Seorang gadis tampak berjalan terburu-buru menuju ke halte tempat biasa ia menunggu bus yang akan mengantarkannya ke kantor tempat ia bekerja.
Di kota kecil ini ia tinggal seorang diri setelah beberapa bulan yang lalu sang nenek yang selama ini membesarkannya meninggal dunia karena sakit yang di deritanya.
Ia begitu terpukul karena kehilangan satu-satunya orang yang selalu ada untuknya namun apalah daya bukankah hidup harus terus berjalan?
Sekuat tenaga ia berusaha bangkit dan kembali menjadi seorang Tatiana Syafira yang ramah dan humble terhadap siapapun.
Sebenarnya Tatiana atau yang biasa dipanggil Ana bukanlah seorang gadis sebatangkara karena ia masih memiliki keluarga dari pihak ibunya hanya saja sejak kecil hingga kini ia pun tidak tahu apa membuat keluarga dari pihak sang ibu begitu membenci dan sama sekali tak ingin mengakui dirinya.
Sebagai gadis yang tak pernah diharapkan dan diakui oleh keluarganya membuat Tiana atau Ana terbiasa hidup sebagai pribadi yang mandiri.
Meski harus terseok dan terjatuh berulang kali namun itu tak membuat semangatnya hilang. Sekuat tenaga ia akan kembali bangkit , ia selalu teringat pesan yang selalu diucapkan sang bunda "Hidup tidak akan berakhir hanya karena sebuah kehilangan atau kegagalan tapi hidup akan berhenti ketika seseorang tak mampu bangkit lagi dan berputus asa." Sebuah pesan sederhana namun mempunyai peran besar di dalam kehidupan Ana.
"Ana..." Panggil Yudha salah satu rekan satu departemennya, saat melihat Ana berjalan tergesa.
"Eh Yudha baru sampai juga?" Tanyanya sambil berjalan.
"Iya, tapi ada apa? Kelihatannya kau sangat tergesa-gesa padahal kan ini masih pagi?" Tanya Yudha penuh selidik.
"Kau lupa ya Yud pagi ini pak Lukman akan melakukan rapat khusus untuk divisi kita dan seperti yang kita tahu bagaimana tegasnya pak Lukman mengenai disiplin waktu." Jelas Ana.
"Masya Allah Ana aku lupa untung saja tetangga aku bikin keributan pagi-pagi jadi aku bisa cepat bangun kalau tidak gak tahu lagi deh gimana nasib ku." Ucap Yudha sambil meringis memikirkan nasibnya.
Melihat ekspresi Yudha sebuah senyum tercipta di bibir Ana membuat jantung Yudha berdetak dengan kencang.
Bukan rahasia lagi sejak dulu Yudha selalu berusaha mendekati Ana namun karena rasa minder dan perasaan tidak pantas ditambah lagi tatapan tidak suka yang seringkali dilayangkan oleh ibunda Yudha setiap kali mereka bertemu membuat Ana selalu menolak dan bahkan berusaha menjaga jarak dari Yudha.
"Hei.., melamun aja ayo masuk sebelum terlambat!" Tegur Ana saat melihat Yudha tak beranjak dari tempatnya.
"Eh iya maaf, maaf abis senyummu itu bikin aku gak bisa berkutik An." Ucap Yudha sambil tersenyum menatap Ana penuh cinta.
"Udah ah pagi-pagi udah ngegombal, ayo cepat masuk sebelum dapat SP dari pak Lukman." Ucap Ana sambil berlalu mendahului Yudha.
"Ana aku gak ngegombal tapi aku beneran sayang dan cinta padamu!" Teriak Yudha yang membuat seisi kantor menatap ke arah Yudha. Sementara Ana sudah mengambil langkah seribu karena malu telah menjadi pusat perhatian dari orang-orang yang berada di kantor mereka.
"Dasar Yudha udah gila kali tu orang pagi-pagi udah bikin heboh orang satu kantor." Sungut Ana saat sudah berada di meja kerjanya.
"Woy...pagi-pagi udah ngedumel bisa cepat tua neng." Tegur Diana sahabat satu divisinya."Biar aja abisnya aku bete banget sama si Yudha bikin rusak mood aku aja pagi-pagi."
"Ya elah neng harusnya itu kau bersyukur dicintai dan disayangi sama salah satu most wanted di kantor ini bukannya malah ngedumel kayak begini. Lagi pula apasih kurang nya si Yudha? Udah ganteng, baik, dan lucu meski pun yah dia bukan seorang CEO seperti yang ada di novel-novel yang biasa kau tulis atau pun baca tapi kan dia udah cukup mapan. Kerjanya jelas, udah punya rumah dan kendaraan sendiri meski rumahnya tak sebesar istana dan mobilnya bukan limosin tapi kan itu bisa jadi modal."
"Aku tahu dia baik, ganteng, lucu, mapan dan bisa diandalkan tapi emangnya kau tidak lihat bagaimana tatapan ibunya ke aku kalau kita ketemu. Aku gak mau masuk ke dalam keluarga di mana tak ada tempat untukku Di. Cukup keluarga ibuku yang menolak kehadiran ku dan aku tidak ingin ditolak lagi. Kau tidak tahu kan bagaimana rasanya saat kau harus terbuang dan di tolak dari keluargamu sendiri?" Ucap Ana sambil tersenyum pahit.
Mendengar ucapan sahabatnya itu membuat Diana terdiam lalu memeluk sang sahabat. Ia sangat tahu bahwa dibalik senyuman hangat yang selalu ditunjukan sang sahabat tersimpan luka dan kekecewaan yang selalu disembunyikan sang sahabat.
Rapat divisi pemasaran dan kreativitas berjalan dengan lancar meski ada beberapa pertentangan namun semuanya dapat teratasi.
"Huft...akhirnya selesai juga rapat yang membosankan ini." Bisik Diana di telinga Ana.
"Hus...awas lho kalau kedengaran pak bos bisa dapat masalah kau dari pak bos." Bisik Ana sambil tersenyum menanggapi keluhan sang sahabat.
"Ana, Dian...ke kantin yuk." Teriak Deni sambil berjalan ke meja kerja Ana.
"Kalian aja deh aku nitip aja." Ucap Ana sambil merapikan mejanya yang sedikit berantakan.
"Alah gak ada titip-titipan ayo ke kantin sama-sama." Ucap Diana dan Denis bersamaan sambil menarik tangan Ana. Jika sudah begini Ana hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukan sahabat-sahabatnya.
@@@
Hai, hai seperti yang udah aku bilang sebelumnya kalau aku akan pos cerita baru ni dia ceritanya.
Insya Allah cerita ini bakalan up selang seling ama cerita MYSTERIOUS LOVE STORY
Semua cerita aku murni hasil pikiran sendiri yach.... Jadi kalau ada kesamaan nama, tempat, cerita, atau pun lokasi itu merupakan sebuah kebetulan semata.
Jangan lupa vote n comment nya yach...
Moga kalian suka yach meski pun cerita aku masih amatiran heheheh
Love u all😍😍😘😘
Poso, 160220
KAMU SEDANG MEMBACA
FIND YOUR LOVE
RomanceBagaimana perasaan kalian saat kalian tahu kalau foto dan biodata kalian digunakan oleh orang terdekat kalian untuk mendaftar pada sebuah aplikasi perjodohan? Dan bagaimana perasaan kalian disaat seorang pria arogan yang tak kalian kenali datang dan...