"Aku minta maaf telah menempatkanmu di keadaan yang sulit, Na."
Jaemin enggan berbalik. Sang suami berdiri tepat di belakangnya. Menatapnya dengan sorot rasa bersalah. Tangannya terulur, hampir mampu menyentuh bahu Jaemin, tapi hanya tepisan yang ia terima.
"Aku mengizinkanmu menikah lagi agar impianmu mendapat anak terwujud," lirih Jaemin. "Aku mencoba bersabar di saat ibumu terus menghinaku."
Masih jelas dalam ingatannya, ibu mertuanya selalu mengolok dirinya. Mencacinya dengan sebutan-sebutan menjijikkan. Bahkan menuduhnya mengubah orientasi seksual Jeno. Hingga saat wanita paruh baya itu menyindirnya tentang keturunan.
"Dan saat kau telah menikah lagi ... kau tak pernah lagi memikirkan perasaanku," mata Jaemin terpejam, "bahkan kau menghinaku yang tak bisa memiliki anak kandung."
Hatinya terpukul. Bertahun-tahun bersama Jeno, tak pernah sekalipun ia menangis oleh luka. Namun kini, air mata seolah berani mengoloknya. Menertawakan kebodohannya yang rela suaminya berbagi hati.
Ingin menyerah pun ia terlalu sulit di saat cintanya untuk Jeno masih menggebu. Mengalahkan rasa sakit yang terus menganga. Silakan mencibirnya yang terlalu bodoh. Namun Jaemin masih ingin memperjuangkan Jeno hingga ia tak mampu menahan perih di hatinya.
"Aku ... aku berjanji, Na. Aku akan lebih adil untuk kalian. Dan," Jeno bergerak maju, lalu memeluk istri pertamanya dari belakang, "hatiku tetap hanya untukmu."
🌱🌱🌱
Merah.
Jaemin sangat menyukai saat warna merah mendominasi kulit lengannya, apalagi di saat tak ada lagi yang menjadi tumpuannya. Kebiasaan yang telah lama ia tinggalkan kini ia lakukan lagi. Lengan putihnya penuh dengan goresan-goresan panjang yang dapat membuat orang lain yang melihatnya merasa ngilu. Namun bagi Jaemin terasa melegakan.
"Aku harap kau akan memarahiku lagi, Jen. Dan kau akan kembali menaruh perhatian padaku."
Pria manis itu menangis dalam diam. Telinganya berusaha mengabaikan suara-suara menyesakkan yang berasal dari ruangan di sebelah kamarnya. Jaemin juga ingin berbagi kehangatan dan kenikmatan bersama Jeno. Namun semenjak Yeji tinggal satu atap bersamanya, Jeno selalu memiliki alasan untuk menolaknya.
'Jangan dulu, Na. Aku takut hati Yeji akan sakit saat kita melakukannya. Aku tak mau kandungannya bermasalah.'
Jaemin terkekeh hambar. Merasa bahwa dirinya terlalu bodoh.
"Kau memang bodoh, Na. Bagaimana bisa Jeno bisa melihat aku melukai tubuhku sendiri kalau Jeno saja enggan melakukan sex denganku?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me Your Love
Fanfiction"Apa kau benar-benar mencintaiku, Jen?" Nomin as Love Art worker: ig @_jn.h.art.