Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semua tahu, hubungan sesama jenis memiliki pro dan kontra. Jaemin sendiri sempat merasa pesimis akan hubungan cintanya dengan Jeno. Tiada hari tanpa ada hujatan datang dari semua orang yang mengenal mereka. Namun, semua seakan lenyap saat Jeno selalu bisa meyakinkannya.
'Jangan dengarkan ucapan mereka, Sayang. Ini hidup kita. Mereka tak berhak menghakimi kita.'
Hingga Jaemin kala itu semakin frustrasi memghadapinya. Pria manis itu ingin mengakhiri hidupnya. Beruntung Jeno datang bak malaikat yang akhirnya bisa menggagalkan rencana gila itu.
'Jika kau tak kuat berada di sini, apa kau mau ikut denganku ke Amerika? Di sana hubungan seperti kita sudah legal.'
Perdebatan batin Jaemin dimulai. Semua kenangannya selama ini berada di Seoul. Apalagi harus meninggalkan saudaranya.
'Apa aku boleh mengajak sepupu dan kakakku?'
Beruntung saat itu Jeno mengizinkannya mengajak sepupu dan kakaknya. Jaemin merasa lebih tenang.
Kini empat tahun telah berlalu. Jaemin tak lagi mendapat hujatan yang menyakitkan. Semua orang memandangnya seperti manusia normal pada umumnya. Jisung pun sudah duduk di bangku kuliah.
"Jen, apa aku masih bisa merasakan atensimu hanya untukku?"
Jaemin menatapi langit senja dari balkon rumahnya. Ia kini sedang sendiri. Hari ini Jeno izin tak pulang. Hal itu kembali menambah luka baru di hati Jaemin. Padahal rencananya pria yang sudah berganti marga Lee itu ingin mengajak Jeno makan malam romantis.
Bibir Jaemin bergetar. Ingatannya kembali melayang pada kejadian dua tahun lalu. Saat awal mula Jaemin selalu berteman dengan luka. Jaemin semakin kehilangan pondasi saat badai itu datang. Hatinya terlalu rapuh tanpa hadirnya Jeno.
"Kak Jaemin...."
Jaemin memghapus kasar air mata yang mengalir di kedua pipinya. Setelahnya ia berbalik, menatap sang sepupu yang datang membawa senyum.
"Kenapa?" Jaemin melangkah menghampiri adiknya. Tampaknya Jisung baru pulang dari kampus, terlihat dari ransel yang masih bertengger di bahunya.
"Apa aku boleh menginap? Kau bilang Kak Jeno tak bisa pulang hari ini, 'kan?"
Jaemin mana mungkin menolak. Pria itu mengangguk singkat, lalu mengajaknya untuk masuk ke dalam. Beruntung hari ini ia tak membuang masakannya lagi. Sudah beberapa kali makanannya berakhir di tempat sampah karena Jeno yang tiba-tiba tak pulang.