Part 8

55 1 0
                                    

Iya! Jawab Ana sambil mengacak rambutnya frustasi. Mendengar jawaban Ana membuat Luna dan Diana menatapnya penuh selidik.

Jangan tatap aku seperti itu tak ada apapun yang terjadi. Jawabnya sambil memalingkan muka dari kedua sahabatnya itu.

Apakah kau yakin tak terjadi apapun Ana? Tanya Diana penuh selidik.

Ana menatap wajah kedua sahabatnya, Iya, iya aku mengaku sesuatu memang terjadi, huft dia menciumku hingga nyaris mati kehabisan oksigen. PUAS KALIAN sekarang? Bisik Ana sambil memalingkan wajahnya yang sudah memerah.

Haaaaaaaaaaserius? Tanya kedua sahabatnya secara bersamaan.

Gila akhirnya salah satu segel Ana terbuka juga. Pekik Luna kegirangan.

Eh bagaimana dengan wajahnya apakah dia tampan? Bagaimana dengan kulitnya putih atau kecoklatan dan bagaimana dengan ciumannya apakah dia seorang ahli? Tanya Diana antusias.

Melihat tingkah kedua sahabatnya Ana hanya bisa melongo dan menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Sungguh diluar ekspektasinya.

Kalian berdua memang gila ya? Teman kalian dilecehkan kalian malah bahagia. Benar-benar..aaaaakkkhhh. Pekik Ana semakin frustasi.

Sementara itu tanpa setahu ketiga gadis tersebut seseorang sedang mendengarkan obrolan mereka dengan wajah yang dihiasi senyum. Aku memang membuka segel pertamanya namun itu bukanlah akhir karena segel-segel yang lainnya pun aku yang akan membukanya. Ucapnya dengan sebuah senyuman miring yang tercetak di bibirnya.

***

Maafkan aku pak bos tapi sepertinya sudah saatnya untuk kembali ke ruang meeting. Ucap Juan yang entah sejak kapan sudah berada di ruangan Angga.

Ah.Juan kau selalu saja mengganggu kesenanganku. Dengus Angga tak terima.

Mo bagaimana lagi kan yang bosnya di sini kau, jadi yah kau harus tetap mengikuti meeting ini, karena meeting ini tidak boleh di wakilkan. Jawab Juan tanpa beban.

Iya, iya tapi nanti dulu aku masih ingin melihat bidadariku. Hmm..tapi melihatnya tersenyum seperti saat ini membuatku ingin kembali mencicipi bibirnya yang manis itu. Ucapnya sambil menyentuh bibirnya sendiri.

Dasar cabul jangan mentang-mentang kau yang pertama membuka segel di bibirnya lalu kau merasa kalau hanya kau yang akan mencicipinya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Ejek Juan yang sukses membuatnya mendapatkan tatapan membunuh dari Angga.

Meski kau adalah sahabatku namun aku tidak akan segan-segan memecahkan kepalamu itu kalau kau berani berpikir sesuatu yang buruk tentang gadisku. Ucapnya penuh ancaman yang membuat Juan bergidik ngeri.

Maaf pak bos tadi hanya khilaf. Ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Baiklah ayo ke ruang meeting dan ingat jangan pernah sekali lagi aku mendengar kau berpikir buruk tentang gadis ku karena aku sendiri yang akan mengelurkan isi kepalamu itu. Peringatnya kemudian berjalan mendahului Juan.

***

Ana sedang duduk menyelesaikan laporan yang akan ia serahkan siang ini di meja kerjanya ketika tiba-tiba Luna dan Diana tiba-tiba saja sudah nangkring di depan mejanya.

Ada apa? Tanya Ana sambil mengernyitkan alisnya tak mengerti.

Kau masih punya hutang pada kami berdua An! Seru Diana sambil menatap Ana dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

Hutang? Tanya Ana semakin mengernyit.

Kau belum menjawab pertanyaan kami beberapa hari yang lalu. Ucap Luna coba memperjelas maksud mereka.

Emang penting ya pertanyaan kalian waktu itu?

Penting.Jawab Luna dan Diana bersamaan.

Huft Ana menarik nafasnya dalam kemudian menatap wajah kedua sahabatnya ingin rasanya ia tertawa melihat wajah kedua sahabatnya saat ini yang sudah seperti anak balita yang merengek minta mainan. Sebuah senyuman tercipta di bibir Ana.

Ditanya kok malah senyum sih? Dengus Luna.

Iya, iya waktu itu kalian tanya apa? Aku dah lupa. Ucap Ana tanpa rasa bersalah, yang membuat kedua sahabatnya melongo tak percaya.

Iiihhh.ni anak benar-benar deh pengen aku bejet-bejet kayaknya. Kesal Diana.

Waktu itu kita nanya gimana orangnya ganteng gak? Kulitnya putih atau coklat? Tanya Luna.

Gak tahu?

Ha??? Maksudnya gak tahu? Tanya Diana dan Luna dengan tatapan bingung.

Ya aku gak tahu secara waktu itu lampu di rumahku mati, ponsel yang aku jadikan senter jatuh ke lantai ,dengan kata lain waktu itu remang-remang jadi aku gak bisa lihat jelas dia orang seperti apa. Jujur Ana.

Ya Tuhan Lun boleh aku tonjok gak ni anak berhari-hari aku penasaran dan jawaban yang aku dapat hanya ini. Ngeselin tahu.!!!! Kesal Diana kemudian meninggalkan meja Ana. Yang diikuti oleh Luna yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sang sahabat. Diana tunggu Teriak Luna mengikuti Diana yang sudah berjalan lebih dulu.

Kayaknya otak sahabatmu itu jadi lemot gara-gara segelnya kebuka deh. Kesal Diana.

Idih.sahabatku tapi sahabatmu juga tahu

***

Ana baru saja tiba di depan rumahnya namun kehadiran seorang wanita dengan dandanan layaknya wanita berkelas membuat keningnya berkerut bingung. Maaf siapa? Ada yang bisa dibantu? Tanya Ana dengan ramah.

Mendengar kehadiran seseorang dari arah belakang membuat wanita itu berbalik dan menatap Ana dari ujung rambut hingga ke ujung kakinya dengan tatapan meremehkan.

Kau Tatiana putrinya Elis dan Wandi? Tanya wanita itu dengan angkuh.

Iya, maaf nyonya ini siapa? Jawab dan tanya Ana masih berusaha sopan.

Sekali lagi wanita tersebut menatap Ana dengan remeh, Malang sekali nasib si Wandi, aku yakin selama ini ia pasti sangat menyesal karena lebih memilih wanita pembawa sial itu. Sinis wanita tersebut.

Tolong jaga ucapan nyonya. Ucap Ana mulai emosi.

Hahahahah, kenapa aku harus menjaga ucapanku kalau yang ku katakan itu memang benar adanya. Ayahmu itu terlalu bodoh dan ibumu adalah pembawa sial di dalam keluarga kami. Benar-benar pasangan yang menjijikkan. Hardiknya.

Wajah Ana memerah menahan emosi mendengar ucapan wanita di depannya. Dasar wanita gila. Umpat Ana berusaha melewati wanita tersebut namun langkahnya terhenti dan Ana nyaris terjungkal akibat tarikan wanita tersebut.

Dasar anak tidak punya sopan santun, siapa yang kau sebut gila? Bentak wanita tersebut.

Anda, bukankah hanya orang gila yang akan datang ke rumah orang yang tak di kenal dan mencari masalah. Jawab Ana mulai emosi.

Mendengar jawaban Ana seketika wajah wanita itu merah padam. Brengsek anak sama ibu sama-sama gak punya sopan santun dan adat untung aja dulu namanya di coret dari kartu keluarga. Bisik wanita itu namun masih dapat di dengar oleh Ana.

Oh jadi nyonya adalah salah satu dari keluarga keluarga brengsek yang sudah membuat ibuku menderita. Tapi aku bersyukur karena berkat semua itu aku tak perlu memiliki keluarga yang tidak punya hati. Sinis Ana kemudian berlalu meninggalkan wanita tersebut.

Arrrgggghhhh, dasar brengsek lihat saja Lis akan membuat putrimu itu tidak akan pernah merasakan kebahagiaan seperti apa yang kau lakukan padaku. Ucap wanita itu penuh dendam kemudian meninggalkan rumah Ana.

***

Hai...hai semuanya aku datang lagi maaf yach baru bisa update karena tugas didunia nyata yang membutuhkan waktu lebih.

Cerita ini belum mengenal edit ya guys jadi tolong dimaafkan yach segala typo yang bertebaran.

Jangan lupa vote n commentnya yach.

FIND YOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang