11| Kesempatan Emas

2.8K 259 64
                                    

Rasanya mau nangis melihat tumpukan berkas dan map yang ada di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya mau nangis melihat tumpukan berkas dan map yang ada di meja. Kapan menipisnya?

Semua terjadi setelah kepulangan Dion dari Abu Dhabi. Awalnya gue enggak tau kalau Dion sudah kembali ke Jakarta sampai Ryan membawa troli.

"Apa itu?" tanya gue pada Ryan yang enggak sengaja berpapasan di depan pintu bening besar.

"Berkas punya mas Dion, Mbak. Tadi mas Dion pesan tolong dibawakan kemari."

Gue masih ingat tumpukan berkas yang dibawa Ryan sampai menutupi ¾ tubuhnya. Semua bergeming saat Ryan berjalan masuk mendahului gue.

"Kak, itu apa?" tanya Arumi dengan nada awas.

"Kerjaan Dion."

"Kerjaan kak Dion?"

Gue mengangguk. "Ada yang sudah liat Dion?"

"Assalaamu'alaikum. Kangen gue gak?" sapa Dion dengan wajah semingrahnya. "Gue bawa oleh-oleh dari Abu Dhabi. Banyak 'kan?"

Gue memeloti Dion kala itu. "Oleh-oleh yang dibawa Ryan?"

"Iya. Memangnya apa?"

"Gila! Itu berkas atau bungkus bala-bala?"

"Berkas bernilai milyaran, Nez. Alhamdulillaah, kita menang tender di Abu Dhabi kemarin. Inshaallaah dalam waktu dekat akan dibangun Oriona Suite Hotel Abu Dhabi." jelas Dion panjang lebar.

Seinget gue, hanya Dion yang memamerkan senyuman bahagia.

"C'mon. Masa kalian enggak bahagia hotel ini mau buka cabang?"

"Apa istimewanya buka cabang di sana?" celetuk Aisha.

"Pasar market Abu Dhabi lagi naik daun. Diperkirakan akan terus seperti itu," jawab Dion.

"Itu hanya spekulasi. Pendapat. Dugaan yang enggak berdasarkan kenyataan," celetuk Kai.

"Judi dong, Kang?" tanya Aisha.

"Bukan spekulasi. Ada datanya. Sebentar lagi gue bagikan berkas yang harus kalian tangani," jawab Dion. "Jangan lupa, sekalian sortir untuk diteruskan ke departemen yang bersangkutan."

"Lu mau kemana?" tanya gue melihat Dion malah balik badan menuju pintu keluar.

"Ketemu Meneer Alex. Ciao!"

Jadi, di sinilah gue terjebak dengan tumpukkan 'oleh-oleh' yang dibawa Dion dari Abu Dhabi. Sial!

"Oi!" seru suara yang gue kenal. "Sudah beres filling untuk diteruskan ke departemen lain belum?"

"Enggak mood gue, Kai."

"Masa udah melempem! Kata bang Dion, lu mentor gue selama di sini. Kalau lu kayak begini, bagaimana gue bisa maju?"

Hijrahcchiato [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang