Bunga lily.
Jaemin merindukan saat di mana Jeno mendekapnya erat. Membisikkan jutaan rasa cinta, dan memperlakukannya dengan lembut. Setiap siang menjelang, Jeno selalu menyempatkan diri pulang ke rumah mereka hanya untuk memberinya setangkai bunga lily.
'Kata orang, bunga ini adalah lambang cinta yang suci. Dan seperti inilah gambaran rasa cintaku padamu, Na. Tulus dan suci.'
Kalimat itu terdengar romantis. Namun terasa menyakitkan bagi Jaemin. Tak ada lagi bunga lily yang mambuat hati Jaemin berdebar. Jeno mungkin telah melupakan kebiasaan itu.
Sudah 2 minggu Jeno tak pulang dan lebih memilih menemani dia. Dia yang mampu membuat hidup suaminya terasa lengkap. Dia yang jauh lebih sempurna dibanding dengannya.
"Jaemin...."
Suara itu yang selalu ia damba. Jaemin membalikkan badannya. Awalnya hati Jaemin terasa penuh oleh rasa lega. Rindunya akan terbayar dengan pelukan dan ciuman manis dari Jeno. Namun yang ia dapati kini hanya rasa sesak.
Hati Jaemin seolah remuk. Hancur oleh pemandangan yang baru saja tersaji di depan matanya.
"K-Kau datang ... bersama Yeji?"
Jaemin menatap nanar Jeno yang begitu nyaman merangkul pinggang ramping wanita di sampingnya, Hwang Yeji --yang kini berhasil mengubah marganya menjadi Lee. Jeno mengusap kening Yeji sebelum akhirnya melangkah mendekati Jaemin.
"Mulai sekarang, Yeji akan tinggal di sini, bersama kita," Jeno menatap Jaemin dengan pandangan lembutnya, "kau setuju, 'kan?"
Jaemin masih bungkam. Mana mungkin ia rela tinggal satu atap dengan seseorang yang membuat suaminya berpaling. Jaemin masih tak mampu mencerna ucapan sang suami. Dadanya terasa sangat sesak. Bahkan membuka suara pun sulit.
"K-Kau tak memikirkan perasaanku, Jen?"
Setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Tak percaya Jeno akan menyakitinya lebih dalam. Tak cukupkah ia yang menjadi pertama harus mengalah?
"Kau ingin menolak?" Jeno merengut tak suka. "Dia sedang hamil anakku, Jaemin. Aku tak mungkin meninggalkannya di apartemen sendiri."
Tubuh Jaemin merosot. Seolah tenaganya terkuras habis. Kepalanya mendongak, menatap nanar Jeno. Mencoba menyalurkan perasaan sakitnya pada sang suami. Dan berharap Jeno merasa iba.
"Tapi aku istri pertamamu, Jen! Dia ... dia hanya istri keduamu!"
PLAK!
Pipi Jaemin terasa panas. Sebuah tamparan dari Jeno baru saja mendarat dengan mulus. Ini adalah luka fisik pertama yang diciptakan Jeno untuknya.
"Tapi Yeji jauh lebih sempurna darimu, Na Jaemin! Dia mampu memberiku anak!"
Anak.
Jaemin cukup sadar diri bahwa dia hanyalah istri tak sempurna. Mana mungkin ia yang seorang pria bisa memberi suaminya keturunan. Tapi ucapan Jeno tadi mampu membuat Jaemin kecewa. Bahkan Jeno berani memanggilnya dengan marga aslinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me Your Love
Fanfiction"Apa kau benar-benar mencintaiku, Jen?" Nomin as Love Art worker: ig @_jn.h.art.