Dua

8K 566 18
                                    

Dalam waktu singkat Dia berubah

.
.
.
.
.

Sekarang
Dhita POV

"Saya terima nikah dan jodohnya Kandhita Aria binti Irfan Aria dengan mas kawin perhiasan emas seberat 35 gram dibayar tunai"

Suara berat dan tenang yang kudengar melalui layar televisi yang ada dikamar hotel ini membuat air mataku yang menggenang langsung tumpah seketika.

Dia, Mahesa Permana, laki laki yang tiga bulan lalu kutemui saat bertemu Papa dan asrama milik Kak Evan, hati ini telah sah meminangku.

Aku masih tidak menyangka saat Papa tiba tiba mengajakku bertemu lagi dan mengenalkan Mahesa sebagai Anak buah beliau dan telah lama beliau inginkan menjadi menantu.

Tidak menyangka ?? Tentu saja, siapa yang tidak terkejut jika dihadapkan oleh pernikahan perjodohan dalam waktu singkat. Dalam waktu singkat Aku berkenalan dengan orang tua Mahesa yang sama sama Perwira Tinggi seperti Papa walaupun berbeda Matra, Dan teman Kak Evan itu hanya terdiam, tidak mengatakan apapun baik penolakan maupun persetujuan atas hal perjodohan ini.

Kami berdua, seperti boneka yang diatur oleh para orang tua, mereka yang menyiapkan semua hal tanpa meminta persetujuan kami sedikit pun. Mereka yang mengurus semua ijin dan juga pesta pernikahan ini tanpa melibatkan kami sedikitpun.

Bahkan Mahesa justru memilih bertugas ke TimTeng dan entahlah, sikapnya itu melukai hatiku, sedikit sudut hatiku bertanya tanya apa Mahesa tidak mempunyai ketertarikan sedikit pun padaku seperti aku yang perhatian ku tidak lepas sedikit pun darinya.

Bahkan sampai hari inipun aku sama sekali tidak mempunyai kontaknya. Tidak ada pembicaraan sama sekali.

Aku mengikuti Mbak Dista, sepupuku yang membimbing ku menuju Mahesa yang baru saja mengucapkan ijab Qabul atas diriku. Sosoknya tampak berkali kali lipat lebih menawan dalam balutan jas hitam.

Raut wajah ramah Mahesa menghilang entah kemana, saat aku mencium tangannya tanda hormatku padanya, dia seakan tidak ada ditempatnya, raganya ada disini, tapi hati dan pikirannya entah kemana.

Tidak ada senyum dan juga juga hal apapun, bahkan berbicara pun tidak, kami hanya berdiri berdua seperti pajangan, bukan pasangan yang baru saja menikah. Membuat ku bingung akan sikapnya. Dia seperti mayat hidup sekarang ini.

Satu yang menguatkanku atas keresahan yang kurasakan ini adalah  kalimat Papa.

Kamu percaya kan Papa nggak akan salah mempercayakan permata berharga peninggalan Mamamu, dia akan menjagamu menggantikan Papa dan Kakak Kakakmu.

Semua kejanggalan Mahesa bukan hanya saat ijab Qabul, saat Resepsi pernikahan kami, dia seakan tidak bersungguh-sungguh saat mengucapkan Ikrar Wirasatya, Mahesa benar-benar bukan sosok yang ku kenal tiga bulan lalu.

Dia hanya menebar senyum palsu selama para tamu memberi selamat pada kami berdua, tak sepatah katapun keluar dari bibirnya, membuatku sadar.

Aku menikah dengan orang yang tidak menginginkan ku sama sekali.

..
.
..
.
..
.
..

Cinta Sendiri ( tersedia ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang