Tujuh Belas

6.8K 590 51
                                    

💞💞💞💞💞💞

Dhita POV

"Kita mau kemana ?" Tanyaku saat Mobil yang kami kendarai melaju membelah jalanan utama kota Solo ini.

Kulirik Mahesa yang ada di balik kemudi, Suamiku kali ini tampak sporty dengan kaos oblong tanpa lengan warna hitam dan celana jeans hitam, sekali lihat dia tampak seperti Badboy yang mau nongkrong mencari gebetan, bukan tampak seperti Prajurit yang mengabdi Pada Negeri ini.

"Kita jalan jalan dulu, lihat lihat spot Kota Solo yang bagus buat nongkrong di malam hari .."

Aku hanya manggut-manggut , ikut saja dengan ajakannya, karena walaupun aku sering berkeliling kota untuk menyelenggarakan acara yang di handle kantor,aku nyaris tidak pernah keluar untuk nongkrong, paling mentok hanya nonton Dengan Wulan dan sisanya hanya kembali ngerem di Apartemen yang dulunya menjadi tempat tinggal utamaku.

Dan betapa aku dibuat terkejut saat tiba tiba mobil terhenti, kerlap kerlip lampion di Pasar Gede tempat acara Imlek berlangsung ternyata menjadi tempat pilihan Mahesa.

Aku ternganga, tidak menyangka jika Mahesa akan memilih tempat yang ramai ini, bahkan lebih seperti pasar Malam untuk semua kalangan, ku Fikir dengan penampilannya ini dia akan mengajakku ke Cafe atau hal biasa lainnya.

Tapi ini dia membawaku ke Festival Lampion.

"Terkejut ??" Tanyanya dengan senyuman yang lebar.

Mau tak mau, senyumku turut berkembang melihat senyuman yang menular itu.

"Aku nggak nyangka aja kamu ngajak kesini, untung nggak salah Kostum .." tunjukku pada kaos hitam dan juga celana jeans panjang yang kupakai.

Mahesa mengacak rambutku, membuat rambutku yang kucepol tinggi ini berantakan.

"Ayoo turun !!"

Aku menurut, dan saat Mahesa mengulurkan tangannya, tanpa Fikir panjang aku meraihnya, tangan besar itu melingkar dengan pas di tanganku, membawaku menyeruak masuk ke dalam kerumunan lautan manusia itu.

Suara Pertunjukan musik khas Cina, tarian Barongsai sampai permainan angklung para musisi jalanan langsung menyambut kedatangan kami, dan aku lagi dan lagi, dibuat takjub oleh para pemain musik itu, bukan hanya musik, tapi juga para Dancer yang dengan luwesnya mengajak para pengunjung untuk turut menari.

Aku tertawa saat melihat sosok perempuan cantik yang menjadi salah satu Dancer mendekati Mahesa, memang ya, pesona suamiku ini tidak bisa ditolak. Bahkan dengan penampilannya yang seperti gembel ini saja bisa membuat para perempuan tertarik.

Mahesa menolak, kepalanya menggeleng dan mengangkat tangan kami yang saling bertaut, memberi tahu Dancer cantik itu jika dia tidak bisa menerima ajakannya karena ada aku. Dan berakhir dengan tatapan kecewa sang Dancer , membuatnya mundur dan mencari yang lain.

Aaaahhhh perlakuan sederhana yang manis sekali.

Kurasakan tangan ku kembali di tarik, menjauhkan ku dari pertunjukan yang membuat ku betah berlama lama.

Mahesa melepaskan tangannya, kini tangannya tidak menggenggam tanganku, tapi tangannya melingkar di pinggangku sementara kami berjalan kembali menyusuri keramaian ini.

Cinta Sendiri ( tersedia ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang