Tiga

6.6K 518 16
                                    

Aibmu itu aibku !!
Kamu membenciku tapi aku mencintaimu !!
Cinta ngga perlu alasan seperti Tuhan yang tanpa alasan meletakkan cinta untukmu

..
.
..
.
..
.

Dhita POV

Bulir air mata kembali jatuh dari pelupuk mataku, tidak bisa kucegah, air mata itu terus menerus turun walaupun bibirku terkunci rapat.

Setiap kali aku mengingat semua hal semalam air mata itu semakin deras, sungguh aku seperti kuman bagi Mas Esa, dia begitu membenciku bahkan hanya untuk menyentuh atau menatapku saja dia tidak sudi.

Penolakannya benar benar membuatku sakit hati.

Tapi lagi-lagi semua penolakan yang diberikannya tidak membuatku melupakan kewajiban ku sebagai seorang istri, Tidak peduli Mas Esa akan memakan masakan ku atau tidak aku tetap memasak pagi ini, masakan yang hanya pernah di cicipinya secuil disaat Papa datang berkunjung.

Aku menatap cumi asam manis di dalam pan dengan miris, masakan yang Kata Ibu Mertua sebagai masakan kesukaan Mas Esa itu pasti tidak akan tersentuh olehnya sama seperti masakan ku yang lainnya.

Aku menyusut air mataku, riasan wajahku pasti akan rusak jika aku terus menerus menangis seperti ini. Aku tidak ingin hari pertamaku kembali ke Kantor akan mengundang tanya bagi bawahan ku jika aku tampil mengerikan dengan mata bengkak.

Suara derap langkah kaki yang berat membuatku menoleh,dan benar, laki laki yg dimataku selalu tampan itu kini tengah menuruni tangga, tubuh tingginya terlihat sempurna dalam balutan seragam dinas hariannya.

Hanya sekilas dia melirikku, mengacuhkan ku dan meminum kopi yang memang kusediakan di meja makan, seakan akan tidak terjadi apapun semalam aku menghampiri Mas Esa dengan Cumi asam manis di mangkuk yang sudah kusediakan.

"Sarapan dulu Mas,"

Kulihat Mas Esa melihatku dengan tatapan khasnya jika melihat ku, sinis dan penuh ketidak sukaan, aku menarik nafas, mencoba menenangkan diriku sendiri, sebelum aku kembali tersenyum simpul padanya.

Kuraih piringnya, mengisinya dengan nasi putih hangat, dan juga cumi asam manis yang baru saja kumasak "sarapan Mas, kamu boleh benci sama aku, tapi jangan benci rejeki yang ada di depan mata !"

Tidak ingin melihat penolakannya untuk sekian kalinya, aku meraih tas kerjaku setelah aku meletakkan piring Mas Esa, menuang air putih dan meletakkannya untuk suamiku, aku harus segera bergegas lebih baik aku pergi sebelum hatiku yang masih terluka kembali terluka lagi jika sampai aku mendapatkan cacian Mas Esa.

Mendapatkan kalimat menyakitkan dari orang yang kita sayangi itu ribuan kali lebih sakit dirasakan.

Aku berhenti tepat di depan pintu, untuk terakhir kalinya aku berbalik menatap laki laki yang berstatus suami ku ini, pandangan kami beradu, matanya terlihat tidak fokus walaupun kami saling memandang.

Aku tersenyum kecil melihat sosok tampan itu sebelum aku benar-benar keluar dari rumah, kenapa bahkan setelah kamu membenciku begitu rupa, aku tidak bisa menghilangkan rasa cinta yang datang begitu cepat ini.

Aku berangkat kerja suamiku, kapan aku bisa meraih tanganmu ?? Meminta restu untuk ku keluar rumah, tanpa harus mendapatkan tatapan benci itu ??

Cinta Sendiri ( tersedia ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang