21| Cermin Diri

2K 235 36
                                    

Merenung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Merenung. Itulah yang akhir-akhir ini dilakukan. Jujur aja, gue pusing dengan serentetan peristiwa yang di luar nalar. Ibarat kura-kura, gue masuk dulu ke dalam 'rumah'. Gue mengisolasi diri di dalam apartemen dan memilih untuk enggak bertemu siapapun.

Hal pertama yang dilakukan adalah memutar lagu favorit sambil merapikan apartemen, dilanjutkan dengan memasak di dapur. Gue jarang masak dikarenakan waktu gue habis dalam perjalanan dari apartemen ke kantor ataupun sebaliknya. Ibukota memang ganas kalau sudah berurusan dengan kemacetan.

Meskipun sekarang ada MRT yang cukup membantu, tetapi tetap saja gue enggak pernah punya waktu memasak makanan sendiri di dapur. Apa gunanya gofood coba? Alhasil, dapur bersih tanpa noda.

Entah apa yang merasuki diri gue hingga bisa berjam-jam berada di dapur kali ini dan menghasilkan beberapa jenis masakan. Dimulai dari fire wings, caesar salad, spaghetti oglio olio, beef wellington, brownies, dalgona coffee, dan sparkling marquisa.

Kalau dimakan sendiri enggak bakal habis. Kira-kira gue menghubungi siapa ya buat menemani makan? Well, satu jam kemudian, Agatha muncul di depan pintu apartemen tanpa Olla.

"Olla gak lu bawa?"

"Ayah lagi pengin main sama Olla," jawab Agatha. "Wangi amat apartemenmu. Ada acara apa banyak makanan?"

"Iseng aja masak."

"Masak? Kamu masak?"

Gue menangguk.

"Serius?" tanya Agatha sambil menyuap sedikit brownies. "Bukan gofood 'kan?"

Mulai lagi dia menyulut amarah gue. Tau begitu gue hubungi orang lain. Hanya ... ya, sudahlah. Hal terpenting makanannya enggak mubazir.

"Kamu enggak ngantor?" tanya Agatha.

"Izin dulu."

"Kenapa? Suntuk?"

"Enggak. Lagi pengin istirahat aja dulu."

"Kerja di sana memang agak melelahkan, Nez. Kalau bisa mengikuti gak ada tuh kata lelah. Malah lillah yang ada."

"Lillah?"

Agatha mengangguk. "Iya. Lillah. Karena Allah."

"Maksud lu apa?" tanya gue sambil menyiapkan caesar salad untuk Agatha.

"Kalau kamu bekerja karena Allah, segala yang kamu lakukan akan bernilai ibadah," jawab Agatha sebelum menyesap sparkling marquisa. "Kebayang berapa banyak pahala yang kamu dapatkan?

"Apalagi kalau tiap melakukan pekerjaan diawali dengan membaca basmallah, mengerjakannya sambil berdzikir, dan ketika selesai diakhiri hamdallah."

Sumpah gue baru tau! Duh, gue kemana aja sih selama ini? Sebegitu enggak kenalnya dengan agama yang gue anut sejak kecil.

Hijrahcchiato [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang