Lebih Berarti

13 2 0
                                    

oleh Faiza Dwi Nayla

Saat aku sedih
Tak ada yang peduli
Tak ada rasa iba yang melirih
Semuanya menghilang lalu pergi


Bahkan, saat aku gembira
Masih tak ada yang mendekat
Tak ada yang mampu diajak berbicara
Aku diabaikan dalam sekat pekat kesendirian


Tapi mengapa, saat semerbak bau khas itu mulai muncul
Hadir bagaikan jelmaan suara merdu
Dengan rasa mulas menggerogoti perut
Berakhir menusuk ke hidung


Semua mata mulai memandang
Aromamu membuat otak menerka
Mencoba mencari sumbernya
Perhatian berhasil teralihkan
Seberarti itukah kau, Kentut?


Hanya karena hasil akumulasi gas dalam perut
Perhatian mampu kau renggut
Hanya karena bunyi halusmu dan lembut
Kau mampu membuat tawa pecah dan ribut

Makassar, 06 Januari 2020

Puisi; World of PoetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang