Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kak? Nana baik-baik saja 'kan?"
Mark tak langsung menjawab. Pria itu menyandarkan tubuhnya di sofa. Matanya terpejam. Raut wajahnya menunjukkan seakan ia baru saja memikul beban berat. Suara Jaemin yang lirih saat mengungkapkan seluruh isi hatinya masih terngiang di otaknya. Bagaimana adik kecilnya yang menangis hingga saat umpatan yang lolos untuk Jeno.
"Aku tak tega, Chan. Tubuh saudara kembarmu bahkan terlihat lebih kurus."
Na Donghyuck menghela napas kasar. Batinnya ikut tersiksa melihat saudara kembar kesayangannya harus menjalani kehidupan yang sangat pahit. Jaemin menjadi yang pertama bagi Jeno. Namun keadaan membuatnya harus mengalah.
Pria berkulit tan itu tak mampu menahan derai air matanya. Selama ini, adiknya selalu menjadi yang istimewa bagi semua orang. Ayah dan ibunya begitu memanjakan dirinya dan sang adik. Hingga saat Jeno datang untuk meminang Jaemin, ia sempat menentang keras.
Biar bagaimanapun, ia tak mau Jaemin jatuh ke pelukan orang yang salah. Perasaannya begitu kuat tentang Jaemin. Dan kini terbukti, adiknya hidup bersama luka.
"Dia bercerita tentang Jeno yang membentaknya, tentang Jeno yang melupakan makan malam romantis dengannya, tentang Jeno yang berhenti memanggilnya sayang," Mark mengepalkan kedua tangannya, "tatapan ... tatapan matanya penuh luka, Honey."
Dalam benak Mark, terbayang wajah adik iparnya yang tampak sayu. Matanya yang dulu selalu memancarkan kehangatan, kini hanya ada tatapan sarat akan luka. Dan semua perubahan ini terjadi karena satu orang yang sialnya menempati tempat terindah di hati Jaemin.
"Aku ingin meninju wajah si berengsek itu," lirih Donghyuck. Suaranya terdengar tegas dan penuh emosi. Mark dapat merasakan gelombang amarah milik istrinya.
"Tentu. Tapi nanti Nana kita pasti akan semakin bersedih."
Jaemin dan hati seputih kapasnya memang menjadi kelemahan bagi keduanya. Jika bukan karena hati Jaemin yang rapuh, sudah sejak awal Jeno habis di tangan mereka.
"Terkadang aku ingin Nana menjadi pribadi yang egois untuk kebahagiaannya sendiri, Markeu," guman Donghyuck. "Aku ingin hati Nana sekeras batu. Yang akan memilih berhenti menjadi orang bodoh. Jeno terlalu berengsek untuk Nana."
Tbc
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.