DUA BELAS

3.8K 495 32
                                    

Happy Reading



:)

=================================

Adrian, pulang kantor besok jalan yuk :)

Pesan yang baru saja masuk dari Tiara membuat Adrian mengangkat sebelah alisnya. Boleh juga. Setelah terus-terusan ia acuhkan, ternyata gadis ini masih belum menyerah.

Lalu satu pemikiran melintas di otak Adrian. Bagaimana jika ia mencoba dengan Tiara? Ia butuh pengalihan dari entah apa yang di rasakannya pada Andini. Sepertinya tidak terlalu buruk, toh Tiara cantik, juga pintar.

Tanpa banyak pertimbangan akhirnya Adrian membalas pesan itu. Singkat saja.

Boleh.

Jahat memang, menjadikan Tiara alat untuk kepentingan pribadinya. Namun bisa saja nanti Adrian memang jatuh hati pada gadis itu kan? Tidak ada yang tahu bagaimana ke depannya.

****

"Lo beneran jalan sama Tiara ya?"

Adrian yang baru saja menyuap makan siangnya mendongak dan mendapati Yoga beserta Damar dan Dimas berdiri di hadapannya dengan membawa menu makan siang masing-masing.

"Beneran?" ulang Damar.

Mengangguk acuh Adrian tetap meneruskan kunyahannya, tidak peduli jika tiga orang yang sudah mengambil tempat masing-masing di meja yang sama dengannya itu saling tatap bingung.

"Bukannya lo sama Andini?" tanya Dimas dengan dahi berkerut.

"Kata siapa?" jawab Adrian. Di pandanginya ketiga temannya bergantian. "Andini temen gue. Sahabat gue."

Helaan napas tidak percaya terdengar di sampingnya, membuat Adrian menoleh.

"Kenapa sih susah banget buat ngaku?" tanya Yoga. Lelaki yang duduk di samping Adrian itu menatap malas, kemudian melanjutkan, "Ngapain lo mesti nyoba sama si Tiara kalo perasaan lo sendiri ke Andini."

Mendengar apa yang di ucapkan Yoga membuat Adrian terdiam sesaat. Ia coba menatap satu per satu wajah yang ada di hadapannya sebelum melanjutkan makan, mencoba tenang agar suara yang keluar dari bibirnya terdengar meyakinkan.

"Lo semua salah menilai hubungan gue sama Andini. Kita temenan udah lama dan emang ... deket banget. Tapi, ya, udah nggak ada apa-apa."

"Terserah lo deh," ujar Yoga. Lelaki itu kemudian berkonsentrasi pada rawonnya sebelum berucap, "Gue udah ingetin. Jangan sampe nyesel."

Damar dan Dimas yang sedang menikmati makan siang mereka pun hanya bisa saling lirik. Menatap Adrian yang terlihat berusaha menikmati sisa makanannya.

Walau sebenarnya lelaki itu sudah tidak berminat pada apa pun yang tersaji di dalam piring di depannya.

"Yan, ini laporan pajak trimester ini."

Adrian yang baru saja sampai di kubikelnya, berhenti sejenak saat panggilan Tiara yang sepertinya memang sengaja menunggunya terdengar. Ia dan ketiga temannya baru saja kembali dari makan siang. Yoga yang berjalan bersama Adrian tadi hanya menepuk pelan pundaknya, menyunggingkan senyum pada Tiara kemudian berlalu menuju meja kerjanya.

"Oke, makasih," ucap Adrian seraya menerima berkas yang di ulurkan Tiara.

Setelah meletakkan berkas itu di sisi kiri meja, Adrian mulai menyalakan kembali laptopnya yang di setel dalam mode sleep. Mengarahkan kursor pada laporan penjualan mingguan yang ia unduh dari aplikasi bantu perusahaan sebelum istirahat. Namun ujung matanya lebih dulu menangkap bayangan Tiara yang ternyata masih berdiri di depan meja kerjanya.

BEST MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang