Yena merinding mendengar ucapan Yoongi. Dan tatapan pria itu juga sangat mengerikan.

Tetapi bukannya takut, Yena malah melayangkan kepalanya menghantam hidung Yoongi. Empunya pun mengaduh kesakitan.

Yena segera menjauh dari Yoongi. Ia menyeringai.

"Kalau saja kepalaku ini adalah bola meriam, pasti kepalamu sudah hancur. Oppa!" ejeknya dengan menekankan kata terakhir.

Yoongi menatap kepergian Yena dengan pandangan dingin. Gadis itu bejalan kegirangan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Sesampainya di puncak tangga, Yena berpaling dan tersenyum menatap Yoongi.

Tangan kanan Yena terangkat. "Maaf, ya, Oppa!" teriaknya, lalu berlari memasuki kamar.

Saat merasakan cairan keluar dari hidung, Yoongi segera mengambil beberapa tissue di meja dan mengusap hidungnya.

Darah.

Yoongi menatap tissue itu beberapa saat. Ia terkekeh. "Ini kesempatan terakhirmu, Choi Yena."

.

.

.

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Something In The Past  •Choi Yena• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang