Part 11

40 1 0
                                    

Sepeninggal Robin, Ana semakin gelisah Luna..., Dianakalian di mana sih? Gumamnya sambil meremas jarinya sendiri tanda kegelisahannya. Satu jam telah berlalu Ana semakin putus asa, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

Tok..tok

Pintu balkon di kamar Ana di ketuk dari arah luar. Dengan segera Ana beranjak dan melihat di balik tirai yang menutupi jendela kamarnya. Senyum kebahagiaan langsung tercipta di bibirnya saat melihat sosok yang berada di balik jendelanya. Ayo cepat kita gak punya waktu lagi. Ucap Luna begitu jendela dibuka.

Iya tapi aku ganti

Alah gak usah ganti-ganti cepat sebelum orang-orang bodoh itu menyadari kalau calon nyonya mereka berniat kabur. Ucap Luna sambil menarik tangan Ana untuk segera mengikutinya.

Dengan hati-hati Ana menuruni tangga bambu yang entah sejak kapan berada di samping balkon kamarnya yang ditutupi oleh tanaman hias yang agak rimbun. Setelah tiba di bawah dengan mengendap-endap Ana segera mengikuti langkah Luna menuju ke balik pohon besar yang berada di halaman belakang rumah itu. Ketika tiba di balik pohon itu mata Ana membola Kalian benar-benar kriminal bagaimana bisa kalian melubangi pagar beton setebal ini? Bisik Ana pada Luna dan Diana yang sudah menunggunya di balik tembok.

Alah gak usah banyak tanya ayo cepat Jimmy udah gelisah dari tadi di mobil.

Hakalian ajak Jimmy juga? Tanya Ana sambil berbisik.

Ana sayang udah dibilang gak usah banyak tanya, kita gak punya waktu buat jelasin semuanya. Gemas Diana sambil terus menarik tangan Ana menuju ke sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka sekarang.

Huft..syukurlah kalian segera datang lima menit lagi kalian tidak kembali aku benar-benar akan meninggalkan kalian. Ucap Jimmy sambil melajukan mobil yang berisi keempat sahabat itu.

Ini nih si calon pengantin terlalu banyak nanya sepertinya dia berat meninggalkan mempelai prianya. Sarkas Luna.

Iya, iya maaf aku cuma heran aja kalian benar-benar udah seperti kriminal tau gak? Tanya Ana sambil tersenyum tak percaya dengan ulah para sahabatnya.

Idih.dasar gak tahu terima kasih, udah ditolongin masih juga ngatain kita kriminal. Udah Jim kita turunkan saja dia di sini agar calon suami kesayangannya itu bisa menjemputnya. Rajuk Luna.

Dih ogah jadi istrinya si brengsek itu masih bagusan si Angga daripada dia. Kata Ana yang tanpa sadar sudah membandingkan Robin dan Angga.

Cieciejadi Angga lebih baik nih? Ledek Diana.

Eh anu bukannya begitu tapi Ana gelagapan tak bisa melanjutkan ucapannya.

Melihat hal itu ketiga sahabatnya tertawa melihat wajah malu dan salah tingkah Ana.

Suasana riuh dan ceria yang ada di mobil yang ditumpangi keempat sahabat itu berbanding terbalik dengan yang terjadi di kediaman Robin Hidayat tenda-tenda dan segala pernak pernik pernikahan yang beberapa waktu yang lalu menghiasi kediaman tersebut sudah hancur berantakan dan teronggok tak berguna serta beberapa orang berbadan tegap berseragam hitam keadaannya tak kalah mengenaskan dengan kondisi rumah tersebut. Semenjak menghilangnya sang calon mempelai wanita beberapa waktu yang lalu rumah tersebut dipenuhi dengan aura mencekam. Tak ada seorang pun yang berani bersuara bahkan untuk bernafas pun rasanya mereka begitu takut. Tatiana Syafira sepertinya aku sudah salah karena terlalu meremehkanmu tapi kau juga salah karena berani bermain-main denganku. Tunggu dan lihat saja bagaimana aku akan membuatmu menyesal pernah terlahir ke dunia ini. Gumam Robin dengan seringai iblis di bibirnya dan gelas yang berada di genggamannya pecah menandakan betapa kuatnya genggaman Robin pada gelas itu.

Ada apa An? Kau terlihat sangat gelisah? Tanya Diana saat melihat gurat kegelisahan di wajah sang sahabat. Saat ini mereka sedang beristirahat di kamar hotel setelah beberapa menit yang lalu mereka baru saja menginjakkan kaki di ibu kota.

Entahlah Di, tapi sejujurnya aku ragu apakah tindakan kita saat ini sudah benar?

Apa maksudmu? Tanya Diana tak mengerti.

Aku takut Di, bagaimana kalau tindakan kita hari ini membawa masalah yang lebih besar di kemudian hari. Jika itu hanya untukku aku tidak masalah tapi bagaimana kalau itu juga berefek buruk untuk kalian. Kau, Luna dan Jimmy aku tidak akan bisa memaafkan diriku jika sesuatu yang buruk terjadi pada kalian. Ana berucap frustasi.

An, percayalah tidak akan terjadi apapun pada kami. Dan kalau pun apa yang kau katakan barusan memang benar terjadi maka semua itu bukanlah salahmu kami sahabatmu, apa yang kami lakukan hari ini karena kami yang menginginkannya sama sekali tak ada paksaan. Bahkan jika hal ini menimpa salah satu dari kita walaupun itu bukan dirimu kami pasti akan melakukan hal yang sama karena kita adalah sahabat yang akan selalu ada disaat susah ataupun senang.

Apa yang dikatakan Diana memang benar An. Jangan pernah menyalahkan dirimu karena itu akan membuat kami merasa menjadi sahabat yang sangat buruk. Sambung Luna yang entah sejak kapan sudah berada di dekat mereka.

Mendengar ucapan para sahabatnya air mata haru tak dapat lagi dibendung oleh Ana. Dengan segera ia menarik kedua sahabatnya ke dalam pelukannya, mereka berpelukan diiringi air mata haru. Kalau Jimmy ada di sini aku yakin ia pasti sudah mengamuk sejak tadi. Ia kan paling benci saat melihat kita bertiga bertangis-tangisan seperti ini. Celutuk Luna yang membuat kedua sahabatnya yang lain melihat padanya kemudian mereka saling menatap hingga pecahlah tawa mereka.

***

Sorry baru bias up alnya kondisi jaringan diwilayahku lagi drop

Jangan lupa vote n commentnya yach n maafkan segala typo yang bertebaran.

Makasih untuk yang udah nyempatin baca cerita ini serta ngasih vote n commentnya

FIND YOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang