SEPULUH

4.5K 543 38
                                    

Lumayan panjang nih gengs....

Tapi kalo di cut di tengah nanggung banget hahaha.


Happy Reading :) 


===============================

"Makanya kalo cemburu bilang aja." Yoga berdecih pelan saat mendengar pembelaan diri Adrian yang terasa sia-sia di telinganya.

"Mesti berapa kali gue bilang sih, kalo gue nggak cemburu!"

"Alah masih mau nyangkal lagi. Lah ini buktinya niat banget nyamperin gue cuma buat nanya Andini ngomong apa tadi di telepon," tukas Yoga cepat.

"Gue cuma pengin tahu. Kalian ngomongin apaan. Gue tadi cuma denger sedikit. Dan dia marah sama gue gara-gara itu." Adrian menatap Yoga yang duduk santai di depannya dengan seringai jahil.

"Marah kenapa? Barusan gue telepon kayaknya baik-baik aja tuh."

Meskipun sebal Adrian akhirnya menceritakan lagi apa yang tidak sengaja ia ucapkan pada Andini saat dalam perjalanan pulang. Sumpah ia tidak bermaksud mengatakan Andini wanita murahan, bukan itu yang ingin ia sampaikan.

"Andini cuma minta ajarin fotografi sama gue, that's it. Gue pun nggak ada maksud lain selain murni ngajarin dia. Gue seneng, ada yang juga tertarik sama bidang yang gue sukai."

Adrian mengusap wajahnya sekilas, meraih botol air yang tadi di sodorkan Yoga padanya dan meminumnya cepat. Ia semakin merasa bersalah pada sahabatnya itu, tapi belum bisa sepenuhnya percaya pada ucapan Yoga. "Yakin niat lo emang murni ngajarin? Nggak ada yang lain-lain?" tanya Adrian masih tak percaya.

"Cari cewek sono biar nggak ngerusuhin Andini terus," sungut Yoga, yang di balas Adrian dengan pelototan mata. "Sorry nih, tapi sikap lo belakangan udah mulai annoying sih. Gue emang belum lama kenal sama Andini, tapi kalo gue jadi dia beneran gerah banget sama sikap lo yang sok ngatur ini."

"Dia sahabat gue. Gue cuma nggak mau dia ketemu cowok yang salah. Itu aja kok. Nggak salah kan kalo gue mau jagain sahabat sendiri?"

"Dari yang gue inget sih, Andini bukannya punya kakak cowok dua ya? Gue rasa mereka lebih bisa ngejagain adiknya."

Adrian berdeham gugup. "Udah ah, gue mau pulang sekarang."

Yoga tertawa terbahak mendengarnya. "Lo kalo nggak mau ngaku naksir Andini, buruan cari cewek sono. Gue kasihan sama dia."

Adrian yang sudah melangkah melewati pintu apartemen Yoga kemudian berbalik dan memberikan jari tengahnya pada lelaki itu. Yoga yang melihatnya kembali tertawa geli.

"Kalo sampe Andini beneran punya pacar, nangis lo."

****

"Bunga dari siapa?"

Pertanyaan Ana yang di ajukan dengan suara pelan itu membuat Andini berjengit kaku. Pasalnya ia tidak mendengar sama sekali bunyi langkah sahabatnya itu ataupun suara pintu yang di buka. Buru-buru di simpannya lagi buket bunga lili yang baru saja di antarkan ke atas meja kerjanya. Tangannya meremas pelan kartu ucapan yang di kirim bersama dengan buket bunga.

"Dari temen gue. Ucapan selamat gitu lah."

"Hmm?" Ana menaikkan sebelah alisnya. "Kan Belle belum resmi buka Din?"

"Ya ... gue nggak tau juga, Na." Andini menelan ludahnya kasar saat Ana kembali menatapnya menyelidik. Ia gugup.

"Beneran?" goda Ana. Senyum jahil di wajahnya bertambah lebar saat melihat Andini yang gelisah dengan wajah memerah. "Gebetan ya?"

BEST MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang