Chapter 7: The Dolls

719 78 1
                                    

Johnny dan Chris telah berpamitan pada Lucas dengan alasan ingin bermain dengan mainan baru. Ya, sebenarnya mereka punya rumah di Korea masing-masing. Hanya saja kemarin waktu Chris datang ke Korea, dia terlalu lelah so that he crashed in Lucas's.

Lucas sendiri tak terlalu peduli dengan 2 orang itu. Ia hanya ingin mengenal Wendy lebih dalam untuk saat ini.

Contohnya seperti sekarang ini. Mereka sudah sampai di rumah kebesaran Lucas Wong.

"Masuklah, Wen. Diluar dingin."

"I-iya, Tu-Tuan Wong."

"Oke, karena kau milikku sekarang, ada beberapa peraturan yang kau harus patuhi. Dengar baik-baik. Aku tidak akan mengulanginya."

"Ba-baik, Tuan."

"Jangan pernah masuk ke kamarku kecuali aku yang mengizinkanmu. Jangan sentuh senjata apapun yang ada dirumah ini, especially my glock. Jangan menggangguku disaat aku sedang tidak mood. Got it?"

"We-wendy mengerti, Tuan."

"Oke. Kamarmu ada disebelahku. Dan juga beberapa bajumu ada di dalam kamarmu. Kalau kau butuh sesuatu, tinggal ketok saja. Aku akan keluar."

"Iya, Tuan. Saya mengerti."

"Istirahatlah, Wen. Kau pasti lelah."

"Terimakasih, Tuan."

Wendy dan Lucas segera masuk dikamar masing-masing. Lucas langsung saja melepas semua bajunya dan berganti celana training tanpa menggunakan atasan. Begitu juga dengan Wendy, dia mengganti bajunya yang semula kekurangan bahan menjadi tertutup semua. Iya lah, dia pakai piyama.

Wendy's POV

Aku telah dibeli oleh seorang mafia kaya raya. Mafia yang sangat besar dan ditakuti seantero Korea. Aku sebenarnya tidak ingin dalam situasi ini, tapi mungkin ini memang takdirku. Aku harus bertemu dengan orang ini dan aku tidak tahu sampai kapan dia betah dengan keberadaanku.

Lucas Wong.

Aku mengenalnya ketika MC mengatakan bahwa dia Lucas. Aku sempat berpikir bahwa dia orang baik, tapi aku salah. Fakta bahwa dia bengis dan membunuh orang membuatku bergidik ngeri dan berdoa supaya aku tidak dibunuh olehnya karena demi Tuhan, aku masih ingin hidup!

Aku memutuskan untuk menutup mataku karena aku sangat lelah. Tuan Felix memang tidak main-main tentang ucapannya bahwa aku perlu olahraga. Dan, aku berhasil menurunkan 10kg. Tapi, beneran. Aku lelah.

Wendy's POV end

~~~

Berbeda lagi dengan Lucas, Taehyung, Mark dan Umji sudah seperti orang yang sudah lama kenal. Taehyung yang hyperactive ditambah Mark yang supel, tidak memberikan Umji kesan yang buruk untuk pertama kali kenal.

"Nah Umji, kau akan satu kamar dengan Mark."

"Dengan Tuan Mark? Saya hanya barang yang dibeli, Tuan. Saya merasa tidak pantas berada disamping Tuan Mark."

"Sudahlah tak apa, Umji. Tak usah merasa begitu. Anggap saja ini hadiah karena kau sudah menurut padaku dan Mark."

"Ba-baik, Tuan. Akan saya lakukan."

Umji seperti berada di langit teratas ketika melihat Mark dan V tersenyum padanya. Umji bukan tipe orang seperti itu, tapi bisa dibayangkan bukan betapa tampan Tuan Umji ini?

"Umji, kau tidur disebelah kiri saja, aku yang kanan."

"Baik, Tuan Mark."

"Dan oiya, aku ingin memberimu saran."

"Saya akan dengarkan."

"Jangan pernah ganggu Tae hyung kalau dia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Atau kau yang akan kena sasaran amarahnya."

"Baik, Tuan Mark."

Umji's POV
Aku telah dibeli lagi oleh seorang mafia. Dibeli dengan harga fantastis tidak membuatku bangga. Ya setidaknya itulah yang kurasakan diawal, tapi nyatanya kebalikannya. Aku berada di rumah mewah bersama 2 orang tampan.

Tuan Kim auranya sangat seksi, mendominasi, dan dingin. Oh dan jangan lupa bibir berbentuk hati itu. Kalau Tuan Mark, dia sangat imut! Aku bahkan tidak percaya bahwa dia lebih tua dariku. Sepertinya kami bisa menjadi teman.

Dan sangat tidak disangka-sangka, Tuan Mark mengganti bajunya didepanku. Yap, membuka dasi dan jas dan melepas kancing kemeja putihnya. Dan aku tidak bisa untuk tidak melihatnya. Perutnya sih rata, namun keringat bercucuran di dadanya.

Ah sudahlah! Aku ingin tidur saja! It's been a long day.
Umji's POV end

~~~

Kediaman Lucas, 06.54 KST
Lucas terbangun karena bau sedap yang berasal dari dapur. Dia bisa melihat punggung sempit milik Wendy disana. Dia sedang memotong bahan-bahan yang Lucas tidak tahu apa.

"Wendy? Kau memasak apa?"

"Pagi, Tuan. Saya memasak-EH!"

Oke, jika kau berada di posisi Wendy mungkin kau juga akan kaget seperti dia. Lucas yang topless ditambah dengan perut kotak-kotak berjumlah 6 dan sekarang dia berada dibelakangmu. Di belakang punggungmu. Dan juga, kau bisa merasakan deru nafasnya yang teratur.

"Wendy. Aku tanya kau memasak apa. Apa kau bisu?"

"I-it-itu sa-saya hanya membuat bacon and eggs. Saya ha-harap Tuan suka. Maaf kalau kurang enak-"

Cup

"Kau terlalu banyak bicara. Sekarang kau duduklah."

"Pardon?!"

"I don't like repeating."

Dan dengan berat hati Wendy duduk bersama Tuannya untuk menemani sarapan. Wendy sangat tidak paham dengan jalan pikiran Lucas. Kemarin dia sangat dingin, sekarang melunak seperti tulang lunak.

"Kenapa kau tidak sarapan?"

"Sa-saya tidak terbiasa sa-sarapan, Tuan."

"Kenapa tidak, hm?"

"H-hanya tidak su-suka, Tuan. Saya bi-biasanya sarapan jam 11."

"Mulai sekarang, kau harus menemaniku sarapan. Setiap pagi."

"Tapi-"

"No more buts. Just do what I told you to do."



















































'Tuan Lucas kenapa, ya? Apa dia sedang dalam mode baik?'

'Kenapa aku jadi peduli pada Wendy, sih?! Arrrghh kau kenapa, Lucas?!'

~~~

Sawadee kha! Bertemu author lagi disini! Gimana gimana? Udah bosen kah? Yaoloh sumpa ini aing ngetik kyk gini aing sendiri yg geli😂

Voment juseyoo:) xoxo

Euphoria | Boss Sequel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang