TIGA

5.4K 601 17
                                    

Hari minggu adalah salah satu hari yang paling disukai Andini. Biasanya, jika Bima tidak mengajaknya olahraga pagi di seputaran komplek perumahan sambil makan bubur ayam langganan mereka, Andini dan mamanya akan sibuk di dapur memasak atau membuat camilan. Namun pagi ini sedikit berbeda, Bima menginap di rumah temannya dan belum pulang sementara kedua orang tuanya pagi-pagi sekali sudah berangkat ke Bogor menghadiri pernikahan anak salah satu teman lama papanya.

Tinggalah Andini sendiri di rumah. Setelah selesai mandi Andini membawa sarapannya berupa sereal yang dicampur dengan susu cair ke depan ruang keluarga. Menyalakan televisi dan mengubah saluran gosip pagi ke acara kartun anak-anak. Biarpun sudah bukan lagi bocah kecil, tapi minggu pagi Andini tidak pernah lepas dari tontonan untuk anak-anak itu.

Andini tidak ada rencana keluar, ia sudah memikirkan untuk bersantai seharian di rumah dengan marathon drama korea. Lagipula seminggu ke depan ia akan disibukkan dengan banyak hal terkait persiapan launching butik dan clothing line miliknya dan Ana. Mereka sepakat untuk menyasar pasar anak muda di bisnis clothing line mereka yang di beri nama Belle. Di bisnis ini mereka mengusung konsep busana masa kini yang kasual dengan harga terjangkau.

Selesai dengan sarapannya, Andini kembali ke dapur mencuci bekas mangkuk yang dipakainya dan memeriksa isi kulkas. Ia mengeluarkan sebuah mangga yang baru di beli mamanya kemarin dan mulai mengupas. Setelah merapikan sisa kulit mangganya Andini kembali melanjutkan menonton televisi yang sekarang menampilkan kartun doraemon kesukaannya.

Dering ponselnya yang di letakkan di meja berdampingan dengan segelas air putih dalam gelas tinggi membuat Andini meletakkan remot yang ada di genggamannya dan beralih meraih ponsel. Nama kakak iparnya terlihat di layar membuatnya tersenyum senang.

"Halo, kakak ipar tercinta," jawab Andini yang dibalas suara tawa Ana di seberang sana.

"Lagi ngapain lo?"

"Duh, tumben amat nanyain gue lagi apa. Gimana-gimana ada kabar apa nih sampe lo nelpon gue pagi-pagi?"

"Nggak ada apa-apa sih, gue cuma kangen. Lusa gue udah jalan ke Swiss, lo ada mau nitip apa gitu?"

"Ck ... luar biasa ... Honeymoon sampe dua minggu belum balik juga, sekarang malah nambah ke Swiss. Edan abang gue duitnya banyak juga ya." Andini terbahak saat mengatakan itu. Bukan apa-apa, abangnya bukan tergolong lelaki pelit dan perhitungan masalah uang, tapi Andini masih takjub saja saat Bara dengan sukarela dan tanpa pikir panjang mengeluarkan uang dengan nominal tidak sedikit untuk menyenangkan istrinya dengan berbulan madu mengelilingi beberapa negara di benua Eropa selama dua minggu lebih.

"Hahaha... duh lo nggak tau aja gue udah ketar-ketir minta pulang. Gue berasa meres suami tau nggak sih di ajak bulan madu keliling Eropa gini." Ana terkekeh geli.

Andini tergelak mendengar sahutan Ana di seberang sana. Sahabatnya itu memang terlalu perasa, tidak enakan dan takut membebani. Padahal Andini yakin apapun yang Ana minta akan dengan senang hati Bara berikan jika dia memang mampu. Yah, sebucin itulah abangnya pada Ana. Dan beruntungnya, Ana bukanlah jenis wanita yang sengaja memanfaatkan kasih sayang suami untuk hal-hal yang tidak penting.

Setelah mengatakan dia tidak meminta apapun sebagai oleh-oleh selain Ana dan abangnya pulang dalam keadaan sehat, Andini mengakhiri percakapan mereka. Ia kembali fokus menonton televisi yang sekarang sedang menayangkan kemarahan Squidward kepada Spongebob dan Patrick yang tidak henti mengganggunya dengan mengajak berburu ubur-ubur.

Entah karena memang masih mengantuk atau karena posisinya saat ini yang menonton sambil tiduran di sofabed, mata Andini terasa berat. Ia mencoba memaksa matanya kembali terbuka untuk melanjutkan menonton, tapi akhirnya menyerah ketika kantuk itu membawanya kembali menyelami mimpi.

BEST MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang