Entah sudah berapa lama gue seperti setrikaan di depan lobi rumah sakit. Sepanjang hidup, enggak pernah rasanya secemas ini. Apa karena akan segera mengetahui siapa Abyan?
Setelah pembicaraan dengan Agatha ditambah David tadi malam, akhirnya gue memutuskan untuk menjenguk meneer Alex hari ini. Semoga enggak ada masalah berarti di kantor dengan absennya gue.
Setelah beberapa pasang mata memperhatikan dengan tatapan curiga, gue memutuskan untuk masuk. Dibandingkan dengan menjenguk neneknya Vano, langkah kaki kali ini jauh lebih berat. Apa baiknya gue balik badan?
Enggak! Pantang bagi seorang Agnes Wiriatmadja untuk menyerah sebelum berperang. Apalagi, waktu kerja di Oriona yang semakin menipis membuat gue harus menghadapi kenyataan. Semoga jantung ini enggak keluar dari rongganya!
Daripada gue cemas enggak berkesudahan, lebih baik memperhatikan sekitar. Sewaktu pertama kali ke sini bersama Aisha, gue fokus dengan pikiran sendiri hingga enggak menikmati kenyamanan rumah sakit ini. Mungkin dengan memerhatikan sebentar air mancur yang terdapat di dekat lift bisa menenangkan diri. Kabarnya, suara air mengalir bisa menenangkan pikiran.
"Maaf, mau ke atas?" tanya seorang wanita di lift yang terbuka pintunya.
"Eh, iya."
Awalnya gue cemas, lalu melamun. Duh, seharusnya tadi gue mengiyakan tawaran David untuk menemani menjenguk. Yakin sajalah kalau gue bisa menghadapi ini sendirian. Sooner or later, right?
"Nona Wiriatmadja?"
Gue menoleh ke arah suara yang menegur.
"Is that you? I thought I was wrong."
Sebentar, wanita ini siapa ya? Sepertinya enggak asing lagi. Apa pernah bertemu di suatu tempat? Namun, dari pakaian yang dikenakan jelas sekali kalau dia dokter rumah sakit ini. Logo Oriona International Hospital tersemat di jas putihnya.
"Remember me?"
Gue menggeleng.
"Mungkin lupa, karena ketika dibawa kemari you were unwell."
Tunggu! Kapan gue pernah dibawa ke sini dalam kondisi enggak baik?
"I'm Ilyas's sister. Remember?"
Ya Allah, ingat sekarang! Dia dokter Brown yang memeriksa gue beberapa waktu lalu. Alih-alih permen, justru obat tidur milik Dion yang sukses masuk ke dalam tubuh gue. Kalau ingat lagi kejadian itu, rasanya ingin menggali lubang dan berdiam diri di sana.
"How are you?"
"Fine, thanks." Grogi 'kan gue sebelahan sama kakaknya Ilyas. Cantik sih. Tampak pintar pula.
"Anda terlihat berbeda."
"Berbeda bagaimana?"
"Tampak lebih muda dari terakhir kali kita bertemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahcchiato [END]
ChickLitIni kisah Agnes Wiriatmadja, wanita single yang sukses dengan pekerjaannya sebagai produser Event Organizer ternama Indonesia. Karena sebuah kesalahan yang tak disengaja, membuat dia kehilangan pekerjaannya. Sebuah peluang datang dari sang kakak, Ag...