29| Amadeus Cafe

1.9K 214 19
                                    

Tawa durjana David memenuhi Amadeus Café yang malam ini agak sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tawa durjana David memenuhi Amadeus Café yang malam ini agak sepi. Tau sendiri, biasanya kafe ini ramai dikunjungi orang. Entah kenapa malam ini justru agak lenggang.

"Tawa lu!"

"Kalian berdua lucu! Kayak lagi nonton drama Korea."

"Drama Korea jidat lu!"

"Gue serius, Nez. Lu berdua kayak main layangan. Tarik-ulur."

"Enggak ah! Mana mungkin."

"Kenapa enggak mungkin?"

"Selama ini perasaan Kai itu enggak pernah terbaca sama gue. Apa yang ada dipikirannya dia aja gue enggak bisa nebak!"

"Terus kalo gue? Lu bisa nebak isi pikiran gue gak?"

"Kopi, profit, cewek. Puas?"

David terbahak. Gue paling kesal kalau David sudah menertawakan perkataan atau diri gue. Rasanya pengin gue dorong dia dari Monas atau ceburin ke kali Ciliwung sekalian.

"Terus kenapa lu enggak bisa nebak isi pikiran Kai?"

"Entah. Mungkin karena belum lama aja kenal sama Kai."

"Dulu lu bisa nebak pikiran gue hanya dalam waktu dua hari."

"Lu nyablak sih!"

David tertawa durjana lagi.

Mau tau kenapa gue sebutnya tertawa durjana? Karena terdengar bahagia sekaligus puas karena sudah menertawakan kekonyolan gue di mata dia. Hanya saja gue enggak bisa sebal sama David. Enggak ada teman bicara lagi nanti.

"Jangan sampai hubungan lu kayak layangan beneran. Tarik-ulur, terus digantung di langit. Tiba-tiba ada layangan lain yang menyambar lalu putus."

"Itu lu kali waktu sama Gina, Kupid."

"Sialan lu!"

Gue mendengkus sebelum menyeruput americano dingin buatan David yang entah kenapa rasanya juara. Gue pernah coba di tempat lain, tetapi enggak seenak ini. Meskipun pernah ada yang lebih enak. Kiriman Abyan.

"Lu ke sini hanya mampir?" tanya David.

"Kalau ke sini karena butuh bantuan lu, nanti protes. Merasa dimanfaatin."

"Bisa aja lu!"

"Sebenernya gue emang butuh bantuan lu sih, Pid."

"Tunangan lu ... siapa namanya? Lupa."

"Abyan."

"Oh, Mas Byan."

"Apaan sih lu?"

"Kalau nyebut nama tunangan itu harus romantis, Nez. Kalau perlu pakai kata 'ayang'."

"Gue siram juga lu!"

"Easy, Nez. Gue hanya ngasih saran aja. Lagipula lu udah dapet titik terang dari kakaknya 'kan?"

Hijrahcchiato [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang