Part 6

25 2 1
                                    

Tak terasa waktu berlaku sebulan sudah sejak kaejadian di aula dan beruntung sejak kejadian itu Angga tak lagi merecoki kehidupan Ana sehingga Ana dan kawan-kawannya bisa bernafas dengan lega.

"Akhirnya aku benar-benar bebas dari si Angga brengsek itu." Ucap Ana kepada kedua sahabat yang kini berada di hadapannya. Saat ini mereka sedang makan siang bersama di salah satu kedai tak jauh dari kantor mereka.

"Kau yakin kalau dia benar-benar tidak akan mengganggu mu lagi?" Tanya Diana.

"Aku yakin, bukankah sudah lebih Dafi sebulan ini kehidupan ku aman-aman saja. Sepertinya percuma saja waktu itu kita ketakutan setengah mati. Ternyata semua itu hanya ulah dari orang yang gak punya kerjaan." Jawab Ana dengan santai.

"Sejujurnya aku masih sedikit takut An!" Bisik Luna.

"Aku juga." Sambung Diana kemudian mereka berdua menatap Ana.

"Apa lagi sih yang kalian takutkan? Percaya deh kejadian waktu itu pasti hanya ulah orang iseng. Ini juga Diana ke mana keberanianmu yang selama ini? Lalu untuk apa bela diri mu selama ini kalau hanya dengan gertakan dari orang iseng kau sudah ketakutan seperti ini." Kata Ana sambil menggelengkan kepalanya.

"Bukan begitu An, tapi dari ucapannya waktu itu aku yakin dia sedang tidak bercanda. Aku justru takut kalau ini adalah Ketenangan sebelum badai. Aku justru Mengkhawatirkan mu An." Ucap Diana penuh kekhawatiran.

"Yang dikatakan Diana memang benar An, aku juga takut kalau ini hanya akal bulus dari Angga agar kau menjadi lengah. Bagai mana kalau tiba-tiba dia kembali hadir dan berbuat sesuatu yang lebih gila lagi padamu." Kata Luna membenarkan pikiran Diana.

"Kalau itu sampai terjadi apa boleh buat aku akan melaporkannya pada polisi." Jawab Ana seakan tanpa beban.

Mendengar jawaban Ana yang terkesan santai membuat Luna dan Diana hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Di belahan bumi yang lain seorang pemuda tampak menahan emosinya atas keteledoran para bawahannya yang menyebabkan kerugian besar untuk cabang perusahaannya yang berada di negara adidaya itu.

"Kalian benar-benar bodoh. Bagaimana bisa sudah lebih dari sebulan aku di sini tapi kalian belum juga menemukan si bangsat yang sudah berani mencuri di perusahaan ku ha....!!!" Bentaknya pada para bawahan yang saat ini berada di hadapannya. (Anggap aja udah berbahasa Inggris guys).

"Ma...maafkan kami tuan, kami akan berusaha untuk menangkap bajingan itu secepatnya." Jawab Jhon salah satu anak buahnya itu sambil menunduk ketakutan.

"Pokoknya aku tidak mau tahu paling lambat besok kalian sudah harus menangkap bajingan itu. Kalau tidak akan ku buat kalian menyesal pernah terlahir ke dunia ini." Tekannya penuh intimidasi.

"Dasar brengsek berani sekali dia mencuri dariku. Dia bukan hanya mencuri dariku tapi dia juga sudah mengganggu waktu dan kesenanganku. Karena ulahnya aku harus terpisah jauh dari bidadari ku. Akan ku pastikan dia akan menyesal karena berurusan denganku." Ucap Angga sambil mengepalkan tangannya menahan emosi.

"Bagaimana kabarmu sweet heart? Sepertinya kau benar-benar menikmati waktu mu. Tunggulah sebentar lagi aku akan datang untuk menghukummu berani sekali kau tidak mendengarkan kata-kata ku" Ucapnya sambil membelai wajah Ana di video yang baru saja di kirimkan para orang-orangnya.

Sore menjelang Ana berjalan menuju halte untuk menunggu bus yang akan membawanya pulang ke rumah. Ada perasaan aneh dan takut mulai menghantui dirinya seakan-akan seseorang sedang mengamati langkahnya.

Dengan keberanian yang masih tersisa Ana melihat ke arah belakang namun tak ada seorang pun di sana.

Jantung Ana berdetak semakin cepat. Saat ini ia benar-benar menyesal mengapa menolak ajakan Luna untuk pulang bersamanya.

Raut gelisah terlihat jelas di wajahnya. Begitu bus yang akan ditumpanginya tiba tanpa melihat ke arah lain Ana langsung menaiki bis tersebut.

Saat tiba di tempat tujuannya Ana langsung membayar dan segera mempercepat langkahnya menuju ke rumahnya.

Sesaat setelah memasuki rumah dan mengunci pintu Ana melihat ke arah luar jendela. Tak ada seorang pun di luar sana.

"Apa mungkin hanya perasaan ku saja hah...?" Monolog Ana.

Setelah memastikan segalanya Ana segera beranjak menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Selepas makan malam Ana menatap langit malam ini dari balik jendela kamarnya. E tah mengapa malam ini hatinya gelisah ingin menghubungi teman-temannya namun ia ragu aman kegelisahannya.

"Ada apa denganku malam ini ya Allah, mengapa hatiku begitu gelisah. Ayah, ibu, nenek kalian selalu ada dengan ku kan?" Lirihnya.

Klek...tiba-tiba lampu yang ada di rumah Ana padam. Dengan meraba-raba Ana mencari ponselnya yang sore tadi entah ia letakkan di mana.

Setelah mencari beberapa menit akhirnya ia menemukan ponsel tersebut di atas meja tak jauh dari tempat tidurnya.

Dengan segera dinyalakan senter yang ada di ponsel tersebut kemudian berbalik dan betapa terkejutnya ia karena seseorang sudah berdiri di belakangnya.

***

Ups..cukup sekian dulu yach part ini.

Jangan lupa vote n commentnya. Makasih banget yach buat kalian yang udah nyempetin baca cerita ini n maaf kalau aku blum bisa balas komen kalian.

Btw tetap jaga kesehatan ya guys, ikuti anjuran pemerintah untuk sementara gak usah keluar rumah dulu kalau gak ada kepentingan. Toh semua itu juga untuk kepentingan kita.

Yuk sama-sama kita perangi Corona dengan cara yang udah di anjurkan pemerintah.

Jangan lupa jaga jarak yach....

Love u all 😘😘😘

FIND YOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang